Dimuat di HARIAN BHIRAWA 28 Februari 2014
Judul : Paris Sejarah yang Tersembunyi
Penulis : Andrew Hussey
Penerbit : Alvabet
Cetakan : Februari, 2014
Tebal : 636 Halaman
ISBN : 978-602-9193-42-8
Oleh :
Fatmawati Ningsih S.Th.I
Siapa sangka, kota yang terkenal dengan keindahan menara
Eiffel ini menyimpan sejarah tersembunyi. Tak banyak orang tahu, bahwa ada
penderitaan di dalam kemegahan, pengkhianatan yang terselubungi patriot, dan
pembunuhan yang didasari cinta.
Buku Paris Sejarah yang Tersembunyi karya
Andrew Hussey ini hendak mengajak kita menjelajahi kota Paris, melintasi abad
dan agama. Ada fakta yang perlu diungkap dan dijabarkan untuk diketahui dunia.
Tidak hanya Revolusi Prancis yang menjadi sejarah menarik kota Paris. Lebih
dari itu, penulis buku ini mencatat sejarah kota Paris dari zaman Prasejarah
hingga abad 21 bersama cerita-cerita mengharukan dalam bingkai agama, budaya
dan politik.
Asal mula nama ‘Paris’ disematkan pada masa
kekuasaan Julian. Alasan pemberian nama ini sepenuhnya bersifat politis. Ia
terambil dari kata Civitas Parisiorum, artinya kota suku Parisii, mereka
adalah suku utama yang bermukim di kota ini dari bangsa Kelt dan Romawi yang
kemudian disebut sebagai Parisian. Julian hendak menegaskan, sebagai tradisi di
kekaisaran bahwa kota ini berada dibawah perlindungannya. Dengan menggunakan
fraseologi ini, Julian juga menunjukan adanya perkembangan pemukiman dari pagi
menjadi civites, dari sebuah desa suku menjadi sebuah kota.
Suku Parisii baik keturunan Kelt maupun Romawi pada
waktu itu menganut keyakinan pagan. Parisian menyembah pohon, gunung dan menggantungkan
kepala binatang sebagai tumbal dimuka umum. Keyakinan ini terus berlanjut
meskipun Paris telah dipimpin kaisar Romawi yang menganut ajaran Kristen. Hal
ini terbukti dari surat Gregory, Uskup Roma yang dikirim kepada Ratu Frank pada
586 M. yang mengeluhkan adanya laporan dari para pelancong bahwa penduduk asli
Paris masih belum mengikuti disiplin Gereja, bahkan sebagian umat Kristen masih
menyembah setan.
Seiring bergesernya abad demi abad, Paris tak
lantas berdamai dalam satu agama Kristen. Perbedaan paham mengguncang
ketegangan amat parah sejak tesis Luther pertama kali diperkenalkan. Ajaran Martin
Luther dianggap ajaran sesat dan menyimpang dari ajaran resmi. Perang suci
antara Protestan dan Katolik pun tak bisa dihindari.
Pada 4 Maret 1557, sekelompok pelajar Katolik
menyerbu rumah seorang pengacara yang dikenal bersimpati kepada penganut
Protestan. Ketika misa berlangsung, mereka membunuh setiap orang yang ditemui.
Polisi memberi dukungan atas tindakan itu dan menangkap penganut ajaran sesat
untuk diadili. Hukuman bagi mereka yang dinyatakan bersalah sangat kejam. Ada
yang dibakar di Place de le Grere, ada juga yang di strappado, yaitu
alat untuk menarik kaki dan tangan hingga nyaris terlepas dari engselnya saat
perlahan diturunkan ke dalam api.
Ketegangan terhadap umat Yahudi juga pernah
dialami Paris pada abad ke-13. Pasca Perang Salip pertama, para kesatria Paris
yang bertolak ke Palestina terlanjur memupuk ketidakpercayaan terhadap orang
Yahudi. Mereka mendominasi perekonomian dengan memberi pinjaman beserta bunga
tinggi.
Orang Yahudi diusir, dibantai dan dipermalukan
selama beberapa ratus tahun. Seorang Yahudi bernama Jonathas dibakar
hidup-hidup atas tuduhan menghujat Tuhan dan riba. Namun demikian, orang Yahudi
tetap kembali karena Paris diam-diam membutuhkan keahlian dan kecerdasan
finansial mereka.
Perang suci mengerikan termutakhir lainnya dialami
oleh orang Islam dari Aljazair. Pada 1961 ratusan mayat orang Aljazair
dihanyutkan di sungai. Mayat-mayat tersebut dibuang oleh pihak kepolisian yang mengira
bahwa sungai itu akan menghapus bukti.
Pertempuran itu sangat kompleks permasalahannya. Perang
tiba-tiba sangat brutal saat puluhan ribu orang Aljazair berkumpul dipusat kota
untuk berdemonstrasi menuntut perdamaian dan kemerdekaan. Hingga terjadilah pembunuhan
masal yang nantinya konflik ini dimuliakan dengan nama ‘Pertempuran untuk
Paris’. Tetapi pada kenyataannya hanyalah pembantaian yang ada dalam sejarah panjang di Paris.
Buku ini pantas menjadi rujukan sejarah tersembunyi
Paris yang panjang. Namun penulis buku ini tidak mengklaim sebagai sejarah
final.
Peresensi : Fatmawati Ningsih S.Th.I
Penulis Lepas, Alumnus IAIN Walisongo Semarang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !