Judul
Buku : Sex & Hijab
Penulis : Shereen El
Feki
Penerbit : Alvabet
Cetakan : I, 2013
Tebal : 444 halaman
Penerbit : Alvabet
Cetakan : I, 2013
Tebal : 444 halaman
Peresensi : Fatmawati Ningsih
Shereen El Feki penulis buku ini mengajak kita membaca
ulang data statistik penderita AIDS. Lewat penelitiannya yang mendalam, perempuan
keturunan Mesir-Inggris dan aktivis AIDS, membeberkan realitas yang cukup
mengejutkan dalam masyarakat Arab. Kondisi yang terjadi belakangan ini, menurut
dia, mirip dengan peradaban Barat ketika berada di ambang revolusi seksual,
yang tidak lagi mengurung wacana seksualitas dalam ruang privat. Tembok-tembok
pembatas ranah privat-publik itu perlahan mulai keropos.
Fenomena seks komersial di kawasan al-Batniyya, Kairo,
merupakan contoh dimana para sharamiit-bahasa slang Arab Mesir untuk
menyebut pelacur-banyak bertebaran untuk melayani kebutuhan pelanggan, termasuk
para mahasiswa Universitas al-Azhar.
Yang cukup mengejutkan adalah soal seksualitas di
kalangan remaja. Sejumlah penelitian di beberapa negara Arab, seperti Tunisia,
Maroko, Aljazair, Libanon, dan Yordania, menyatakan sepertiga kaum lelaki
pernah melakukan hubungan pranikah. Sedangkan perempuan yang pernah
melakukannya terdata sebanyak 80 persen. Sekalipun banyak yang menyangsikan
data tersebut.
Semua pergeseran nilai itu selalu berada dalam sebuah tegangan
yang beririsan dengan norma agama, tradisi, kebudayaan, politik, dan ekonomi.
Struktur itu berkelindan dalam relasi kekuasaan lelaki-perempuan, yang
muda-tua, serta pemerintah dan warga. Dalam tegangan itulah muncul kebutuhan
untuk mendefinisikan ulang identitas dan orientasi seksual, peran gender,
keintiman, dan persoalan reproduksi. Seks menjadi cerminan dari berbagai
kondisi yang menyebabkan adanya peneguhan atau perlawanan atas sistem nilai
tertentu.
Sheeran El Feki, yang mengajukan buku Seks dan Hijab:
Gairah dan Intimitas di Dunia Arab yang Berubah, mengajak pembaca melihat
dunia Arab melalui perubahan-perubahan pandangan dan tindakan merujuk ke seks,
asmara, pernikahan, agama, identitas, politik. Peristiwa akbar di Lapangan
Tahrir (Mesir) menjadi perhatian dunia. Ratusan ribu orang, selama sekian hari,
berkumpul untuk melantunkan suara-suara kebebasan, keadilan, demokrasi.
Lapangan itu mirip papan iklan untuk berbagai misi. Apakah seks turut
disuarakan di Lapangan Tahrir ada bersama revolusi?
Kita bakal menemukan persoalan-persosalan seks dengan berbagai
argumentasi di buku Shereen. Pembacaan buku-buku dan pengakuan orang-orang di
dunia Arab menjadi kumpulan informasi mengejutkan. Petuah-petuah ulama mengajak
umat untuk melindungi diri dari ajaran seks Barat. Shereen mengutip pandangan
Sayyid Qutb sebagai representasi pandangan konservatif tentang seks. Qutb
menganggap Barat adalah “jamban kekacauan seksual” dan “kebusukan moral”.
Pandangan ini mulai mendapat tantangan dari generasi mutakhir, berbarengan
dengan revolusi politik dan dominasi teknologi internet. Seks perlahan menjadi
tema cair, mengubah selera dan pemaknaan. Seks telah meresap ke dunia Arab
dengan aroma Barat, bercampur adat dan agama.
Di Mesir, seks adalah persoalan pelik, mulai urusan
pernikahan sampai perzinaan. Selama gerakan revolusi di Lapangan Tahrir, ada
poster ganjil berisi seruan kaum muda: ‘Aku ingin menikah!’. Seruan ini
disuarakan kaum revolusioner. Mengapa? Pernikahan di Mesir selalu memunculkan
gelisah dan kehormatan, merujuk ke pelaksanaan ajaran agama, adat, anutan
modernitas.
Keputusan menikah mesti dibarengi dengan berbagai modal,
dari iman sampai uang. Pernikahan memang menjalankan ajaran agama Islam, tetapi
mengikutkan beban berat. Beban itu bernalar konsumerisme. Hasrat menikah
memerlukan uang, berdalih demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan berlatar adat.
Kaum revolsuioner pun berseru agar ada revolusi seks dan pernikahan. Urusan
seks di dunia Arab dijalankan institusi keluarga, negara, perusahaan, media
massa. Bisnis seks dan pernikahan mulai menjalar di dunia Arab. Shereen El Faki
melaporkan ada bisnis perjodohan, pelacuran, pernikahan kontrak, konsultasi
seks, program seks di televisi, perbukuan seks, situs seks. Semua memberi aroma
dalam lakon seks dan pernikahan.
Buku Seks dan Hijab sudah mengajukan berbagai kisah dan penjelasan,
meski tak pernah tuntas. Lakon seks terus bergerak dan berubah. Shereen El Faki
mengakui buku Seks dan Hijab bukan bahasan terakhir mengenai seks di dunia
Arab. Buku ini menjadi langkah awal pada sebuah titik balik dalam sejarah dunia
Arab. Kisah-kisah revolusi masih berlangsung di dunia Arab. Kita pun menginsafi
dunia Arab mutakhir tak cuma revolusi politik. Lakon revolusi seks juga
terjadi, mulai dari ranjang sampai peristiwa-peristiwa di ruang publik.
Buku ini bukan untuk menambah buku lain yang mengkritik
soal betapa maskulinnya seks dan politik di Arab, buku ini hanya menyajikan fakta
yang terjadi. Penelitian kualitatif selama lima tahun ini patut diapresiasi
karena secara utuh bisa menghadirkan referensi untuk menggali pembentukan
kehidupan seksual di Mesir dan transformasinya. Meskipun begitu detail,
faktuai, dan informatif,Shereen menolak buku ini sebagai sebuah ensikiopedia.
Peresensi: Fatmawati Ningsih
Penulis Lepas, Alumnus IAIN
Walisongo Semarang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !