Saat peristiwa Mikraj, Di Langit pertama Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Adam a.s. Di Langit kedua Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya a.s. Di Langit ketiga Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Yusuf a.s. Di Langit keempat Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Idris a.s.Di Langit kelima Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Harun a.s. Di Langit keenam Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Musa a.s. Dan di langit ketujuh Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Ibrahim a.s. Lalu kemudian Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha.
Itu artinya setelah turun dari Sidratul Muntaha dan menerima persyariatan shalat 50 waktu, Rasulullah terlebih dahulu berjumpa dengan Nabi Ibrahim sebelum berjumpa dengan Nabi Musa... Namun pertanyaannya, kenapa Nabi Ibrahim tidak menyanggah apa-apa seperti yang dilakukan Nabi Musa yang mengusulkan agar Rasulullah meminta keringanan dari Allah Swt.
Jawabannya, Nabi Ibrahim tidak menyanggah apa-apa karena Nabi Ibrahim diciptakan oleh Allah sebagai Khalilullah. Sifat Khalil tunduk patuh apa adanya. Pembuktian Nabi Ibrahim sebagai Khalil juga dapat dilihat dari kerelaannya menyembelih putra semata wayangnya, Ismail a.s. yang sebenarnya sudah sangat lama dinanti. Namun karena mengingat itu perintah Allah, Nabi Ibrahim rela melakukannya. Ini menunjukkan Nabi Ibrahim memang benar-benar seorang Khalilullah.
Adapun Nabi Musa memang diciptakan oleh Allah sebagai Kalimullah, seorang Nabi yang mendapat keistimewaan untuk berbicara dengan Allah. Sehingga meskipun informasi persyariatan shalat dari Rasulullah, hakikatnya itu berasal dari Allah dan sebagai Kalamullah beliau mengomentarinya.
Lalu, apa hikmahnya persyariatan shalat tidak langsung difardhukan 5 waktu, akan tetapi melalui 9 kali pengurangan dari 50 waktu hingga akhirnya menjadi 5 waktu, padahal sebenarnya dalam ilmu Allah yang wajib adalah 5 waktu?
Ini adalah untuk memberi isyarat bahwa Nabi Muhammad adalah HABIBULLAH, Kekasih Allah. Sebagai bukti Rasulullah merupakan Habib, Allah rindu agar berulang kali berjumpa dengan Rasulullah Saw....
Namun ini tidak dipahami Allah bertempat, Rasulullah Saw diangkat pada tempat yang tertinggi saat berjumpa dengan Allah adalah untuk terhimpunnya dua ketinggian. Berjumpa dengan Allah adalah ketinggian secara maknawi, maka diangkat Rasulullah pada tempat tertinggi supaya Rasulullah juga berada pada kedudukan tertinggi secara hissi.
Allah tetap tidak bertempat. Tempat makhluk atau ciptaan Allah. Sebelum adanya tempat, Allah telah wujud tanpa bertempat, maka setelah adanya tempat, Allah tetap sebagaimana adanya, tidak bertempat dan tidak membutuhkan tempat.
Selamat memperingati dan menghayati Israk dan Mikraj.
[Tgk.Muhammad Iqbal Jalil]
Home »
Bulan Rajab & Isro Mi'roj
» "MEMAKNAI ISRA’ MI’RAJ"
"MEMAKNAI ISRA’ MI’RAJ"
Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Rabu, 03 Mei 2017 | 11.38
kategori:
Bulan Rajab & Isro Mi'roj
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !