Laku Makrifat Kesunyatan Syekh Siti Jenar - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Laku Makrifat Kesunyatan Syekh Siti Jenar

Laku Makrifat Kesunyatan Syekh Siti Jenar

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Rabu, 12 Februari 2014 | 03.34

Dilansir di Media WASATHON.COM 11 Februari 2014

Judul buku     :  Syekh Siti Jenar; Makrifat Kesunyatan
Penulis            : Achmad Chodjim
Penerbit          : Serambi
Cetakan          : Maret 2013
Tebal               : 352 hlm
ISBN               : 978-979-024-344-6
Peresensi        : Abdul Aziz Musaihi M.M S.H.I 

Ajaran Islam yang diajarkan Syekh Siti Jenar memang bisa di bilang kontroversial. Di saat para Wali Songo menanamkan Islam lewat model akulturasi, Syekh Siti Jenar justru membangun Islam secara asimilasi, yang kemudian melahirkan Islam kejawen. Pandangan sufistik Islam Syekh Siti Jenar diramu dengan mistik jawa sehingga melahirkan Islam yang tidak berwajah keras, tapi memancarkan kesejukan dan kedamaian. Maka tidak mengherankan jika kemudian ajaran beliau berkembang dengan cepat melebihi dakwah Wali Songo karena memang ketika itu masih banyak masyarakat Jawa yang menganut agama dan paham bercorak Hindu-Budha.

Jika ditelusuri lebih jauh, pemikiran Syekh Siti Jenar sebenarnya bermuara pada persoalan ajaran hakikat dan syari’at. Ajaran hakikat lebih banyak mengupas hubungan akhlak antara manusia dengan dirinya sendiri, sesama makhluk lain, alam semesta, serta Tuhan. Sementara ajaran syari’at cenderung menekankan pada persoalan dogma atau doktrin, ritual ibadah, simbol-simbol, aturan, serta praktik formal keagamaan.

Bagi Syekh Siti Jenar, syari’at hanyalah sarana yang akan mengantarkan kita untuk sampai ke tujuan dan bukan menjadi tujuan itu sendiri. Beliau menganggap bahwa ilmu hakikat jauh lebih penting untuk dipahami terlebih dahulu daripada ilmu syari’at, sebab orang yang hanya menjalankan syari’at agama namun tidak memahami ilmu hakikat seringkali mengalami problem “krisis identitas”. (hlm. 56)

Achmad Chadjim dalam bukunya Syekh Siti Jenar: makrifat Kesunyatan, memaparkan panjang lebar tentang hakikat makrifat kesunyatan, yang merupakan sambungan dari pada buku satu dan dua yang pernah di tulisnya. Menurut Chadjim, seseorang yang sudah makrifat justru merasa tidak mengetahui apa-apa, tetapi hasilnya adalah apa-apa yang dapat menjadi petunjuk baik bagi dirinya maupun orang lain. 

Dalam pandangan Siti Jenar, Makrifat yang arti sebenarnya adalah orang yang tahu atau orang yang memiliki pengetahuan, justru dalam kenyataan dia adalah orang yang tidak tahu apa-apa. Ia seperti alat yang tidak tahu dirinya alat, tetapi ia berguna bagi siapa yang membutuhkan kehadirannya. Ia tampak seperti manusia biasa lainnya, yang bisa hadir sebagai pemimpin, pegawai, buruh, pedagang, petani, ataupun prajurit yang siap bertempur di medan pertempuran. (hal. 51)

Jiwa bisa menjadi tenang bilamana badan sebagai wadahnya dilatih untuk dapat membuat semua indra menjadi patuh pada sang jiwa. Namun, dalam kenyataannya jiwa justru lebih banyak terpengaruh oleh pancaindra (indra penglihat, pembau, pendengar, perasa di lidah, dan perasaan dikulit) dan tri-indra (pikiran, imanjinasi atau angan-angan dan keinginan). Jadi, kita harus dapat membuat pancaindra dan tri-indra menjadi heneng (diam) dan hening (jernih, bening), agar kita bisa hidup secara lawas (awas) dan heling (eling, sadar). (hal. 73)

Segala jeratan dunia harus kita lepaskan agar hidup ini nyaman dan selamat. Ketika kita melepaskan nyawa, maka kita sudah terbebas dari aneka jeratan dunia. Kita tak perlu was-was, ragu-ragu, dalam perjalanan jiwa kita. Bukankah dengan membebaskan diri dari jeratan dunia itu untuk mencapai tujuan yang mulia? Benar! Bila kita bisa hidup lahir dan batin sama pasti kita akan sampai tujuan, yaitu kembali kepada tuhan semesta alam. Kita sejatinya bukanlah bagian dari dunia, tetapi kita adakag khalifah-Nya. (hal. 183).

Manusia harus realistik dalam menjalani hidup di dunia ini. Ia harus berusaha untuk tidak tertipu oleh heksa-indranya (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa, dab nafsu seksual) dan oleh tri-indranya (pikiran, angan-angan dan keinginan). Indra, pikiran, angan-angan, dan keinginan dapat menipu kita. Oleh karena itu, manusia harus meniti ke dalam dirinya, mengetahui rahasia dirinya, dan akhirnya berusaha memahami makna kematian dirinya di dunia ini. Itulah yang di tegaskan oleh Syekh Siti Jenar. (hal. 271).

Khusuk arti sebenarnya adalah gersang atau tandus. Jadi, orang yang khusuk adalah orang yang steril dari berbagai macam keinginan atau aktivitas pikiran. Orang jawa menyebutnya hati dan pikirannya lerem. Sedangkan daim artinya tak pernah berhenti, maka orang yang salat makrifat berarti orang yang tidak pernah putus kesadaran terhadap Tuhannya. (hal. 295).

Buku ini disuguhkan bagi mereka yang haus akan perjalanan hidup ini. Setelah mengupas makna kematian, lalu makrifat dan makna kehidupan menurut Syekh Siti Jenar pada dua buku sebelumnya, kini Chadjim mengajak pembaca untuk mengarungi hakikat hidup yang lebih dalam. Inilah lautan makrifat kasunyatan. Pada zaman dahulu, ajaran kasunyatan ini diberikan secara tertutup. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan penyalahgunaan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, pada era informasi sekarang ini tak ada alasan lagi untuk merahasiakan ilmu kasunyatan. 

*)Peresensi: Abdul Aziz Musaihi M.M, S.H.I
Penikmat Buku dan Pustakawan Mandiri
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template