Jumat menjelang siang (24/1) di Kajen, suasana duka masih menyelimuti
langit desa berjuluk “kota santri” ini. Wajah para pelayat yang memenuhi
area pemakaman Syeikh KH Ahmad Mutamakkin tampak bermuram durja.
Wajah-wajah sendu itu terpukau menatap pusara Almaghfurlah KH MA Sahal
Mahfudh yang masih basah siraman air kembang.
Mbah Sahal, demikian Rais Aam Syuriah PBNU tiga periode ini disapa, sepertinya memiliki kharisma tersendiri bagi warga Nahdliyyin yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Rintik hujan dan cuaca dingin tak menyurutkan langkah mereka untuk berdoa di luar dinding kaca pemisah antara makam Mbah Mutamakkin dengan makam Mbah Sahal.
Mereka berdiri dengan sabar menanti selesainya para petugas yang membersihkan areal makam selepas upacara pemakaman Mbah Sahal yang dipimpin oleh KH Ahmad Yasir. Sementara doa oleh KH Ahmad Nafi’ Abdillah dan Habib Muhammad dari Tayu.
Suasana berkabung pun kian terasa kala bedug di Masjid Kajen dipukul bertalu-talu mengiringi kumandang tilawah yang merdu menyayat hati. Tak lama kemudian azan dikumandangkan pertanda sholat Jumat akan dimulai. Sang khotib, KH Ahmad Zakki Abdillah, menyampaikan khutbahnya dalam bahasa Arab. Memang ciri khas khutbah di Masjid Kajen menggunakan bahasa Arab yang simpel, namun sarat makna.
Uniknya, khutbah indah ber-uslub tinggi itu agaknya ditujukan secara khusus untuk mematri pesan atas wafatnya Mbah Sahal, Sang Kiai berwawasan global itu. Ya, Masjid Kajen turut berduka atas kepergian Mbah Sahal untuk selama-lamanya menghadap Sang Khaliq pada Jumat, 24 Januari 2014, sekitar pukul 01:10 WIB. Selamat jalan, Mbah Sahal..!
Mbah Sahal, demikian Rais Aam Syuriah PBNU tiga periode ini disapa, sepertinya memiliki kharisma tersendiri bagi warga Nahdliyyin yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Rintik hujan dan cuaca dingin tak menyurutkan langkah mereka untuk berdoa di luar dinding kaca pemisah antara makam Mbah Mutamakkin dengan makam Mbah Sahal.
Mereka berdiri dengan sabar menanti selesainya para petugas yang membersihkan areal makam selepas upacara pemakaman Mbah Sahal yang dipimpin oleh KH Ahmad Yasir. Sementara doa oleh KH Ahmad Nafi’ Abdillah dan Habib Muhammad dari Tayu.
Suasana berkabung pun kian terasa kala bedug di Masjid Kajen dipukul bertalu-talu mengiringi kumandang tilawah yang merdu menyayat hati. Tak lama kemudian azan dikumandangkan pertanda sholat Jumat akan dimulai. Sang khotib, KH Ahmad Zakki Abdillah, menyampaikan khutbahnya dalam bahasa Arab. Memang ciri khas khutbah di Masjid Kajen menggunakan bahasa Arab yang simpel, namun sarat makna.
Uniknya, khutbah indah ber-uslub tinggi itu agaknya ditujukan secara khusus untuk mematri pesan atas wafatnya Mbah Sahal, Sang Kiai berwawasan global itu. Ya, Masjid Kajen turut berduka atas kepergian Mbah Sahal untuk selama-lamanya menghadap Sang Khaliq pada Jumat, 24 Januari 2014, sekitar pukul 01:10 WIB. Selamat jalan, Mbah Sahal..!
Sumber:
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !