Penulis
: Augustus Ralli
Penerbit
: Serambi Ilmu Semesta, Jakarta
Cetakan
: I, 2011
Tebal
: 371 Halaman
Oleh : Abdul Aziz MMM*
Setiap orang
muslim bisa pergi ke tanah suci (Makkah) untuk menunaikan ibadah haji merupakan
impian terbesar dalam hidupnya, jika belum menunaikan ibadah haji rasanya belum
lengkap untuk memenuhi rukun islam yang dijalani setiap muslim.
Dua kota suci (Makkah
dan Madinah) yang sering kita sebut Haramayn adalah kota suci dambaan umat Islam
dan memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi kehidupan kaum muslim. Sebagai
kota peradaban dunia Islam dan sejarah diturunkannya islam melalui Nabi Muhammad
makkah merupakan pusat kiblatnya kaum muslimin.
Tak heran jika
kota suci Islam, kota Makkah dan Madinah adalah “kota terlarang” bagi orang non
muslim yang hendak menginjakan kakinya di dua tanah suci itu. Tak seoarang pun
selain orang muslim diperbolehkan. Ironisnya, larangan itu membuat sebagian
orang non muslim justru merasa tertantang untuk melakukan perjalanan ke dua
kota suci tersebut, Makkah dan Madinah.
Meskipun hukuman
bagi non muslim yang menginjakan kaki di kota suci tersebut dengan konsekwensi
hukuman dibunuh. Akan tetapi, larangan memasuki tanah suci bagi non muslim
tersebut, justru menjadi daya tarik yang semakin membuat para petualang Eropa
penasaran dan memaksa untuk melanjutkan ambisi mereka dengan berbagai misi dan
tujuan.
Ada beberapa orang non muslim yang nekat mengunjungi Mekah.
Demi memenuhi hasrat itulah, orang-orang non muslim itu datang ke Mekah dengan
menyamar, menyembunyikan identits dirinya, berpakaian layaknya orang muslim, melakukan
ritual haji, menyaksikan keagungan masjid, Ka’bah, dan mengunjungi makam
Rasulullah. Petualangan orang non muslim yang tidak mengenal takut itulah yang
dikisahkan Augustus Ralli dalam buku Orang Kristen Naik Haji ini.
kisah petualangan
mereka itu tergolong petualangan unik dan penuh mara bahaya yang bisa kena
hukuman mati. Di antara orang Kristen yang menerabas “larangan” dan nekat
mengunjungi kota suci Islam itu salah satunya adalah Ludorico Bartena, orang
Roma yang pertama kali mengunjungi Mekah pada tahun 1503, dia meninggalkan
Venesia menuju Alexandra. Sempat juga dia mengunjungi Mesir, Berynto, Tripoli,
Antioch dan Damaskus.
Bartena berhasil
memasuki kota Mekah,.saat di Damaskus itulah Bartena ikut dalam barisan tentara
Mamluk yang mendapatkan tempat khusus dalam iring-ringan kafilah besar. Tapi keberadaan
Bartena sebagai orang Kristen pada akhirnya diketahui orang Mamluk. Ia pun
harus berbohong, dan mengaku telah masuk Islam.
Kendati demikian,
orang Mamluk itu menyarankannya melarikan diri ke Jedah. Sayang, di Eden, dia
ditangkap. Ia dibawa ke hadapan sultan; dipaksa dan mengucap dua kalimat
syahadat. Tapi dia menolak. Akibatnya, dia dipenjara. Untung, istri sultan
menolongnya dan memberi usul agar ia pura-pura gila sehingga dia dibebaskan.
Setelah itu, dia kembali ke Roma.
Selain mengisahkan
petualangan Bartena yang menegangkan, buku ini juga mengupas kisah-kisah
petualangan-petualang lain seperti Giovanni Finati, Léon Roches, dan Sir
Richard Burton. Jika ditelisik lebih jauh, para petualang orang-orang Kristen
ke Makkah yang terangkum dalam buku ini adalah mereka yang datang ke Makkah
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, penelitian dan untuk memenuhi kebutuhan
ilmiah, seperti Badia, Seetsen, Burckhardt, dan Snouck Hurgronje.
Selain menyelami
kisah-kisah menegangkan para petualang Eropa yang berhasil menginjakkan kaki di
tanah suci, melakukan ritual-ritual haji, melihat keagungan Ka’bah dari dekat,
bahkan juga pergi ke Madinah dan mengunjungi makam Nabi, dari buku ini kita juga
akan mengetahui dinamika historisitas Makkah dan Madinah pada kurun abad ke-15
hingga abad ke-19. Juga akan melihat pergolakan politik antar kekuatan besar
pada masa itu seperti kerajaan Persia, Turki Usmani, kelompok Wahabi, pasukan
Mamluk dan Prancis di bawah Napoleon yang juga turut mewarnai perjalanan para
petualang.
Kisah petualangan
dalam mengunjungi kota suci yang dikisahkan buku ini dilakukan kurang lebih
satu abad hingga 5 abad yang lalu, maka pembaca bisa merasakan betapa perjalanan
haji pada zaman lalu sungguh menegangkan, bahkan setiap musim haji pasti
terjadi eksekusi mati bagi beberapa orang Kristen yang terbukti masuk ke tanah
suci
*)Peresensi:
Abdul Aziz MMM
Sekjend Renaisant Institute Yogyakarta
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !