Dilansir di Media
OKEZONE. Rabu, 27 November 2013
Judul Buku: Buku
Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah
Penulis: Dr.
Jamal Muhammad Elzaky
Penerbit: Zaman,
Jakarta
Cetakan:
2012
Tebal: 561 Halaman
Harga:
Rp. 125.00
Peresensi:
Abdul Aziz MMM
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk beragama. Hal ini berawal dari naluri alamiahnya untuk mengabdi pada suatu obyek yang lebih tinggi dari dirinya atau yang menguasai dirinya. Naluri ini merupakan wujud dari adanya dorongan untuk kembali kepada Tuhan sebagai akibat dari adanya perjanjian Ilahiah yang tercermin dalam pengalaman spiritual yang mengendap di bawah alam sadar dan akan selalu memengaruhi manusia.
Ekspresi pengalaman keagamaan itu sendiri kemudian menumbuh ke dalam satu sistem tata nilai yang berkaitan dengan Tuhannya (nilai ibadah), hubungan antar sesama manusia (nilai muamalah), dan hubungan dengan dirinya sendiri (nilai akhlak). Semua perintah Allah yang terkandung dalam sistem tata nilai tersebut, sebagaimana yang telah diwanti-wanti dalam berbagai firman-Nya, tidaklah bermaksud untuk mencelakakan hamba-hambaNya. Sebab, di balik setiap perintah tersebut pasti mengandung manfaat yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi ini. Demikian halnya dengan perintah ibadah yang dibebankan kepada segenap umat Muhammad saw.
Jika ditelusuri lebih lanjut terkait berbagai aspek, rahasia dan pengaruh ibadah terhadap jiwa manusia dan masyarakat, ternyata semua itu telah dijelaskan dalam al-Qur’an dengan eksplorasi yang jelas. Sunnah Nabi juga menjelaskan secara panjang lebar rahasia dan hikmah dari ibadah. Selain itu, kita juga bisa menemukan faedah dan manfaat ibadah dari ritual dan pengalaman para salaf al-salih dan ulama-ulama dari generasi ke generasi yang merasakan manfaat ibadah yang sangat besar, kemudian merekamnya dalam karya-karya agung mereka. Salah satu dari sekian banyak karya tersebut adalah buku berjudul Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah karya Dr. Jamal Muhammad Elzaky ini.
Dengan didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an serta hadis yang ada, penulis buku ini berusaha menelisik, meneliti dan memahami rahasia medis di balik berbagai perintah ibadah. Sebagai tamsil adalah tentang pengharaman sholat bagi wanita haid. Ternyata, faedah dari pengharaman tersebut adalah jika wanita haid mendirikan sholat, dikhawatirkan sholatnya akan mendorong berkumpulnya darah di rahim dalam jumlah banyak, yang pada gilirannya akan menimbulkan gangguan pada rahim. Sebab ketika seorang wanita mengalami haid, darah dan cairan yang dikeluarkan dari tubuhnya bisa mencapai 34 mililiter selama masa haidnya.
Brill, seorang psikolog, mengatakan bahwa orang yang beragama dan menjalankan ajaran keagamaannya dengan baik tidak akan ditimpa gangguan kejiwaan. Pendapat ini kemudian didukung oleh seorang penulis Amerika, Lenox, yang menyatakan dalam bukunya Kembali kepada Keimanan bahwa orang yang rutin menjalankan ibadah dan memiliki keyakinan kepada Tuhan cenderung memiliki jiwa yang lebih kuat dibandingkan orang yang tidak beragama dan tidak pernah melakukan ibadah.
Dalam konteks ini, hubungan antara keimanan dan ketenangan jiwa telah dianalisis dan dibuktikan secara medis. Keterkaitan antara keduanya terbentuk berkat otak manusia yang berfungsi sebagai pengatur dan pengendali seluruh metabolisme tubuh. Dalam otak manusia bekerja dua macam sistem saraf yang memengaruhi metabolisme tubuh, yaitu sistem saraf simpateik dan parasimpateik. Kedua sistem saraf ini berhubungan langsung dengan pusat otak bagian atas di satu sisi dan kelenjar endokrin di sisi lain, di mana keduanya berfungsi mengendalikan tugas-tugas berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pengetahuan kita tentang fungsi berbagai mekanisme tubuh, terutama fungsi otak, memungkinkan kita untuk menelaah berbagai fakta penelitian baru yang mengantarkan pada akhirnya membawa kita pada satu kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang tak terpisahkan antara keimanan dan kesehatan jiwa (hlm. 55).
Di samping mengandung manfaat secara medis, semua ibadah yang disyariatkan oleh Allah kepada manusia sejatinya dapat meningkatkan kualitas akhlak dan memperbaiki perilaku umat, serta menyucikan jiwa dan ruh, dan hal ini telah dibuktikan oleh para ulama sepanjang zaman yang dikuatkan dengan berbagai penemuan ilmiah dengan bantuan teknologi modern.
Namun meskipun begitu, berbagai manfaat di balik setiap ibadah tersebut tidak semestinya dipalingkan dari tujuan utama ibadah, yaitu untuk menggapai rida Allah Swt.
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk beragama. Hal ini berawal dari naluri alamiahnya untuk mengabdi pada suatu obyek yang lebih tinggi dari dirinya atau yang menguasai dirinya. Naluri ini merupakan wujud dari adanya dorongan untuk kembali kepada Tuhan sebagai akibat dari adanya perjanjian Ilahiah yang tercermin dalam pengalaman spiritual yang mengendap di bawah alam sadar dan akan selalu memengaruhi manusia.
Ekspresi pengalaman keagamaan itu sendiri kemudian menumbuh ke dalam satu sistem tata nilai yang berkaitan dengan Tuhannya (nilai ibadah), hubungan antar sesama manusia (nilai muamalah), dan hubungan dengan dirinya sendiri (nilai akhlak). Semua perintah Allah yang terkandung dalam sistem tata nilai tersebut, sebagaimana yang telah diwanti-wanti dalam berbagai firman-Nya, tidaklah bermaksud untuk mencelakakan hamba-hambaNya. Sebab, di balik setiap perintah tersebut pasti mengandung manfaat yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi ini. Demikian halnya dengan perintah ibadah yang dibebankan kepada segenap umat Muhammad saw.
Jika ditelusuri lebih lanjut terkait berbagai aspek, rahasia dan pengaruh ibadah terhadap jiwa manusia dan masyarakat, ternyata semua itu telah dijelaskan dalam al-Qur’an dengan eksplorasi yang jelas. Sunnah Nabi juga menjelaskan secara panjang lebar rahasia dan hikmah dari ibadah. Selain itu, kita juga bisa menemukan faedah dan manfaat ibadah dari ritual dan pengalaman para salaf al-salih dan ulama-ulama dari generasi ke generasi yang merasakan manfaat ibadah yang sangat besar, kemudian merekamnya dalam karya-karya agung mereka. Salah satu dari sekian banyak karya tersebut adalah buku berjudul Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah karya Dr. Jamal Muhammad Elzaky ini.
Dengan didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an serta hadis yang ada, penulis buku ini berusaha menelisik, meneliti dan memahami rahasia medis di balik berbagai perintah ibadah. Sebagai tamsil adalah tentang pengharaman sholat bagi wanita haid. Ternyata, faedah dari pengharaman tersebut adalah jika wanita haid mendirikan sholat, dikhawatirkan sholatnya akan mendorong berkumpulnya darah di rahim dalam jumlah banyak, yang pada gilirannya akan menimbulkan gangguan pada rahim. Sebab ketika seorang wanita mengalami haid, darah dan cairan yang dikeluarkan dari tubuhnya bisa mencapai 34 mililiter selama masa haidnya.
Brill, seorang psikolog, mengatakan bahwa orang yang beragama dan menjalankan ajaran keagamaannya dengan baik tidak akan ditimpa gangguan kejiwaan. Pendapat ini kemudian didukung oleh seorang penulis Amerika, Lenox, yang menyatakan dalam bukunya Kembali kepada Keimanan bahwa orang yang rutin menjalankan ibadah dan memiliki keyakinan kepada Tuhan cenderung memiliki jiwa yang lebih kuat dibandingkan orang yang tidak beragama dan tidak pernah melakukan ibadah.
Dalam konteks ini, hubungan antara keimanan dan ketenangan jiwa telah dianalisis dan dibuktikan secara medis. Keterkaitan antara keduanya terbentuk berkat otak manusia yang berfungsi sebagai pengatur dan pengendali seluruh metabolisme tubuh. Dalam otak manusia bekerja dua macam sistem saraf yang memengaruhi metabolisme tubuh, yaitu sistem saraf simpateik dan parasimpateik. Kedua sistem saraf ini berhubungan langsung dengan pusat otak bagian atas di satu sisi dan kelenjar endokrin di sisi lain, di mana keduanya berfungsi mengendalikan tugas-tugas berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pengetahuan kita tentang fungsi berbagai mekanisme tubuh, terutama fungsi otak, memungkinkan kita untuk menelaah berbagai fakta penelitian baru yang mengantarkan pada akhirnya membawa kita pada satu kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang tak terpisahkan antara keimanan dan kesehatan jiwa (hlm. 55).
Di samping mengandung manfaat secara medis, semua ibadah yang disyariatkan oleh Allah kepada manusia sejatinya dapat meningkatkan kualitas akhlak dan memperbaiki perilaku umat, serta menyucikan jiwa dan ruh, dan hal ini telah dibuktikan oleh para ulama sepanjang zaman yang dikuatkan dengan berbagai penemuan ilmiah dengan bantuan teknologi modern.
Namun meskipun begitu, berbagai manfaat di balik setiap ibadah tersebut tidak semestinya dipalingkan dari tujuan utama ibadah, yaitu untuk menggapai rida Allah Swt.
*)Peresensi: Abdul Aziz MMM
Penikmat
Buku Alumnus UIN Sunan Kalijaga, Tinggal di Cilacap
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !