Judul Buku : Ensiklopedi
Abdurrahman Wahid
Penulis : Mukhlas Syarkun
Penerbit : PPPKI
Cetakan : I, 2013
Tebal : 6 jilid
Penerbit : PPPKI
Cetakan : I, 2013
Tebal : 6 jilid
Harga : Rp. 750.000
Peresensi : Abdul Aziz MMM
Mengenal sosok Gus Dur seolah mengenal sosok yang
kontroversial di mata masyarakat saat ia masih hidup. Ia tipe yang membingukan
kala mengatakan hendak ke kanan ternyata ia malah berbelok ke kiri. Walau
seperti itu, pemikirannya yang mampu merevalitasi, disorientasi, bergaya
modernis mampu memecah pemikiran yang tradisionalis.
Wafatnya Gus Dur memberikan sebuah tanda duka yang
mendalam. Dimana sosoknya sebagai seorang begawan politik ini sangat disegani
oleh kalangan kawan sejawat bahkan oleh lawan. Pemikiran-pemikiran dari sosok
Gus Dur mungkin memang menyesuaikan dengan apa yang dimilikinya dan
lingkungannya.
Banyak penyematan nama
yang orang lain berikan kepada Beliau. Penyematan nama yang begitu beragam tak
lepas dari sepak terjang Gus Dur dalam bergumul dengan sisi kemanusiaan, entah
itu siapa, kalangan mana. Sekat batas atas nama golongan, etnis, agama, bahkan
individu yang sekelas teri pun Gus Dur diretasnya.
Berbagai kalangan mencoba
memotret Gus Dur dari segi kenegarawananya, keulamaannya, keberpihakan terhadap
masyarakat yang terkucil atau sedang dikucilkan. Namun, potret yang parsial tersebut
hanya menambah kebingungan, karena beragamnya pandangan dan keluasan sepak
tejang Gus Dur.
Salah satu contohnya adalah saat Gus Dur
mengatakan bahwa “assalamualaikum” bisa diganti dengan selamat pagi, yang
membuatnya harus dibenci, dikritik, dan bahkan dihujat. Namun anehnya Gus Dur
tetap teguh pada pendiriannya dan tetap santai menanggapi itu semua. Karena
menurut Gus Dur, Isi doa selamat dan kedamaian yang terkandung dalam ucapan
salam itu, cukup dinyatakan dalam hati tidak perlu diucapkan. (Jilid 4 hlm. 47)
Ketika Inul Daratista,
penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyang ngebornya dihujat oleh berbagai
pihak dan dianggap haram, Gus Dur justru membelanya, sebagaimana Rasulullah
tidak perlu memaksa pakai kekerasan ketika mendidik umatnya yang awam. (Jilid 4 hlm. 243)
Dalam cacatan sejarah bangsa Indonesia, belum
ditemukan tokoh se-kontroversial Gus Dur. Manisfestasi dari ke-kontroversialan
Gus Dur itu, bisa kita baca lewat langkah-langkahnya yang zig-zag. Misalnya
menjadikan Konghunyu sebagai agama resmi bangsa Indonesia, Imlek sebagai hari
libur nasional, termasuk menghapus Tap MPR yang mendiskriditkan PKI,
membubarkan departemen sosial, termasuk juga menjadikan pondok pesantren
sebagai salah satu lembaga pendidikan diakui di nusantara adalah sederet dari
sekian advokasi Gus Dur terhadap kelompok monoritas. (Jilid 5)
Buku “Ensiklopedi
Abdurrahman Wahid” yang dikemas dalam enam jilid, karya Mukhlas Syarkun ini
merekam jejak kehidupan Gus Dur yang dimulai dari leluhur Gus Dur yang memang
ulama besar, pejuang dan tokoh politik. Selain itu, buku ini mengurai pula
peran para guru Gus Dur yang telah berjasa besar dalam membentuk
intelektualitas dan karakter Gus Dur. Gus Dur mendapat pendidikan dari guru
yang mumpuni. Dalam dunia tasawuf Gus Dur diajar ulama yang dinilai sebagai
wali, dan dalam politik Gus Dur digodok oleh tokoh politik kelas Nasional.
Buku ini cukup mewakili
gambaran tentang sosok dan pribadi Gus Dur. Bagi yang berkesempatan dekat
dengan Gus Dur, buku ini seperti merefresh kembali memori indah saat bersama
Gus Dur. Di sisi lain, buku ini cukup menjembatani siapa pun yang tidak
berkesempatan secara langsung berinteraksi dengan Gus Dur dan ingin mengenal
sosok dan pribadi Gus Dur secara lebih intim.
*)Peresensi: Abdul Aziz MMM
Penikmat Buku, Alumnus UIN Sunan KaliJaga
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !