Memaknai NU Miring - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Memaknai NU Miring

Memaknai NU Miring

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Sabtu, 26 November 2011 | 10.27

Dilansir di media online RIMANEWS, 24 November 2011 

Judul : Dari Kiai Kampung ke NU Miring (edisi revisi)
Penulis : Acep Zamzam Noor dkk.
Penerbit : Ar-Ruzz Media Yogyakarta
Tebal : 248 halaman
Tahun : I, 2011
 
Harga : Rp 35.000 
Peresensi : Abdul Aziz MMM
  

Memperbincangkan organisasi keagamaan seperti NU, memiliki keunikan tersendiri. Sebab, selain memiliki kekayaan khazanah tradisi, nilai-nilai keagamaan dan pemikiran-pemikran anak muda NU yang tak mau kalah penting telah memberi warna tradisi intelektual di kalangan muda NU. Selain itu NU juga memiliki muatan-muatan lokal yang cukup kompleks.
Keberadaan NU sebagai ormas keagamaan tentu tidak bisa lepas dari peran kiai dan santri yang jumlahnya kurang lebih 40 persen dari jumlah umat Islam di Indonesia atau sekitar 86 juta jiwa. Karena itu, NU tidak bisa dipungkiri adalah komoditas politik dan ekonomi yang menggiurkan. Saking menggiurkan, NU dijadikan alat untuk mengakomodir warganya dalam ajang percaturan politik perebutan kekuatan. Dan kekuasaan di tubuh NU terjadi dari level teratas sampai tingkat terbawah, baik dalam pilpres, pilkada, pileg, sampai pilkades. Bahkan, termasuk di dalam Muktamar NU sendiri.
NU punya sejarah panjang alam dunia politik, bahkan pernah menjadi partai politik sekian lama. Namun, prestasi terbesar NU bukan dipanggung politik, melainkan NU harus tulus berkarya nyata di tengah masyarakat. Situasi itulah ditanggapi Acep Zamzam Noor melalui esainya, Kiai Kampung. Kiai kampung inilah yang seharusnya menopang kehidupan NU, bukan menjadi pijakan politik yang dieluelukan perannya ketika menjelang pemilu atau pilkada dan menjadi jurkam atau tim sukses calon bupati atau walikota.
Seperti halnya dunia sepak bola, kesebelasan NU terus berlatih tetapi kalah melulu jika bertanding. Hal itu disebabkan karakter Nahdliyin yang sabar, ulet, tulus, lurus, tahan banting, dan menghargai proses, tidak tampak sama sekali. Yang muncul justru karakter-karakter umum seperti berebut jabatan, nepotisme tradisi atau bangga walau hanya menjadi tim sukses suatu perhelatan politik. 
Hasilnya terlihat pada berbagai peristiwa politik nasional maupun local. Relasi kiai dan santri pada saat para kiai terlibat dalam politik praktis. NU menyajikan fenomena yang ironis. Jago-jago NU yang didukung para kiai tumbang bergelimpangan. Melalui esainya, Mashuri melemparkan pertanyaan, benarkah kini ''patronase'' kiai-santri telah memasuki era senjakala?
NU sebagai organisasi massa terbesar di Indonesia. Namun sayangnya, kondisi di dalam tubuh NU tidak dalam kondisi “sehat” karena berbagai permasalahan. Permasalahan ini seperti gunung, tidak nampak dari atas, namun sesungguhnya menggunung di dalam. Hal inilah yang menggugah para Nahdliyyin masa kini tergerak untuk mencoba melihat NU dari berbagai sisi.
Buku ini merupakan hasil tulisan anak-anak muda yang punya pengalaman langsung dengan pesantren, memiliki latar pendidikan formal, maupun pernah aktif dalam organisasi NU. Berawal dari posting notes jejaring sosial dalam dunia maya yang dipajang Binhad Nurrohmat berjudul Dari NU Miring ke Muktamar NU. Pada akhirnya judul itu dielaborasi menjadi jdul buku ini, Dari Kiai Kampung ke NU Miring
Pada halaman awal buku ini, akan disuguhi tentang Kiai kampung oleh Acep Zamzam Noor. Menurutnya, Nahdlatul Ulama (NU) berbasis pesantren. Antara kiai, santri, dan pondok tidak lepas akan unsur yang meliputi pesantren itu sendiri. Sebutan kiai merupakan suatu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka yang mencerahkan dalam artian mendidik memberikan kontribusi, dan menunjukkan akan kiprah pada masyarakat sekitar.
Penghormatan terhadap kiai sebagai guru adalah kultur yang dijunjung tinggi dalam komunitas pesantren. M. Faizi dalam NU Melampaui BlackBerry menuliskan bahwa dalam tradisi NU, hampir semua transfer ilmu pengetahuan selalu diisyaratkan melalui seorang guru. Hal itu yang mengakibatkan penghormatan kepada guru, kemudian gurunya guru (simbah guru), lalu kakek guru (guru dari gurunya guru), begitu seterusnya menjadi silsilah yang berjenjang.
Jejaring itu bekerja sangat baik, bukan saja dalam relasi vertikal antara kiai dan santri, melainkan juga membuat networking horizontal secara otomatis. Melalui koneksi ini, setiap peristiwa atau pesan bisa tersampaikan, bahkan sebelum bertemu atau berbicara dengan para pihak yang berkepentingan. Rahasia ''aneh'' di kalangan NU yang disebut ''karomah'' itu bagaikan frekuensi dan gelombang tingkat tinggi.
Buku ini akan membuat pembaca trenyuh sekaligus tersenyum, getir sekaligus jatuh cinta pada NU. Ibarat kulit bawang, mengupas lapis demi lapis membuat mata perih berair tetapi tetap bisa menikmati kehangatannya. Sebab, tulisan ke-15 esais muda NU ini bertumpu pada kekuatan pemikiran, pengamatan, teori, jauh dari syahwat politik yang menggebu-ngebu, dan tentu merupakan olah rasa karena kecintaan mereka yang sangat besar kepada NU.


*)Peresensi: Abdul Aziz MMM
Pengelolah  Renaisant InstituteTiggal di Yogyakarta

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template