Dimuat di Kabar Madura 26 November 2014
Judul Buku : Bilik-Bilik Cinta Muhammad (New Edition); Kisah Sehari-hari Rumah Tangga Nabi
Penerbit: Zaman
Terbitan: Juni 2014
Tebal: 332 halaman
ISBN:978-602-1687-22-2
Oleh: Abdul Aziz Musaihi MM
Rumah
adalah tempat kita menghirup ketenangan, dan kebahagiaan hidup tersimpan di
balik hubungan harmonis sepasang suami istri. Rumah yang tenang, istri yang
sehaluan dan anak-anak yang berbakti sebagai buah hati dan cahaya kebahagiaan
merupakan dambaan setiap suami sebagai kepala keluarga.
Tetapi,
faktanya tidak semua orang mampu mendirikan rumah semacam itu. Sebab, rumah
demikian bukan bangunan batu, semen dan
kayu. Bukan pula emas, pakaian megah dan aksesoris indah. Kebahagiaan rumah
tangga tidak terletak pada harta melimpah dan fasilitas hidup yang serba mewah,
tetapi pada kesediaan setiap individu untuk meneladani dan diteladani.
Lebih-lebih sang suami selaku kepala keluarga yang memikul tanggung jawab untuk
memimpin, membimbing, memberi teladan baik pada anggota keluarga.
Sebenarnya,
bagi yang diberi kemudahan membangun keluarga harmonis tidaklah sulit. Cukup
mendasarkan segala urusan rumah tangga pada apa yang diteladankan Nabi Muhammad
SAW, meniru dan mengikuti jejak beliau. Juga menapaki jalan kebahagiaan yang
ditunjukkan beliau bersama istri-istrinya.
Dalam
catatan sejarah, Nabi Muhammad dikenal memiliki banyak istri yang kesemuanya
istri beliau adalah janda, kecuali Aisyah putri Abu Bakar yang dinikahi ketika
berusia belia. Namun begitu, Nabi Muhammad memperlakukan istri-istrinya dengan
adil. Beliau menikah bukan karena dorongan syahwat semata, tetapi demi
menegakkan agama Allah. Tercatat setelah wafatnya Siti Khadijah, beliau
menikahi perempuan-perempuan janda ketika beliau sudah berumur lima puluh
tahun. Umur yang sudah tak lagi memiliki naluri syahwat tinggi.
Dikisahkan
bahwa Nabi menikahi sebelas orang wanita merdeka, dua orang budak, dan beberapa
wanita lain yang sempat diakad, tetapi kemudian ditalak sebelum dikumpuli.
Masing-masing memiliki watak khas yang berbeda satu sama lain. Sebagai manusia
biasa, mereka juga saling cemburu. Bahkan, satu
di antara mereka tingkat kecemburuannya sampai melampaui akal sehat, memasung
total naluri kewanitaannya hingga berlaku aneh. Tetapi, ada pula yang tidak
seberapa tingkat kecemburuannya (hlm 152).
Namun
demikian, Nabi Muhammad tak pernah memukul seorang pun di antara mereka, meski hal itu dibolehkan agama baik
dengan tangan maupun tongkat. Sekalipun sanksi itu penting seperti dikemukakan
ahli pendidikan untuk menimbulkan efek jera kepada mereka yang berbuat dosa,
juga sebagai terapi jiwa, tetapi Muhammad tidak pernah mendidik istri-istrinya
dengan pukulan.
Nabi
ternyata lebih memilih sanksi yang menimbulkan efek psikologis, misalnya
ditinggal lama atau sebentar, setelah tak mempan
diberi peringatan atau ditegur baik-baik. Cara ini menurut sebagian ahli
sebagai terapi psikologis yang paling efektif. Lebih dari itu, seperti diakui kaum Muslim dalam berbagai buku sejarah hidup beliau,
Nabi bahkan jarang sekali memberi sanksi. Buktinya istri-istri Nabi betah
bersama beliau. Dan kalau saja Nabi sering memberi sanksi atau hukuman, tentu
hal itu akan menjadi kebiasaan berlipat dan terus berulang bagi umatnya (hlm
152).
Hukuman
Nabi jauh dari kekerasan, makian, dan celaan. Akhlak beliau yang lembut justru
membuat mereka tak berani, apalagi membantah pendapat beliau. Kalau pun mereka
membantah, itu sebatas wilayah menyangkut hal-hal yang sifatnya murni
manusiawi, bukan wilayah wahyu atau perintah Allah. Nabi juga tidak pernah
mengekang naluri mereka dan memaksa keluar dari karakter dasar mereka. Justru
beliau meluruskannya dengan cara memberi ruang untuk mengungkapkan pendapat dan
melepaskan diri dari segala bentuk kesusahan.
Inilah
potret kehidupan rumah tangga Nabi dengan segala peristiwa dan persoalannya,
terlihat nyata sifat agung dalam diri Nabi pada kemampuan beliau menata hidup
rumah tangga, mengatur dan memimpin istri-istrinya, serta membuat mereka rela
dan menerima hidup di bawah pundak sang suami agung. Itu karena akhlak beliau
adalah Al-Quran.
Kisah-kisah pergaulan dan
kehidupan sehari-hari Nabi ini seolah-olah ingin memberikan pelajaran bagi umat
manusia agar bisa berlaku baik bagi pasangan mereka. Jika kita amati keadaan
sekarang, banyak perceraian terjadi disebabkan oleh kekerasan yang dilakukan
suami kepada istri. Sesuatu yang tidak pantas dilakukan, apalagi menjadi
kebiasaan.
Buku
Bilik-Bilik Cinta Muhammad karya Dr. Nizar Abazhah ini, sangat bermanfaat bagi
siapa pun yang ingin meneladani kehidupan rumah tangga yang dipraktikkan Nabi
Muhammad. Sehingga, kehidupan rumah tangga yang akan dijalani oleh seseorang
bisa berjalan sesuai dengan harapan. Kehidupan rumah tangga yang dipenuhi
dengan kedamaian, sakinah, mawadah dan rahmah.
*)Peresensi:
Abdul Aziz Musaihi MM
Alumnus UIN
Yogyakarta
Penikmat Buku dan Pustakawan Mandiri
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !