Dimuat di RADAR SURABAYA. Minggu, 19 Februari 2012
Judul Buku: Miracle of The Quran
Penulis: Caner Taslaman
Penerbit: Mizan
Cetakan: 2011
Tebal: 482 Halaman
Harga: Rp 79.000
Peresensi: Abdul Aziz
MMM
Islam
bukan hanya ajaran agama, tetapi Islam juga merupakan sebuah jalan menuju hidup
harmonis yang secara terpadu mampu menghadapi tiga dimensi kehidupan: dimensi
alam fana, barzakh, dan akhirat.
Jika
melihat dari sudut pandang sains dan teknologi, maka sudah bukan rahasia lagi
bahwa di dalamnya termuat penjelasan tentang materi, energi dan informasi.
Islam secara terpadu dapat mengungkapkan kejadian-kejadian bertema sains maupun
teori sains mutakhir. Semua informasi tersebut dapat kita temukan di dalam al-Quran
yang merupakan kitab suci umat Islam. Meski demikian, al-Quran tidak dapat
disebut sebagai sebuah buku pelajaran sains. Tetapi, al-Quran merupakan
penuntun bagi umat manusia dalam mengarungi ketiga dimensi kehidupan di atas.
Para
ilmuwan yang telah bersentuhan dengan al-Quran mengungkapkan bahwa
penjelasan-penjelasan al-Quran selalu selangkah lebih maju dibanding
penemuan-penemuan sain modern. Setiap penemuan hebat pada abad kontemporer
ternyata sudah dijelaskan oleh al-Quran sejak empat belas abad yang silam.
Salah
satu bukti yang disuguhkan oleh Taslaman penulis buku ini adalah dalam Q.S.
al-Rum; ayat 3, yang meramalkan kekalahan Romawi di bagian terendah di muka
Bumi. Ungkapan ayat adna al-ardh selama ini bisa
diterjemahkan kalangan ulama konvensional sebagai “daerah yang dekat”, padahal
menurut Taslaman terjemahan tersebut tidak mengungkapkan inti makna ayat, yang
lebih tepat bermakna “bagian terendah di Bumi”.
Terbukti,
sejarah mencatat bahwa peristiwa tersebut terjadi di Laut Mati, sebuah daerah
yang diperkirakan berada empat ratus meter di bawah permukaan laut, sekaligus
menjadikannya sebagai titik terendah di muka bumi, yang validitasnya baru
terbukti beberapa millenium kemudian dengan ditemukannya teknik-teknik
pengukuran permukaan Bumi yang canggih (hlm. 275).
Dengan
demikian, upaya Taslaman untuk membuktikan mu’jizat al-Quran dapat tercapai,
dengan pernyataan al-Quran empat belas abad yang lalu bukan sekedar meramalkan
peristiwa yang akan terjadi di masa datang, namun juga secara terperinci dan
jitu menunjukkan kondisi geologis peristiwa tersebut terjadi. Inilah bukti
kebenaran al-Quran di mata sains, yang baru belakangan mampu memahaminya.
Fakta-fakta
tersebut bisa dibaca dalam buku ini. Sebuah buku yang akan menyadarkan kita
betapa al-Quran merupakan suatu himpunan informasi tentang masa lalu, masa kini
sekaligus masa depan yang tak dapat disangkal kebenarannya.
Taslaman
selalu meletakkan al-Quran sebagai sumber rujukan utama. Adapun sumber rujukan
kedua adalah hadits-hadits sahih dan syarahnya, kemudian penemuan-penemuan
sains modern menjadi rujukan ketiga. Di snilah penulis menggunakan akal pikirannya
(logika). Dengan demikian, ayat-ayat sains akan lebih tergali maknanya jika
direnungkan oleh masyarakat sains.
Selain
itu, informasi yang terkandung dalam al-Quran pada dasarnya turun dalam bentuk
konklusif terkadang misterius, dan tugas manusia menemukan formulasi yang tepat
untuk memahaminya. Berbeda dengan sains, yang harus melalui proses empirik
mapun penelitian hingga ditemukan sebuah kesimpulan.
Selain
mengupas tujuh puluh tema al-Quran yang dihubungkan dengan penemuan sains
terkini, Taslaman juga menyuguhkan lima puluh keajaiban matematis al-Quran
dalam konkordansi leksikal. Salah satunya berupa struktur ajaib dalam al-Quran
yang dihasilkan angka sembilan belas. Dalam surat al-Mudatstsir, angka sembilan
belas ditekankan dengan pernyataan ayat, Di
atasnya ada 19 dan
ayat yang ke-31 yang menjelaskan fungsi serta tujuan bilangan 19.
Ayat
31 dalam surat al-Muddatstsir ini sedemikian istimewa bukan hanya karena
panjangnya yang di atas rata-rata ayat lain, namun dalam ayat inilah keajaiban
19 dapat dibuktikan. Misalnya, ayat ini terdiri dari 57 kata (19x3), sementara
ayat sebelumnya terdiri dari 3 kata. Jika dikalikan 3 kata dengan angka 19 yang
terdapat dalam ayat 30, maka hasilnya adalah 57, jumlah kata yang terdapat
dalam ayat 31.
Hal inilah
yang menjadi bukti paling kuat atas mu’jizat al-Quran yang tidak dapat ditiru
oleh siapapun. Lalu mengapa harus matematika?, mengutip ucapan Galileo, Ia
menyatakan bahwa matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan untuk menuliskan
jagat raya. Taslaman berasumsi hal ini untuk memelihara bukti kebenaran al-Quran
itu sendiri. (halaman. 372)
Tapi
cukupkah semua itu pada kekaguman saja? Tidak. Kita harus berbuat lebih jauh
dari itu, yakni mensyukuri segala nikmat Allah. Itulah yang ditegaskan oleh Taslaman
di bagian akhir buku ini. Akhirnya kita menyadari bahwa kita merasa sangat malu
dan tidak tahu diri bila selama ini kurang bersyukur atas segala nikmat-Nya. Bukankah
setiap detik kita diberi oksigen, sinar mentari, sinar rembulan, air, dan
nikmat lainnya yang tidak akan mampu menghitungnya?.
Inilah
buku paling komprehensif yang mengkaji hubungan antara al-Quran dan sains
modern. Ditulis dengan gaya yang mudah dipahami oleh orang awam. Buku ini
mengarahkan pembaca untuk memperdalam pemahaman tentang penciptaan alam semesta.
Dengan memahami buku ini akan bertambah kuat imannya semakin cinta Islam dan
pada akhirnya semakin senang beramal saleh termasuk di antaranya bersyukur
kepada Allah SWT.
*)Peresensi:
Abdul Aziz MMM
Pengelola Renaisant Institute Tinggal di Yogyakarta
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !