Pluralisme Agama dalam Pandangan Sufisme - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Pluralisme Agama dalam Pandangan Sufisme

Pluralisme Agama dalam Pandangan Sufisme

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Senin, 05 Desember 2011 | 21.04

Dilansir di koran LAMPUNG POST, 04 Desember 2011

Judul : Satu Tuhan Banyak Agama; Pandangan Sufistik Ibn ‘Arabi, Rumi dan Al-Jili
Penulis : Media Zainul Bahri
Penerbit : Mizan, Bandung
Tahun : I, Agustus 2011
Tebal : xvi 536 Halaman
Harga : Rp 89.000
Peresensi : Abdul Aziz MMM*)

Maraknya kekerasan atas nama agama seringkali kita jumpai di berbagai daerah baik konflik antar agama maupun konflik aliran yang berbeda meski agamanya sama. Kita sebagai umat yang beragama jelas membutuhkan jalan keluar alternatif. Paling tidak, mampu menjembatani dan menengahi perseteruan konflik antar horizontal. Kalau melihat konteks kondisi negeri ini yang begitu beragam macam budaya, etnis, ras, dan kepercayaan agama, tentu sangat berpotensi terjadinya konflik internal agama maupun dengan penganut agama lain.

Sikap yang seharusnya kita munculkan terhadap perbedaan adalah toleransi antar sesama umat, menghindari diskriminasi terutama terhadap umat minoritas, dan menjalin hubungan yang harmonis. Meskipun agama itu berbeda, sebenarnya memiliki titik persamaan, yakni menyembah terhadap Tuhan yang sesungguhnya sama. Namun, pendapat seperti ini justru dianggap sesat dan menghancurkan keyakinan atau akidah umat.

Persamaan itulah yang kemudian di ranah transendental yang menyatukan (penyembahan terhadap Tuhan). Dalam hal ini pluralisme agama berupaya menjelaskan persamaan tersebut. Melalui buku yang bertajuk Satu Tuhan Banyak Agama; Pandangan Sufistik Ibn ‘Arabi, Rumi dan Al-Jili, karya Media Zainul Bahri yang diangkat dari disertasi doktoralnya ini, sedikit menilik pemahaman persoalan pluralisme agama atau wahdatul adyan (kesatuan agama-agama) dalam tradisi pemikiran sufisme, terutama dari tiga tokoh sufi besar dan ternama: Ibnu Arabi,Jalaluddin Rumi, dan Al-Jili. Meski dari tiga sufi besar tersebut tidak menyebutkan pluralisme agama atau wahdatul adyan. Namun, dari karya-karya mereka tersirat buah pemikiran yang mengarah perihal pluralisme agama.

Jika melihat dari pemikiran ketiga sufi tersebut, terdapat sebuah kesamaan konsep mengenai kesatuan esensi ketuhanan, kesatuan makna, kesatuan asal jalan/syariat dan kesatuan sumber kitab-kitab suci yang semua itu merupakan bagian model esoterik. Kerena semua kesatuan berujung kepada Tuhan sebagai realitas akherat, surga dan neraka.

Adapun perbedaan bentuk-bentuk agama dengan kata lain pluralisme agama, ini disebabkan tajalli (penampakan) Tuhan yang beragam. Sehingga, perbedaan, keberagaman dan bahkan pertentangan di antara agama-agama sesungguhnya terjadi karena interaksi antara tajalli Tuhan dengan respon manusia. Dalam hal ini, tajalli bukan satu-satunya penyebab perbedaan, karena faktor respon juga tak dapat diabaikan dalam memepertegas perbedaan yang berdasar kapasitas dan pengetahuan.

Bagi Ibnu ‘Arabi tentang perbedaan banyak hal di alam ini, berarti mesti membincang konsep tajalli. Dalam arti pembahasan tajalli yang menjadi sumber perbedaan banyak hal di semesta raya ini tak mungkin dihindari, keduanya terkait erat. Konsep tajalli bahkan menjadi keseluruhan bangunan pemikiran Ibnu ‘Arabi dan teorinya. Konsep ini bermula dari pandangan bahwa Tuhan menciptakan alam agar dapat melihat diri-Nya dan memperkenalkan diri-Nya melalui alam. Alam adalah cermin bagi Tuhan. Melalui cermin itulah Dia mengenal dan memperkenalkan wajah-Nya. Maka dalam pandangan Ibnu ‘Arabi Tuhan adalah “harta yang tersembunti” yang tidak dapat dikenal kecuali melalui alam. (halm 45).

Pemikiran Rumi tentang tajalli dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan Ibnu ‘Arabi. Bagi Rumi, Tuhan menampakkan diri-Nya pada ribuan cara dan bentuk, serta selalu hadir di setiap saat pada ribuan cara yang berbeda pula. Menurutnya, Tuhan pada level zat (esensi)-Nya tak mungkin dapat dipersepsi oleh makhluk. Mungkin yang dapat dikenal adalah tajalli-Nya dalam bentuk nama-nama dan sifat-Nya. Dalam perspektif Rumi Tuhan memiliki dua sifat: kemurahhatian dan kemurkaan. Dengan demikian, orang-orang yang beriman adalah bukti tajalli kemurahhatian-Nya, dan orang yang kufur sebaliknya adalah tajalli dari murka-Nya. (halm 181). Jika secara ontologism, ada orang yang membangkang terhadap seruan-Nya sehingga menyebabkan murka-Nya dan hal itu berarti menunjukan kesempurnaan-Nya, maka pluralitas agama yang beragam juga merupakan kehendak-Nya.

Al-Jili, seperti dua sufi sebelumnya, juga bicara tentang tajalli Tuhan. Ia juga disebut-sebut terpengaruh pemikiran Ibnu Arabi. Menurutnya, alam semesta secara total adalah hamba (abdi) Tuhan yang diciptakan-Nya dengan natur demikian. Karena itu, tidak satu pun di alam semesta ini yang tidak mengabdi kepada Tuhan. Keyakinan, ritus atau ibadah, dan model-model keberagamaan umat manusia berbeda-beda, tak lain karena perbedaan pengaruh nama dan sifat-sifat Tuhan pada makhluk sebagai wadah tajalli-Nya (hlm 258).

Pada akhirnya, buku ini mengajak kita untuk melihat perbedaan agama secara bijaksana sehingga menumbuhkan toleransi terhadap agama lain. Karena pada hakikatnya, masing-masing agama menyembah Tuhan yang sama dengan ekspresi atau ritus-ritus penyembahan terhadap Tuhan yang berbeda-beda. Perbedaan itu hanya terletak pada sisi lahiriah (eksoteris), tapi tidak pada sisi batiniah (esoteris). Di titik esoteris inilah semua agama bertemu. Ini mestinya yang menjadi pegangan umat beragama dalam melihat agama lain.

*)Peresensi: Abdul Aziz MMM, Sekjend Renaisant Institute Yogyakarta
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template