Disiplin Jiwa Ala Al-Ghazali - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Disiplin Jiwa Ala Al-Ghazali

Disiplin Jiwa Ala Al-Ghazali

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Minggu, 16 Februari 2014 | 10.48

Dimuat di KORAN SINDO Minggu, 16 Februari 2014

Judul buku      : Metode Menaklukan Jiwa
Penulis            : Al-Ghazali
Penerbit          : Mizan
Cetakan          :  2013
Tebal               : 344 hlm
Peresensi        : Abdul Aziz Musaihi M.M, S.H.I 

Para pemikir Islam tidak pernah jera mengingatkan umat Islam, khususnya para ulama dan penguasa muslim, akan bahaya kekuasaan dan politik. Imam Al-Ghazali pernah menyatakan bahwa politik adalah lahw dan la'b, permainan memabukkan yang bisa membuat orang lupa daratan. Kekuasaan dalam nalar fiqh siyasah bersumber pada hawa nafsu yang sulit dikendalikan. 
 
Al-Ghazali dengan ketajaman analisis seorang filsuf dan kedalaman penghayatan seorang sufi mengetengahkan keluhuran akhlak secara panjang lebar dalam karya monumental paling prestisius Ihya' Ulum Al-Din. Pemikir terbesar etika politik Islam itu, saat membahas sistem dan kelembagaan politik, sangat menekankan akhlak, moral, dan etika. Pasalnya, keluhuran akhlak merupakan tolak ukur pencapaian kemanusiaan dalam Islam. 
 
Buku ini hasil terjemahan edisi Inggris dari dua bab Ihya' Ulum Al-Din yang menjadi ciri khas ajaran etika Al-Ghazali. Bagian pertama membahas diagnosis dan terapi katarak spiritual (akhlak buruk seperti licik, batil, zalim, dan dusta) yang menghalangi mata batin manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Bagian kedua secara khusus mencermati dua penyakit mental manusia paling berbahaya: sifat rakus dan hawa nafsu yang tidak terkendali. 
 
Tasawuf acap kali dimaknai sebagai aspek ajaran Islam yang paling memberi aksentuasi pada kesucian rohani manusia. Al-Ghazali, dalam pandangan Fazlur Rahman, berpengaruh besar bagi dunia Islam karena mampu membangun kembali ortodoksi Islam dengan menjadikan sufisme sebagai bagian integral kehidupan kaum Muslim. 
 
Kontribusi Al-Ghazali paling istimewa bagi Islam terletak pada teknologi spiritual buat pendisiplinan jiwa terutama melalui ibadah puasa. Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda, "Allah tidak pernah membuat baik paras dan akhlak seseorang hanya untuk membiarkannya dimangsa api neraka" dan "Sebaik-baiknya mukmin adalah yang paling baik akhlaknya" (halaman 77). 
 
Sabda Nabi yang dielaborasi Al-Ghazali di bagian pertama buku ini sangat kontekstual dan relevan dengan praksis keberagamaan umat di Indonesia dewasa ini. Kebangkitan Islam di Tanah Air agaknya belum mampu membendung arus besar "atheisme" berwajah hedonisme, pragmatisme, sekularisme, dan materialisme.
 
Hedonisme adalah kecenderungan orang untuk hidup mewah tanpa mau kerja keras. Pragmatisme adalah perilaku ingin sukses dengan mengandalkan jalan pintas atau mental nerabas. Sekularisme adalah kecenderungan hidup yang semakin larut dan diperdaya kepentingan-kepentingan duniawi, sehingga mengabaikan dimensi spiritual keagamaan. Materialisme adalah gaya hidup egolatri (memuja martabat secara berlebihan) yang melulu diarahkan untuk mendewakan (memberhalakan) harta benda, uang, dan kekuasaan. 
 
Di Indonesia, korupsi semakin merambat luas sulit diberantas karena hedonisme, pragmatisme, sekularisme, dan materialisme merajalela di lingkungan birokrasi pemerintahan dari akar rumput hingga lembaga-lembaga tinggi kenegaraan. Mengapa? Pemahaman dan penghayatan keagamaan berhenti pada simbol normatif dan praktik ritualisme.
 
Agama telah disapih dari dimensi spiritual. Praksis keberagamaan telah mengabaikan etika. Jiwa-jiwa manusia jadi tidak disiplin, sehingga gampang ditelikung berbagai "atheisme" pragmatis di atas. 
 
Metode pendisiplinan diri melalui ibadah puasa belum berhasil mengikis akhlak buruk yang daya rusaknya sangat masif dan berskala luas. Negeri ini terjerumus zaman laknat penuh kutukan (jahiliyah) karena, meminjam perspektif sufisme Al-Ghazali, mewarisi mental kepemimpinan zalim, munafik, culas, batil, serakah, rakus, dan gelojoh. Elite politik belum mengindahkan petuah Rasulullah SAW, "pemerintah bisa tetap hidup kendati tidak beriman tetapi akan hancur bila tidak adil.
 
Para koruptor berwajah ulama memang menelikung agama sebagai sarana pemuas nafsu kepentingan mereka. Agama yang dijadikan penjaga tatanan pendukung status quo lebih berbahaya ketimbang kebrutalan tentara paling fasis. Benar, kata Al-Ghazali, keutamaan Islam terhalang katarak spiritual pemeluknya sendiri. Penghayatan keagamaan telah digerus hedonisme, pragmatisme, sekularisme, dan materialisme terus berpeluang besar memperdaya umat. 
 
Teknologi pendisiplinan jiwa yang dikembangkan Imam Al-Ghazali, dalam buku ini, tidak ditujukan untuk mengebiri hasrat-hasrat alamiah manusia akan kuasa, harta, maupun kehormatan keduniawian lainnya, melainkan membawa pada keseimbangan yang memungkinkan orang beriman meraih masa depan lebih baik dengan mengubah perilaku buruk tidak terpuji melalui gerakan asketik. 
 
Imam Al-Ghazali adalah preseden bagus keberagamaan secara radikal. Ia ikhlas meninggalkan segala jabatan dan gemerlapnya pesona duniawi untuk hidup mengikuti kehendak Ilahi dengan membaktikan diri sepenuhnya sebagai seorang sufi. 
 
Keteladanan yang bisa ditimba dari masterpiece sang Hujjatul-Islam ini: Hanya jika elit politik, menyantuni kejujuran, ketulusan, kesederhanaan, kerendahan hati, dan kebajikan serta berani hidup susah ala Imam Al-Ghazali maka bangsa Indonesia akan terbebas dari lembah kebinasaan.

*)Peresensi: Abdul Aziz Musaihi M.M, S.H.I
Penikmat Buku dan Pustakawan Mandiri

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template