![]()  | 
Foto KH Saifuddin Zuhri -paling kanan- 
menyambut kedatangan Ir Soekarno pada  
pembukaan Muktamar ke-23 NU di Solo  
25/12/1962. (dok. madrowi) 
 | 
Catatan Muktamar ke-15 NU, 10-15 Dzulqa’dah 1359 H / 9-15 Desember 1940 di Surabaya (Bagian-3 selesai)
Oleh: Rijal Mumazziq Z
Beberapa keputusan muktamar kali ini merupakan penegasan 
keputusan muktamar sebelumnya, di Magelang. Muncul nama dwitunggal 
Soekarno-Hatta sebagai calon pemimpin nasional.
Muktamar yang dihelat di kota kelahiran ini dihadiri oleh 1.232 orang
 yang terdiri dari 474 ulama, 276 non-ulama, 78 pemuda Ansor, 19 tokoh 
Muslimat, 17 orang konsul seluruh Indonesia, 17 tokoh puncak HBNO dan 
351 anggota HCC (panitia muktamar). Ini belum terhitung jumlah 
pengunjung yang tak terdaftar sebagai peserta resmi. Lokasi muktamar 
yang tidak jauh dari stasiun kereta api dan kurang lebih 3 kilometer 
dari kawasan makam Sunan Ampel juga membuat suasana meriah.
Berbarengan dengan Muktamar NU ini, Barisan Ansor NU (BANU) melangsungkan mubarozah (perkemahan jambore) di tanah Japang, Kedungdoro. Menjelang pembukaan muktamar, seluruh barisan besar BANU mengadakan taptu (pawai
 obor) keliling kota di bawah pimpinan Imam Sukarlan Suryoseputro, 
Inspektur Umum Kwartir Besar Barisan Ansor NU. Pawai obor yang disambung
 dengan atraksi pencak silat tersebut menarik perhatian khalayak 
Surabaya. Di kota kelahirannya ini, NU berusaha menampilkan diri sebagai
 organisasi yang layak diikuti.
Setelah bersidang beberapa hari, muktamar ke-15 ini menghasilkan keputusan sebagai berikut:
- Memilih kembali Hadratussyaikh KH.M. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar, KH. Abdul Wahab Chasbullah sebagai Katib Aam dan KH. Mahfudz Siddiq sebagai Ketua Tanfidziyah PBNU.
 - Memberi dukungan atas terpilihnya KH. A. Wahid Hasyim menjadi Ketua Dewan MIAI, dan siap memberi bantuan kepada yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
 - Menyetujui rencana program yang telah disusun oleh Ketua HBNO Bagian Ma’arif, KH. A. Wahid Hasyim.
 - Menyerahkan rencana reglemen (peraturan) pertanian NU kepada HBNO.
 - Mengesahkan reglemen Barisan Ansor NU (termasuk pakaian seragamnya, lagu resmi mars “al-iqdam” dan segala atribut Barisan Ansor NU). Sidang Komite Khusus Syuriah telah mengambil keputusan tentang pemakaian terompet dan genderang Barisan Ansor NU dengan perbandingan: jawaz (35 suara), haram (5 suara), dan abstain (4 suara). Keputusan Sidang Komite Khusus Syuriah tersebut dibenarkan oleh sidang lengkap Syuriah muktamar.
 - Memberi kuasa kepada HBNO untuk merancang rencana penggunaan uang kas masjid yang dikuasai oleh kantor-kantor kepenghuluan untuk kemaslahatan kaum muslimin.
 - Mendesak pemerintah untuk mengabulkan beberapa mosi permohonan yang menjadi keputusan Muktamar NU ke-14 di Magelang yang belum ada reaksi dari pemerintah.
 
Poin ketujuh adalah di antara keputusan penting yang berkaitan dengan
 tuntutan NU yang disepakati pada muktamar di Magelang satu tahun 
sebelumnya. Namun keputusan yang paling penting saat Muktamar NU 
kelimabelas adalah mengenai sikap NU terhadap calon pemimpin nasional.
Pada muktamar ini NU telah yakin bahwa kemerdekaan akan segera 
tercapai. Sehingga perlu mengadakan rapat tertutup guna membicarakan 
siapa calon yang pantas menjadi presiden pertama Indonesia. Menurut KH. 
Abdul Halim dalam “Sejarah Perjuangan KH. Abdul Wahab”, rapat rahasia 
ini hanya diperuntukkan 11 orang tokoh NU yang dipimpin oleh KH. Mahfudz
 Siddiq dengan mengetengahkan dua nama: Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta.
 Rapat berakhir dengan kesepakatan: Ir. Soekarno calon presiden pertama,
 sedangkan Muhammad Hatta (ketika itu hanya mendapatkan dukungan satu 
suara), sebagai wakilnya.
Jelaslah, sejak awal NU mendorong tercapainya kemerdekaan Indonesia. 
Manakala senjakala kekuasaan Belanda di Indonesia nyaris runtuh, NU 
telah menggodok draft siapa calon pemimpin yang layak menjadi orang 
nomor satu di sebuah negara yang bakal diproklamirkan kelak. Alih-alih 
menyodorkan kadernya sendiri sebagai calon pemimpin, NU secara obyektif 
melihat bahwa kedua orang tersebut lah yang layak dan pas menjadi duet 
yang memimpin sebuah negara yang bakal lahir. Prediksi hasil rapat 
rahasia tim 11 ini menjadi kenyataan pada tahun 1945 manakala Bung Karno
 dan Bung Hatta menjadi dwitunggal Indonesia.
sumber:
http://www.muktamarnu.com/rapat-rahasia-nu-putuskan-sukarno-hatta-calon-pemimpin-indonesia.html
sumber:
http://www.muktamarnu.com/rapat-rahasia-nu-putuskan-sukarno-hatta-calon-pemimpin-indonesia.html



0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !