dilansir di media online analisisnews.com  24 Agustus 2011
Judul Buku : 41 Warisan Kebesaran Gus Dur 
Penulis : M. Hanif Dhakiri
Penerbit : LKiS, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : xxiv +198 halaman
Harga : Rp. 36.000
Oleh : Abdul Aziz MMM
Penulis : M. Hanif Dhakiri
Penerbit : LKiS, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : xxiv +198 halaman
Harga : Rp. 36.000
Oleh : Abdul Aziz MMM
Sepeninggal wafatnya K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Indonesia telah kehilangan sosok tokoh agung. Tak hanya Indonesia, bahkan dunia internasional pun juga ikut kehilangan beliau. Pasalnya, kehadiran beliau di dunia telah mewarnai dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sekaligus hubungan antar-bangsa di dunia. Menurut Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, bahwa pengaruh pemikiran Gus Dur dirasakan telah membumi dalam “Bola Dunia” (sebagaimana dalam lambang NU).
Salah  satu peran beliau adalah menjadi jembatan (garis tengah) dalam  menyelesaikan berbagai problem dunia. Beliau telah berhasil  nengah-nengahi antara orang barat dan timur, antara kaum religius dan  sekularitas, antara Negara berkembang dan Negara maju. Dalam memimpin,  beliau telah berhasil mengayomi dan menaungi semau golongan. Beliau  tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, kepercayaan, dan jabatan.
 
Sosok  Gus Dur merupakan tokoh kyai sekaligus politisi yang peduli terhadap  diskriminasi. Contohnya, ketika banyak orang menghujat dan mengklaim  kelompok yang dianggap sesat, beliau justru membelanya atas nama  kemanusiaan. Disini bukan berarti beliau setuju dengan aliran yang  dianggap sesat itu. Tetapi beliau sangat menghormati keyakinan seseorang  sebagai hak asasi mereka.
 
Dalam  pemikirannya,Gus Dur mengajari banyak kalangan untuk memahami dan  menghayati agama secara dewasa, penuh kearifan, dan kebijaksanaan.  Sebagaimana dicontohkan, beliau sangat bijaksana sekali dalam  mentoleransi gerakan yang dianggap menyempal . Salah satu ajaran beliau,  bahwasanya kita boleh saja memandang ajaran orang lain itu sesat,  tetapi tidak dengan sendirinya (otomatis) kita boleh memusnahkannya.
 
Tajuk  buku “41 Warisan Kebesaran Gus Dur” yang ditulis oleh M. Hanif Dhakiri  ini merupakan karya yang fenomenal terhadap diri Gus Dur. Disini, Hanif   Dhakiri mampu merangkum kebesaran jasa-jasa pemikiran dan perjuangan  Gus Dur dalam bentuk bahasa yang mudah dicerna dan dipahami berbagai  kalangan. 
 
Secara  gamblang dalam buku ini,  Hanif  Dhakiri mampu memilah dan memilih  sisi-sisi unik dan khas dalam diri pribadi Gus Dur. Menurutnya , sosok  Gus Dur merupakan tokoh besar yang pernah dimiliki Indonesia dan dunia.  Melalui pemikirannya yang  melampaui sekat-sekat agama, etnis, dan  budaya. Sehingga menjadi kepribadian Gus Dur yang multi dimensi, serta  kepiawaian politik yang selalu menjadi inspirasi dan solusi banyak  orang.
 
Membaca  alur pemikiran penulis buku ini, bahwa warisan Gus Dur yang paling  agung adalah pemikiran, kepribadian, dan terobosan-terobosan besar untuk  bangsanya. Buku ini merupakan kumpulan jasa-jasa perjuangan Gus Dur  yang dirangkum menjadi 41 pokok pikiran terpenting. Dari pokok pemikiran  ini sangat berpengaruh terhadap cara berpikir dan bertindak masyarakat  Indonesia.
 
Hanif  Dhakiri menuturkan, sosok Gus Dur dapat disebut sebagai cendekiawan  rakyat. Sebab, dalam perjalanan memperjuangkan nasib rakyat, ia selalu  menjembatani kebekuan-kebekuan yang ada di setiap lapisan Negara ini.  Kemudian beliau mencairkannya dengan berbekal pemikirannya yang serba  dinamis. Salah satunya dapat kita jumpai bahwa beliau telah berhasil  mencairkan kejumudan relasi antara kaum mayoritas dan minoritas.
 
Gus  Dur tidak hanya sekedar menuangkan gagasan pemikirannnya, tetapi juga  mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata. Hal inilah yang tidak  banyak kita jumpai dalam diri cendekiawan sekarang. Kebanyakan mereka  mampu membuat gagasan yang cerdas, tetapi di saat mengaktualisasikan  gagasannya ia masih kesulitan, bahkan tidak mampu. Akibatnya, ide-ide  cemerlang itu hanya sebagai wacana yang kemudian tidak mampu diterapkan  dalam kehidupan nyata.
 
Kehadiran  buku ini bukan dalam rangka mengkultuskan Gus Dur sebagai dewa ataupun  makhluk suci lainnya. Akan tetapi, buku ini dipersembahkan untuk  masyarakat guna mengenang  sekaligus melanjutkan jasa-jasa perjuangan  beliau semasa hidupnya. Tak kalah pentingnya, kehadiran buku ini semoga  menjadi inspirasi hidup kita dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan  demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selamat membaca!
*)Abdul Aziz MMM, Penikmat buku, tinggal di Yogyakarta.



0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !