John Gilkey, si Pencuri Buku - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » John Gilkey, si Pencuri Buku

John Gilkey, si Pencuri Buku

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Senin, 20 Februari 2012 | 07.50

Dimuat di RIMANEWS, 18 Februaru 2012 

Judul          : The Man Who Loved Books Too Much
Penulis       : Allison Hoover Bartlett
Penerbit     : Pustaka Alvabet
Edisi           : April 2011
Tebal          : xvi + 282 halaman

Peresensi    : Abdul Aziz MMM 
John Gilkey, adalah seorang pencinta buku sekaligus sebagai seorang pencuri buku membuatnya menjadi pencuri yang paling terkenal di seantero Amerika. Caranya sangat sederhana, ia tak perlu mengendap-ngendap ke berbagai toko buku antik untuk mencuri buku.

Cukup dengan menggunakan nomor kartu kredit yang diperolehnya saat ia menjadi pegawai di sebuah toko pakaian mewah, Gilkey menelpon toko buku dan memesan buku yang diinginkannya. Menjelang toko tersebut tutup ia mengambil sendiri buku pesanannya dengan mengaku sebagai orang suruhan dari pemesan buku tersebut.

Di sisi yang lain, Ken Sanders, salah seorang agen buku yang juga menjadi Ketua Keamanan ABAA, (asosiasi penjual buku antik Amerika) sangat terobsesi untuk menangkap Gilkey, ia rela mengubah profesinya sebagai penjual buku antik untuk menjadi seorang bibiliodic, semacam detektif swasta yang mengkhususkan diri menangani kasus pencurian buku.

Kisah bagaimana sepak terjang John Gilkey dalam mencuri buku dan bagaimana Ken Sanders berusaha untuk menangkap Gikley inilah yang dituturkan secara menarik oleh Allison Hoover Bartlet, seorang jurnalis yang tulisan-tulisannya sering muncul di media-media terkemuka dunia seperti New York Times, Washington Post, Salon.com, dll.

Ketertarikan Allison untuk menulis kisah tentang Gilkey dan Sanders ini sendiri berawal ketika dirinya menerima bungkusan berisi sebuah buku antik berjudul “Kratuterbuch” (buku tanaman) terbitan tahun 1630. Ketertarikannya akan buku tersebut membuatnya ia mencari data mengenai asal-usul buku tersebut yang pada akhirnya menghantarnya pada kisah-kisah mengenai pencurian buku. Dalam beberapa kisah pencurian buku itulah akhirnya ia menemukan referensi mengenai Ken Sanders yang akan membawanya pada sepak terjang Gilkey si pencuri buku. Sejak itulah Allison berhasrat untuk menulis artikel tentang John Gilkey.

Apa yang dilakukan Allison tak sekadar riset pustaka belaka, namun ia juga melakukan serangkaian wawancara baik pada Ken Sanders sang detektif buku maupun pada Ginkley si pencuri buku, sehingga apa yang ditulisnya ini merupakan hasil peliputan jurnalistik yang benar-benar seimbang, mendetail, valid dan kaya akan kilasan-kilasan menarik mengenai dunia buku-buku antik.

Kepiawaian Bartelt dalam melakukan investigasi membuat karakter kedua tokoh ini benar-benar tereksplorasi dan tersaji secara gamblang. Selain mewawancarai Gilkey dan Sanders, Alisson juga melakukan wawancara dengan orang Tua Gilkey untuk mencari tahu apakah ada pengaruh keluarga dan masa lalunya yang membuat Gilkey menjadi seorang pencuri buku.

Apa yang dilakukan Allison dengan mewawancarai Ginkley hingga ke penjara dan pertemuannya yang intnes dengannya bukanlah hal yang sia-sia karena pada akhirnya Gilkey menceritakan secara blak-blakan padanya baik itu cara-cara dia mencuri buku maupun motif apa yang ada dibalik usahanya untuk mencuri buku.

Dalam bukunya ini, Allison tak sekadar menyajikan kisah dramatis bagaimana lika liku Gilkey melakukan pencurian buku atau bagaimana usaha Ken Sanders menangkapnya dan menjebloskannya ke penjara. Allison juga memasukkan kisah dirinya, bagaimana gentarnya dirinya ketika harus berhadapan dengan si pencuri buku atau dilema yang dihadapi apakah ia harus melaporkannya kepada polisi atau tidak. Ketika Gilkey menceritakan semua yang pernah dilakukannya.

Selain itu, di buku ini akan tersaji pula berbagai hal mengenai dunia buku antik yang begitu memesona. Dalam buku ini akan terungkap harga-harga buku edisi pertama yang harganya bisa mencapai ratusan ribu dolar, bagaimana cara menilai buku antik hanya bedasarkan sentuhan dan aroma baunya, bagaimana jaket buku ternyata sangat berpengaruh pada nilai sebuah buku dan sebagainya.

Detailnya Allisson dalam memaparkan semua hasil investigasinya ini memang baik, namun bagi mereka yang tak terbiasa membacanya mungkin agak sedikit menimbulkan kejenuhan, untungnya Allisson tak terjebak dalam untuk menyajikan data-data menegnai buku-buku antik hasil investigasinya namun ia juga menyelipkan berbagai kisah para penggila buku yang sangat inspiratif.

*)Peresensi: Abdul Aziz MMM
Pengelola  Renaisant Institute Tinggal di Yogyakarta
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template