Judul: Ratu Adil Segera Datang!
Penulis: Otto Sukatno CR
Penerbit: Diva Press
Cetakan: I, Februari 2014
Tebal: 232 Halaman
ISBN: 978-602-7968-41-7
Peresensi: Fatmawati Ningsih S.Th.I
Indonesia berpotensi menjadi negeri besar, kaya
raya, serta makmur. Apa yang dibutuhkan manusia ada di Indonesia. Gunung berupa
emas, minyak bumi seluas lautan, tongkat batu ditanam tumbuh subur. Bangsa ini
tak kurang satu apa pun. Sayangnya, negeri ini selalu gagal melahirkan sosok
pemimpin ideal seperti yang dicita-citakan. Kekayaan Indonesia dirampok dan
dijadikan ajang akrobatik penguasa. Korupsi merajalela, melukai nurani jutaan
penduduknya, rakyat menderita tak berdaya.
Dalam ketidak berdayaan rakyat Indonesia, harapan
akan hadirnya sosok Ratu Adil menjadi keniscayaan. Sebaliknya, ide-ide dasar
tentang tatanan kemakmuran dan keadilan sering kali hanya bersifat utopia.
Masyarakat yang mengharapkan kehadiran Ratu Adil menunjukkan situasi dan
kondisi sosial masyarakat yang chaos dan skyzofrenis; mengalami krisis mental dan
kesengsaraan sosial ekonomi serta budaya dan intelektualitas yang teramat parah
dan berkepanjangan. (Halaman 18)
Maka hadirnya Ratu Adil menjadi semacam cita ideal
dalam diri bangsa ini. Ratu Adil diyakini menghasilkan bentuk idealitas dari
tata ekologi, eko-sosial, eko-polotik berikut dengan segala relasi dan agregasi
serta nilai-nilainya. (Halaman 19)
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah siapa
sebenarnya Ratu Adil, apakah ia benar-benar ada, ataukah hanya utopia belaka
yang sengaja dihadirkan untuk menekan nyeri luka batin masyarakat Indonesia.
“Ratu Adil Segera Datang!” karya Otto Sukatno CR hadir di tengah
kegalauan dan keresahan rakyat Indonesia menanti figure pemimpin ideal. Buku
ini setidaknya menjawab pertanyaan tentang sosok Ratu Adil. Penulis membeberkan
konsepsi Ratu Adil yang tidak hanya mendasarkan analisis pada mitos semata,
tetapi mengolah realitas sejarah bangsa ini dengan serakan serat Jawa dan
Ramalan Jayabhaya.
Sebagaimana masyhur dikalangan masyarakat, sosok Ratu
Adil tidak bisa lepas dari konsep kepemimpinan suatu masyarakat atau bangsa.
Kehadiran Ratu Adil merepresentasikan
akan wujud idealitas kepemimpinan. Kata “Adil” dibelakang ratu menjadi
kunci sosok pemimpin ideal bagi seluruh golongan masyarakat, tidak berat
sebelah atau memihak golongan tertentu.
Konsepsi Ratu Adil sendiri dibayangkan sebagai
tokoh hero oleh masyarakat, agama, mitos dan keyakinan. Dalam
teologi Semitik, kehadiran dan kepemimpinan Musa atas Bani Israil diyakini
sebagai bentuk presentasi keyakinan adanya Ratu Adil. Musa membebaskan
kejumudan dan perbudakan menuju zaman kegemilangan dan keadilan di tanah yang
dijanjikan Tuhan.
Demikian Isa al-Masih, pasca penyalipannya
diangkat Tuhan ke surga, kelak menjelang kiamat diyakini akan kembali turun ke
dunia sebagai seorang messianic untuk menyelamatkan kehidupan. Di
samping ide semitik mengenai Ratu Adil, tradisi Jawa dalam pewayangan maupun
kehidupan praksis juga menggambarkan sosok Ratu Adil.
Prabu Parikesit disebut-sebut sebagai tokoh Ratu
Adil dalam pewayangan Jawa. Ia mengamalkan ajaran Hastha Brata, inti
dari wahyu Makhutarama. (Halaman 132). Sedang dalam tataran praksis, Ratu
Sima di Kerajaan Kalingga mewakili tokoh yang santer diceritakan sebagai Ratu
Adil. Ia adalah ratu yang terkenal sangat keras, adil dan bijaksana. Ratu Sima
menghendaki semua rakyatnya menjadi orang baik dan jujur. (Halaman 173)
Menurut Otto Sukatno, kemakmuran dan keadilan
masyarakat di bawah kepemimpinan Ratu Sima pasti sebuah proses sistemik. Sebuah
proses panjang, renik dan empiris. Suatu proses yang diskenariokan dan
dicipkatan secara rasional, dengan perangkat elemen-elemen dasar melibatkan
semua stake holder disertai etos kerja tinggi yang logis dan sistemik.
(Halaman 175)
Kemakmuaran dan keadilan Ratu Adil tidak
datang tiba-tiba, juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada proses dan
usaha yang mesti dilalui disertai strategi budaya yang kompleks dan sistemik.
Islam mengajarkan bahwa Tuhan tidak mengubah suatu kaum jika ia tidak mau
mengubahnya sendiri.
Dalam tradisi masyarakat Jawa diyakini waktu siklik,
yaitu sesudah zaman edan akan datang Ratu Adil yang menggantikan
raja atau penguasa yang jatuh, meski “tata masyarakat” tidak berubah. Artinya,
masyarakat tidak mengalami gegar budaya. Kehadiran Ratu Adil tidak
mengakibatkan benturan nilai, transisi sosial, apalagi euphoria. (Halaman
37-38)
Ratu Adil menjaga dan memelihara tata keseimbangan
kosmik. Di mana manusia dengan alam kembali menjalin hubungan harmonis.
Sehingga, suasana yang ada hanyalah kedamaian, ketenangan, ketentraman,
kerukukan, kestabilan.
Diresensi Fatmawati Ningsih SThI,
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !