Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Musthofa Bisri (Gus Mus) menyampaikan kata sambutan atas
nama keluarga saat menghadiri acara mitung dino (tujuh hari) wafatnya
Rais Aam KH MA Sahal Mahfudh di kompleks Pesantren Maslakul Huda Kajen,
(28/1) Selasa malam.
Dalam sambutannya yang disampaikan dengan bahasa Jawa halus, Gus Mus memberikan testimoni terkait sosok Rais Aam yang dikaguminya itu.
“Suatu ketika, pada forum Munas NU di Lampung Mbah Sahal hampir dipastikan jadi Rais Aam menyusul wafatnya Kiai Ahmad Shiddiq. Sayangnya beliau tidak berkenan menjadi Rais Aam. Akhirnya, ulama di bawah beliau pun pada tidak mau. Saya saksi hidup di forum itu,” kata Gus Mus.
Kiai Sahal, lanjut Gus Mus, pada era KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri bahkan sering dilibatkan dalam bahtsul masail karena para kiai sepuh tahu kualitas Kiai Sahal yang sangat mumpuni. Murid Syeikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani ini, tambah Gus Mus, telah terbukti kealimannya di forum-forum internasional.
“Salah satu ciri ulama yang nyegoro (ilmunya bak seluas lautan) ilmu agamanya itu tidak kagetan. Sampeyan pernah lihat Mbah Sahal kaget? Tidak pernah to..?! Tidak seperti kiai-kiai lainnya. Ada Syiah kaget, ada Ahmadiyah kaget. Ada Ulil Abshar Abdalla kaget,” ujarnya yang langsung disambut tawa hadirin. Menantu Gus Mus, Ulil Abshal Abdalla juga hadir malam itu dengan mengenakan kemeja putih dan celana hitam.
Lebih lanjut Gus Mus menyampaikan, Kiai Sahal merupakan kiai terakhir di lingkungan Nahdlatul Ulama yang memiliki keilmuan yang sejajar dengan Hadratussyekh Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, dan Kiai Bisri Syansuri
“Bahkan Kiai Sahal satu-satunya faqih (ulama ahli fiqh) yang tidak hanya menguasai ilmu fiqh dan ushul fiqh, beliau juga sangat menguasai ilmu kemasyarakatan. Dengan penguasaan ini, Kiai Sahal mampu membawa kitab yang disusun pada zaman Rasullah, para sahabat dan tabiin untuk disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini”, tambah Gus Mus.
Gus Mus bercerita, Kiai Sahal muda juga merupakan sosok organisatoris yang handal. Beliau sangat aktif di organisasi NU. “Saya kenal Kiai Sahal itu pada era 1980-an. Saat beliau menjadi katib syuriyah PWNU Jateng, saya wakilnya. Beliau lalu menjadi Rais, saya katib. Hingga beliau masuk jajaran Rais di PBNU saya masih tetap katib mawon,” terang Gus Mus yang lagi-lagi diiringi derai tawa.
Hadir dalam tahlilan malam itu Bupati Pati H Hariyanto, Wakil Bupati H Boediono dan Kapolres Pati Dr Baharuddin beserta jajarannya. Hadir juga Rais Syuriah PCNU Pati KH Aniq Muhammadun dari Pakis dan Habib Muhammad bin Abdullah al-Aidid dari Tayu yang didaulat memimpin tahlil. Para kiai dan ribuan warga Nahdliyin turut serta memenuhi halaman kediaman Rais Aam. (Ali Musthofa Asrori-Muslimin Abdilla/Anam)
Sumber: NU Online
Dalam sambutannya yang disampaikan dengan bahasa Jawa halus, Gus Mus memberikan testimoni terkait sosok Rais Aam yang dikaguminya itu.
“Suatu ketika, pada forum Munas NU di Lampung Mbah Sahal hampir dipastikan jadi Rais Aam menyusul wafatnya Kiai Ahmad Shiddiq. Sayangnya beliau tidak berkenan menjadi Rais Aam. Akhirnya, ulama di bawah beliau pun pada tidak mau. Saya saksi hidup di forum itu,” kata Gus Mus.
Kiai Sahal, lanjut Gus Mus, pada era KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri bahkan sering dilibatkan dalam bahtsul masail karena para kiai sepuh tahu kualitas Kiai Sahal yang sangat mumpuni. Murid Syeikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani ini, tambah Gus Mus, telah terbukti kealimannya di forum-forum internasional.
“Salah satu ciri ulama yang nyegoro (ilmunya bak seluas lautan) ilmu agamanya itu tidak kagetan. Sampeyan pernah lihat Mbah Sahal kaget? Tidak pernah to..?! Tidak seperti kiai-kiai lainnya. Ada Syiah kaget, ada Ahmadiyah kaget. Ada Ulil Abshar Abdalla kaget,” ujarnya yang langsung disambut tawa hadirin. Menantu Gus Mus, Ulil Abshal Abdalla juga hadir malam itu dengan mengenakan kemeja putih dan celana hitam.
Lebih lanjut Gus Mus menyampaikan, Kiai Sahal merupakan kiai terakhir di lingkungan Nahdlatul Ulama yang memiliki keilmuan yang sejajar dengan Hadratussyekh Kiai Hasyim Asy'ari, Kiai Wahab Chasbullah, dan Kiai Bisri Syansuri
“Bahkan Kiai Sahal satu-satunya faqih (ulama ahli fiqh) yang tidak hanya menguasai ilmu fiqh dan ushul fiqh, beliau juga sangat menguasai ilmu kemasyarakatan. Dengan penguasaan ini, Kiai Sahal mampu membawa kitab yang disusun pada zaman Rasullah, para sahabat dan tabiin untuk disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini”, tambah Gus Mus.
Gus Mus bercerita, Kiai Sahal muda juga merupakan sosok organisatoris yang handal. Beliau sangat aktif di organisasi NU. “Saya kenal Kiai Sahal itu pada era 1980-an. Saat beliau menjadi katib syuriyah PWNU Jateng, saya wakilnya. Beliau lalu menjadi Rais, saya katib. Hingga beliau masuk jajaran Rais di PBNU saya masih tetap katib mawon,” terang Gus Mus yang lagi-lagi diiringi derai tawa.
Hadir dalam tahlilan malam itu Bupati Pati H Hariyanto, Wakil Bupati H Boediono dan Kapolres Pati Dr Baharuddin beserta jajarannya. Hadir juga Rais Syuriah PCNU Pati KH Aniq Muhammadun dari Pakis dan Habib Muhammad bin Abdullah al-Aidid dari Tayu yang didaulat memimpin tahlil. Para kiai dan ribuan warga Nahdliyin turut serta memenuhi halaman kediaman Rais Aam. (Ali Musthofa Asrori-Muslimin Abdilla/Anam)
Sumber: NU Online
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !