Jam
1.30 dini hari HP ku berdering. Apa yang menjadi kehawatiranku benar
terjadi:" Mbah Sahal Mahfudz wafat", Maka aku segera bergegas berangkat
menuju Kajen Pati. Dalam perjalanan, bayangan ketika dulu sebagai santri
beliau hadlir, masih lekat dalam ingatan ketika aku ngaji sorogan kitab
ghoyatul ushul, beliau yang memang tidak banyak kata maka ketika kami
salah dalam bacaan beliau hanya berdecak: "heml" maka aku ulang lagi
bacaan kalimat tersebut, dan jika masih salah, beliau pun berdecak
lagi: "hem", begitu seterusnya, sehingga sangat mungkin dalam satu kali
pertemuan hanya mendapat satu baris kalau aku dan teman2 tidak bisa
membenarkan, beliau memang tak pernah mau menunjukkan bagaimana yg benar
karena kami sudah Aliyah sehingga diharapkan kami bisa mengoreksi
sendiri atas kesalahan bacaan kami. Dan hari besoknya, kami masih
disuruh membaca bacaan yang sama dg hari kemarin kalau memang belum bisa
mengoreksi, begitulah seterusnya, kata "hem" itu aku dengar kembali.
Pada
saat yang lain, aku pernah berkesempatan ditimbali untuk mengikuti
beliau, tindak ke rumah KH Musthofa Bisri dan Kyai-kyai lain sekitar
Rembang, maka semenjak pagi aku sudah bersiap di depan ndalem beliau,
karena aku tau beliau adalah sosok yg selalu tepat waktu. Dan benar
ketika jam yang dimaksudkan tiba, beliau sudah bersiap di depan ndalem,
dan anehnya ternyatya sopir belum kelihatan batang hidungnya. Ditunggu
kisaran 5 menit sang sopir belum juga datang maka beliau kontan dhawuh:
Ayo budal ngebis, (mari berangkat naik bus) dan berangkatlah kami
bertiga ( Mba Sahal, Ibunyai dan saya) ke tepi jalan raya menunggu Bus.
Alhamdulillah sebelum Bus datang, Kang Masudi sebagai sopir beliau
datang sudah dengan mobilnya, maka kami pun naik mobil beliau. Begitu
kami semua sudah naik mobil, Mbah Sahal dhawuhi saya: "Yak iki duwite
kanggo bensin lan mengko mampire nang omahe Kyai iki, Kyai iki, sambil
menyebutkan nama-nama Kyai yang akan disinggahi setelah itu beliau diam,
tidak bicara sampai perjalanan pulang. Maka sepanjang perjalanan kami
semua tegang dan sang sopir menyadari semenjak itu dia selalu tepat
waktu.
Pengalaman lain masih
tentang tepat waktu, ketika itu beliau aku aturi untuk mengisi stadium
general di STAIFAS Kencong, beliau aku tempatkan di rumah sebelum
berangkat ke Kampus, ketika Jam yang ditentukan kisaran kurang sepuluh
menit, maka beliau sudah mengajak berangkat ke Kampus, kami berusaha
mengundur, namun ketika jam sudah tepat yg ditentukan sesuai undangan,
maka beliau sudah tidak bisa dihalang-halangi untuk berangkat ke kampus,
padahal ketika itu undangan belum banyak yang hadlir. Ah... Beliau
memang sosok yang menghargai waktu. Salam ta'dzimku tak pernah usai,
semoga beliau selalu mendapatkan Rahmat, Ridlo dan pengampunan- Nya.
Amiin
Copas status Gus Yak (Abdullah Khoirzad):
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !