Demi Kemaslahatan, Politik itu Penting - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Demi Kemaslahatan, Politik itu Penting

Demi Kemaslahatan, Politik itu Penting

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Senin, 03 Maret 2014 | 05.02

Dimuat di koran JAWA POS Minggu, 2 Maret 2014

Judul              : Pedoman Berpolitik Warga NU
Penulis           : Muh. Hanif Dhakiri
Penerbit         : Pustaka Pesantren
Cetakan          : I, 2013
Tebal               : xvi+60 Halaman
ISBN                : 602-8995-45-2
Peresensi       : Fatmawati Ningsih S.Th.I
Maraknya praktek korupsi di pusaran politik mengakibatkan sikap skeptis cara pandang berpolitik oleh sebagian masyarakat Indonesia. Politik dianggap kotor dan jauh dari nilai-nilai Islam. Semua orang yang terjun ke lingkaran politik terkesan memburu kekuasaan semata. 

Asumsi politik itu kotor bisa jadi berasal dari pemikiran Barat. Tokoh yang menyatakan secara terang-terangan adalah Lord Acton. Dia mengatakan “Power tends to corrupt”, artinya politik atau kekuasaan cenderung korup. Adanya fakta bahwa politik kotor dan korup memang tak terbantah. Namun tidak bijak kiranya megeneralisasikan semua politik sama. 

Lembaga politik pada dasarnya tak ubah seperti pisau. Di tangan orang baik, pisau akan menjadi alat yang sangat berguna, seperti memasak. Di sisi lain, pisau dijadikan alat untuk melukai bahkan membunuh orang lain bila berada di tangan orang jahat dan tidak tepat. Demikian juga politik. Politisi yang amanah akan menjadikan politik sebagai alat untuk membawa kemaslahatan bagi umat. Sebaliknya, politisi yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan politik sebagai panggung kekuasaan. 

Buku Pedoman Berpolitik Warga NU karya Muh. Hanif Dhakiri berkeinginan meluruskan asumsi masyarakat tentang politik. Islam sebenarnya tumbuh berkembang dan di sebarkan ke seluruh jagat raya ini melalui politik. Nabi Muhammad dan para sahabat berkecimpung di dalam politik demi mempertahankan dan menjaga eksistensi Islam. 

Di Madinah misalnya, Nabi Muhammad disamping sebagai pemimpin agama juga pemimpin politik. Islam diterima oleh penduduk Madinah pada saat itu karena ditopang sistem politik yang kuat. Diplomasi lintas agama dilakoni Nabi demi terjaganya kerukunan antar penduduknya. Piagam Madinah adalah bukti perjanjian politik Nabi bersama suku, ras dan agama untuk saling menghormati satu sama lain. 

Muh. Hanif Dhakiri, penulis buku ini merumuskan setidaknya ada dua perspektif untuk meninjau politik dari konteks Syar’i Islami. Pertama, perspektif maslahah atau asas manfaat. Penulis mengungkapkan hendaknya berpolitik jauh lebih banyak memberi maslahah dan manfaat bagi umat.

Dengan menjadi politisi, seseorang bisa bermanfaat bagi banyak orang. Kalau seorang pengusaha bisa dikatakan hanya bermanfaat bagi karyawannya. Tetapi seorang politisi bisa bermanfaat bagi pengusaha, pekerja dan dunia usaha secara umum. Politisi melindungi pengusaha, menjamin hak-hak tenaga kerja dan menjaga kelangsungan hidup dunia usaha dengan merumuskan dan menetapkan undang-undang perindustrian yang adil. (Halaman 7-9)

Kedua, perspektif akidah. Dalam konteks ini, berpolitik adalah upaya mempertahankan akidah dari agresi dan subordinasi ideologi lain yang sesat dan merusak. Seumpama warga NU, berpolitik sudah menjadi kewajiban kolektif untuk menjaga akidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Bisa dibayangkan bila tak seorang pun warga NU ikut andil dalam berpolitik, maka cepat atau lambat, akidah dan ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah akan terpinggirkan. (Halaman 9)

Tanpa politik, kelangsungan hidup akidah Ahlu Sunnah wal Jama’ah bisa berada dalam bahaya tatkala kekuasaan politik dipegang mereka yang memusuhi Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Melalui politik, ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah dapat terus dipelihara, dilestarikan dan dikembangkan dalam masyarakat.

Guna membendung arus politik yang tidak tentu arah di era demokrasi, buku ini mengajak pembaca terutama warga NU kembali pada Khittah NU 1926. Doktrin kembali ke Khittah 1926 mempunyai konteks sosio politik yang khas.

Khittah NU 1926 tidak bisa dipahami terpisah dari sejarah kelahiranya. Doktrin kembali pada Khittah diambil dari pengalaman sejarah yang menyakiti hati warga Nahdliyin. Ketika NU menitipkan aspirasi pada partai-partai Islam ternyata NU hanya dimanfaatkan dan berakhir tragis.

Karena itulah ulama NU memutuskan membuat wadah resmi untuk menampung aspirasi dan menyalurkan kepentingan NU. NU tidak akan lagi menitipkan aspirasinya pada parpol lain. Sejarah penitipan aspirasi politik di Indonesia selalu berakhir pengkhianatan. 

Muh. Hanif Dhakiri sebagai kader muda NU yang terjun ke dunia politik menyayangkan kiai atau ulama NU yang acuh pada politik NU. Ketika umat bertanya tentang politik, kiai atau ulama tidak mengarahkan umat mengikuti khittah NU 1926. Padahal umat perlu bimbingan dan arahan untuk menentukan pilihan partai politik yang membawa maslahah dan barokah bagi dirinya, masyarakat dan bangsanya.

Buku ini sangat menarik, setidaknya bisa dijadikan pedoman berpolitik menghadapi pesta demokrasi yang sebentar lagi akan digelar. Juga sebagai panduan berpolitik dengan niat, cara dan orientasi yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad, sahabat dan ulama terdahulu.

Diresensi oleh Fatmawati Ningsih S.Th.I

Penulis Lepas, Alumnus IAIN Walisongo Semarang. 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template