Tulisan ini telah dimuat di media online okezone.com pada hari jum'at 06 mei 2011
Abdul Aziz Musaihi Maulana Mak* 
Merebaknya
 gerakan Negara Islam Indonesia (NII)  memperoleh pemberitaan yang besar
 seirama dengan fenomena beberapa  mahasiswa Universitas Muhammadiyah 
Malang (UMM) yang terlibat di dalam  gerakan itu. Meskipun jumlahnya 
tidak seberapa, akan tetapi dengan  keterlibatan mahasiswa pada gerakan 
NII tentu memberikan peringatan yang  nyata, bahwa gerakan NII tidak 
pernah mati. Jika mati, maka hanya mati  suri dan setelah itu kemudian 
kembali lagi melakukan aktivitas untuk  mempengaruhi masyarakat, 
khususnya para generasi muda.
Keterlibatan  mahasiswa di 
dalam gerakan NII tentu bukan barang baru, sebab hampir  setiap 
dasawarsa terdapat kejadian seperti itu. Beberapa tahun yang lalu  juga 
terjadi beberapa mahasiswa di perguruan tinggi dijadikan sasaran  
gerakan NII, kemudian berhenti dan setelah itu kembali melakukan gerakan
  rekrutmen pengikut yang baru.
Gerakan NII memang tidak 
pernah  mati. Dia akan terus tumbuh dan berkembang meskipun tidak tampak
 di  permukaan. Kebanyakan yang menjadi sasarannya adalah generasi muda,
 dan  hebatnya yang menjadi pengikutnya adalah para mahasiswa di 
perguruan  tinggi terkenal. Meskipun jumlahnya relatif kecil, akan 
tetapi penulis  berkeyakinan bahwa pengikutnya menyebar di berbagai 
perguruan tinggi.  Dan juga berkeyakinan bahwa tidak hanya di UMM akan 
tetapi juga di  beberapa kampus di Yogyakarta.
NII memang 
telah menjadi bahaya  laten bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. 
Semenjak diproklamirkan oleh  Sekarmaji Marijan Kartosoewiryo pada awal 
kemerdekaan Indonesia, akan  tetapi geralan NII telah menjelma menjadi 
kekuatan laten yang terus  merongrong kewibawaan pemerintah dan negara 
dalam skala mikro. Maklum,  gerakan ini memang dilakukan secara 
sembunyi-sembunyi sebab targetnya  adalah memperoleh uang untuk 
pendanaan gerakan.
Sebagai gerakan  bawah tanah, maka NII 
memang telah menjadi ancaman bagi pilar  kebangsaan. Bahkan juga 
memiliki banyak varian. Meskipun mereka  bervariasi sesungguhnya 
memiliki satu visi yaitu “mendirikan Negara  Islam Indonesia”, 
sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendirinya.
Jawa  
Barat dan DKI  mungkin adalah basis terbesar gerakan NII. Tentu hal ini 
 hanya asumsi. Akan tetapi menilik Jawa Barat adalah tempat lahirnya  
gerakan NII, maka pantas jika wilayah ini menjadi home base bagi gerakan
  NII.
Basis keduanya adalah perguruan tinggi. Kebanyakan 
yang  menjadi target rekrutmen adalah para mahasiswa. Harus dipahami 
bahwa  dewasa ini memang ada gerakan keagamaan yang sangat tinggi 
terutama di  kalangan perguruan tinggi. Kegairahan beragama inilah yang 
kemudian  ditangkap oleh Islam radikal dalam berbagai organisasinya.
Mahasiswa
  UMM yang direkrut oleh gerakan NII juga menunjukkan sikap dan tindakan
  yang militant. Misalnya mengenai pendanaan, mereka rela membohongi  
orangtua dan kerabatnya untuk memperoleh dana bagi organisasinya. Bisa  
dibayangkan bahwa mahasiswa yang semestinya memiliki sikap dan tindakan 
 yang sangat rasional, akan tetapi bisa melakukan kebohongan 
terstruktur.
Pemberitaan  tentang NII tentu seharusnya 
menjadikan para pemuda sadar bahwa di  lingkungan kita ternyata banyak 
godaan untuk melakukan tindakan  keagamaan yang salah. Jika beragama 
kemudian menghalalkan segala cara  untuk mencapai tujuan yang konon 
katanya atas nama agama maka beragama  yang demikian tentu tidak sesuai 
dengan ajaran agama yang sebenarnya.
Islam  adalah agama 
yang sangat mengedepankan tindakan anti kebohongan, anti  kekerasan dan 
anti kerakusan. Islam adalah agama yang mendepankan  kejujuran dalam 
tindakan, mengajarkan kasih sayang, serta mengajarkan  kehematan dan 
kebenaran.
*) Ketua  BEM Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta(//rfa)


0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !