Dilansir di media online analisisnews.com 13 september 2011
Judul buku: Keluarga Perempuan Rasulullah: Biografi Para Ibu, Istri, dan Putri Nabi
Penulis : Fathi Fawzi dan Widad Sakakini
Penerbit : Zaman, Jakarta
Cetakan : I, 2011
Tebal : 431 Halaman
Harga: Rp.50.000
Peresensi : Abdul Aziz MMM*
Tak bisa dipungkiri, di balik kehebatan seorang tokoh atau figur
publik, ada perempuan hebat di sekelilingnya. Misalnya saja Presiden
pertama Indonesia, Soekarno, adalah satu sosok tangguh yang dikelilingi
oleh para perempuan kuat (istri-istrinya). Para istri inilah yang
mewarnai perjalanan perjuangan Soekarno dalam sejarah bangsa Indonesia.
Bagaimana
dengan Rasulullah, tokoh berpengaruh nomor satu di dunia ? Yang juga
semasa hidup Rasulullah dikelilingi para perempuan yang mencintai
beliau. Buku ini mencoba untuk lebih komprehensif dengan memasukkan
kisah-kisah para ibu di awal kelahiran nabi juga kisah para istri beliau
dan putri-putrinya.
Semasa perjlanan hidup Rasulullah,
ternyata ada para perempuan yang begitu mencintai dan menyayangi
Rasulullah. Selain Aminah bint Wahab sebagai ibu kandung, Rasulullah
juga memiliki lima ibu lain, seperti: Ummu Aiman (perawat), Halimah
al-Sa’diyah (ibu asuh), Fatimah bint Asad (istri Abu Thalib), Syifa bint
Auf (bidan Rasulullah), dan Tsuaibah (ibu susuan nabi). Di antara enam
ibunda ini, ada yang ditakdirkan meninggal dunia di masa Rasulullah
hidup dan ada yang berusia lebih panjang hingga masa setelah Rasulullah
wafat.
Berbicara tentang para perempuan kekasih
Rasulullah, mungkin kita akan tertuju pada istri-istri beliau. Pada
bagian kedua buku ini akan mengupas tentang kehidupan dan peran
istri-istri Rasulullah. Bagaimana misalnya Khadijah, seorang janda kaya,
jatuh hati pada kepribadian Rasulullah. Ia yakin bahwa suaminya adalah
utusan Allah ikut menenangkan Muhammad ketika beliau kembali dari Gua
Hira dalam kondisi cemas menggigil, karena baru saja menerima wahyu
Tuhan. Keyakinannya sebagai pendamping Muhammad tersebut menjadikan ia
sebagai wanita, bahkan manusia pertama yang hatinya disinari cahaya
iman.
Sepeninggal Khadijah, Rasulullah dirundung duka
mendalam. Menyadari bahwa nabi mereka adalah manusia biasa dengan beban
dakwah yang kian berat, maka para sahabat pun mencoba meringankan dengan
jalan menikahkan Rasulullah. Dengan pertimbangan matang dan atas saran
Khawlah bint al-Hakim, Rasulullah pun akhirnya meminang Sawdah bint
Zam’ah, seorang janda yang usianya tak lagi muda, berparas tidak begitu
menarik, namun ia mukmin yang taat.
Namun perjalanan
rumah tangga Muhammad dengan istri kedua pun sempat diliputi cemburu
tatkala Aisyah bint Abu Bakar dan Hafshah bint Umar ibn al-Khathtab
hadir sebagai istri ketiga dan keempat nabi. Dengan kebesaran hatinya,
Sawdah mau menerima kehadiran dua istri nabi lainnya. Ia menolak talak
Rasulullah dengan berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak bisa menjadi
istri bagimu seperti Aisyah, tetapi aku tak mau melepaskan kemuliaan
sebagai istrimu. Karenanya, biarlah aku tetap menjadi istrimu. Aku sudah
merasa cukup bahagia bisa berada di dekatmu. Aku akan ikut mencintai
siapa pun yang engkau cintai. Dan aku akan ikut bahagia jika engkau
bahagia.” (hlm. 231)
Mungkin di antara sebelas istri
Rasulullah, kita lebih akrab dengan istri yang ketiga, yakni Aisyah bint
al-Shiddiq. Selain karena menjadi istri Rasulullah yang paling muda
sejarawan menyimpulkan bahwa ia dinikahi di atas usia sepuluh tahun ia
juga dikenal luas kecerdasan, kecantikan, dan hafalan hadisnya yang luar
biasa.
Di bagian ketiga buku ini, dikisahkan tentang
putri-putri nabi. Selama membina rumah tangga, Rasulullah dikaruniai
empat anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah
al-Zahra. Tentu, Allah Swt. punya alasan tersendiri mengapa anak
laki-laki Rasulullah meninggal di usia dini sehingga yang bertahan
hanyalah anak-anak perempuannya. Bisa jadi ini sebagai cara untuk
mengubah pandangan warga Arab kala itu yang menganggap bayi perempuan
tidak berguna sehingga harus dikubur hidup-hidup.
Dengan
diterbitkannya buki ini akan memberikan gambaran tentang perempuan Arab
dan Islam yang bisa menjadi pembangkit semangat kaum wanita, sekaligus
menjadikannya sebagai teladan. Sungguh agung peran perempuan dalam
membangun peradaban manusia. Sejarah telah membuktikan, bahwa perempuan
memberikan peran yang sangat penting dalam mendidik manusia. Terutama
dalam menegakkan keadilan antara laki-laki dan perempuan. Sebuah buku
yang layak dibaca oleh siapa pun, khususnya kaum perempuan yang
menghargai dirinya dan meneladani dari para perempuan Rasulullah.
*)Presensi: Abdul Aziz MMM , Sekjend Renaisant Institute Yogyakarta
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !