Makhluk yang Musnah Sebelum Adam - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Makhluk yang Musnah Sebelum Adam

Makhluk yang Musnah Sebelum Adam

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Jumat, 21 November 2014 | 00.17



Dimuat di Kabar Pobolinggo 21 November 2014

Judul Buku: Adam 31 meter
Penulis : Bambang Tri
Penerbit : Pustaka Pesantren
Tahun : 2014
Tebal : 262 halaman
ISBN : 602-8995-26-6

Peresensi: Abdul Aziz Musaihi MM

Kedudukan anak cucu Adam sebagai makhluk baru yang menduduki bumi dari golongan makhluk sebelumnya, menjadi kajian yang sangat rumit untuk dipecahkan. Pasalnya, dalam khazanah tafsir klasik selalu dikatakan bahwa yang digantikan oleh keturunan Adam adalah bangsa jin, yang memang telah menghuni bumi sebelum penciptaan manusia. Dalam artian, jin itu yang digantikan dominasinya di bumi tanpa memusnahkan mereka. Namun, menurut pandangan penulis buku ini mengatakan bahwa sesungguhnya bukan bangsa jin yang dibahas dalam al-Quran tentang urusan penggantian makhluk berakal ini, tapi jenis ciptaan lain yang kita kenal dengan manusia purba (hominid). 

Buku ini akan mengurai kajian secara historis ilmiah bukti-bukti al-Quran tentang fakta hominid. Fakta penyebutan hominid ini penting sekali dalam membuka mata para ahli sekuler bahwa al-Quran bukan buku karangan manusia. Pasalnya, pada waktu al-Quran diwahyukan, pasti tidak ada orang yang punya ide apa pun tentang hominid. Ide itu baru muncul setelah Darwin mengatakan teori evolusi manusia itu dari kera.

Bagi umat Islam tidak perlu ragu lagi mengakui keberadaan manusia purba yang pernah ada dan hidup di bumi. Tentu tidak seperti yang dikatakan Darwin bahwa manusia itu berasal dari kera. Bagi umat Islam, suatu kekonyolan kalau orang percaya bahwa manusia purba itu kemudian berevolusi menjadi manusia modern seperti Darwin. Di satu sisi, sangat konyol juga kalau orang berpendapat bahwa manusia purba tak pernah ada, seperti yang diungkapkan Harun Yahya. (hlm. 22)

Berpijak dari uraian teori di atas, Bambang berusaha mengcounter penemuan Darwin. Diterangkan, setelah diciptakannya bumi, langit dan malaikat, Allah berkehendak untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni bumi sebagai seorang pengganti (khalifah).

Penciptaan Adam sendiri dalam al-Quran dijelaskan Adam diciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah, kemudian dari saripati itu dijadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh yaitu rahim, yang nantinya akan menurunkan keturunan anak Adam hingga sebanyak manusia sekarang ini yang menduduki bumi. (hlm. 35)

Dengan uraian di atas, sangatlah jelas bahwa nenek monyang manusia bukanlah manusia purba seperti yang dikatan Darwin. Namun, tidak menutup kemungkinan manusia purba dulu pernah ada, karena al-Quran sendiri menginformasikan pergantian makhluk di bumi setelah terciptanya Adam dan diturunkannya ke bumi untuk menjadi pemimpin (Khalifah).

Berdasarkan informasi tersebut, Bambang mencoba untuk menafsirkan secara ilmiah terhadap ayat-ayat evolusi yang nantinya memberikan jawaban yang proporsional dan sesuai porsi masing-masing soal manusia purba dan manusia keturunan Adam.

Untuk menelusurinya, Bambang akan memberikan penafsiran ilmiah terhadap surat al-An’am ayat 133 yang berbunyi “Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.”

Menurutnya arti yang tepat terhadap ayat tersebut adalah Tuhan telah memusnahkan keturunan sebuah kaum yang lain, artinya kaum yang bukan manusia, yaitu dzurriyyat (spesies) yang nenek moyangnya tidak berupa sepasang suami istri, tapi berupa masyarakat  kolektif hasil evolusi dari kaum binatang sebelumnya. (hlm. 52)
Dengan penafsiran seperti itu, maka bisa dipastikan bahwa al-Quran telah gamblang membicarakan eksistensi manusia purba. Mereka adalah pendahulu manusia tapi sama sekali bukan leluhur atau nenek moyang manusia. Penafsiran itu juga membuktikan bahwa al-Quran bukan ciptaan manusia. karena pada waktu al-Quran ditulis 14 abad silam, tidak ada seorang pun manusia yang punya ide ilmiah sedikit pun tentang manusia purba.

Bagaimanapun al-Quran tidak melarang umat Islam untuk meyakini manusia purba sebagai pendahulu kita, tetapi tidak seperti Darwin yang menganggap mereka leluhur kita. Atau pun Harun Yahya yang menolak mentah-mentah fosil manusia purba sebagai penemuan ilmiah yang pernah ada di zaman dulu.
Secara elegan, buku ini ingin menegaskan bahwa tidak ada pertikaian antara agama dan sains. Sebaliknya, yang terjadi tak lain hanyalah benturan antara sains dan tafsir atas agama itu sendiri.

*)Peresensi: Abdul Aziz Musaihi MM
Alumnus UIN Yogyakarta,
Penikmat Buku dan Pustakawan Mandiri
 


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template