Hubungan Nusantara dengan Negeri Hijaz memang tidak bisa dipisahkan, selain sebagai tempat lahirnya agama Islam yang menjadi agama mayoritas di Indonesia, Makkah juga menjadi tempat di mana orang-orang tua kita menjalin hubungan dan komunikasi dengan orang-orang dari negara lain, baik selama masa perjuangan kemerdekaan maupun sesudah merdeka sampai saat ini.
Sebagai tempat kelahiran agama Islam, tempat ini menjadi pusat keilmuan dan keagamaan Islam dari waktu ke waktu, dan di sanalah tokoh besar penyebar Islam Nusantara menuntut Ilmu pengetahuan, seperti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Banjar), Syekh Abdussomad Al-Palimbani (Palembang) , Syekh Abdurrahman Al-Mishri (Betawi), Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani (Banten), Syekh Daud Al-Pathani (Pattani, Thailand) dan ulama lainnya yang tersebar di seluruh Nusantara, diantaranya lagi Hadrotus Syekh Hasyim Asy'ari (Pendiri NU ), KH. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Syekh Zainuddin Pancor (Pendiri Nahdlatul Wathan), dan lain-lain.
Selain menyebarkan Islam di Nusantara, banyak juga diantara ulama besar di Makkah adalah keturunan Indonesia namun dia tetap mengajar di sana, meskipun mereka masyhur berasal dari Indonesia, seperti Syekh Ali Banjar, Syekh Mukhtar Attorid, Syekh Ahyad Al-Bughuri, Al-Habib Hamid Al -Kaff dan lain-lain.
Diantara ulama Nusantara yang kehebatannya diakui secara luas di dunia Islam adalah Syaikh Yasin al-Faddani. Beliau merupakan tokoh Minang yang terkemuka di Tanah Suci setelah Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau.Namanya terukir indah dalam buku-buku biografi ulama modern. Dia digelari sebagai muhaddits dan ahli fiqh abad ini. Selain menulis, ia juga mengajar dan mengelola beberapa sekolah di Makkah.
1. Kelahiran Syaikh Yasin Al-Faddani
Syaikh Muhammad Yasin al-Faddani dilahirkan di tengah keluarga ulama yang taat di Misfalah Makkah pada hari Selasa, 27 Sya'ban 1335H / 17 Juni 1917M. Dia adalah putra dari pasangan Syaikh Muhammad Isa bin Udiq al-Faddani dan Maimunah binti Abdullah al-Faddani.
Sejak kecil Syaikh Yasin sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Bahkan menginjak usia remaja Syaikh Yasin mampu mengungguli rekan-rekannya dalam hal penguasaan ilmu hadits, fiqih, bahkan para gurunya pun sangat mengaguminya.
2. Pendidikan Syaikh Yasin Al-Faddani
Sejak kecil ia belajar kepada ayah beliau, Syaikh Muhammad Isa dan dilanjutkan kepada paman beliau, Syaikh Mahmud. Kepada keduanya, ia belajar dan menghafal beberapa matan kitab dalam bidang ilmu fiqh, tauhid, faraidh dan musthalah hadits.
Tahun 1346 H / 1928 M beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah ash-Shaulatiyah al-Hindiyah. Dia menimba ilmu di sani selama kurang lebih 7 tahun. Guru-guru beliau selama di Madrasah ash-Shaulatiyah adalah Syaikh Muhktar Utsman Makhdum, Syaikh Hasan al-Masysyath dan al-Habib Muhsin bin Ali al-Musawa (seorang ulama Makkah yang lahir di Palembang tahun 1323 H / 1905 M).
Pada tahun 1353 H / 1935, ia pindah ke Madrasah Darul Ulum ad-Diniyah yang didirikan oleh al-Habib Muhsin bin Ali al-Musawa bersama beberapa pemuka masyarakat Nusantara yang berada di Makkah kala itu. Dia adalah angkatan pertama Darul Ulum yang kemudian menjadi manajer Darul Ulum.
Kepindahan beliau ke Darul Ulum tidak lepas dari sebuah peristiwa menarik yaitu ketika salah seorang guru (direktur) di Madrasah ash-Shaulatiyah telah melakukan tindakan yang sangat menyinggung siswa yang kebanyakan dari Asia Tenggara terutama dari Indonesia. Guru itu merobek surat kabar Melayu yang dianggap melecehkan martabat Melayu, sehingga memacu semangat beliau dan beberapa anak-anak Jawiy (sebutan untuk siswa Nusantara) untuk bangkit memberikan perlawanan dengan cara pindah dan memajukan Madrasah Darul Ulum. Syaikh Yasin lah diantara yang mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Mekkah.
Hal ini terbukti dengan berpindahnya 120 orang pelajar dari ash-Shaulatiyah ke Madrasah Darul Ulum yang baru didirikan. Ini hampir tidak pernah dialami oleh madrasah-madrasah yang baru dibuka mendapat murid yang begitu banyak sebagaimana Darul Ulum.Akhirnya gelombang siswa yang masuk ke Darul Ulum meningkat pada tahun berikutnya.
Syaikh Yasin menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Mekkah. Disamping itu Syaikh Yasin juga mengajar di berbagai tempat terutama di Masjidil Haram. Materi-materi yang disampaikan oleh Syaikh Yasin mendapat sambutan yang luar biasa terutama dari para siswa asal Asia Tenggara. Syaikh Yasin juga dikenal sebagai sosok ulama yang sering meminta ijazah dari para ulama terkemuka sehingga ia memiliki sanad yang luar biasa banyaknya.
Selain belajar di Darul Ulum, beliau juga aktif mengikuti pengajian-pengajian di Masjidil Haram. Rasa haus ia akan ilmu membuat ia mendatangi kediaman para syaikh terkemuka untuk belajar di tempat-tempat mereka seperti di Thaif, Mekkah, Madinah, Riyadh, maupun kota-kota lainnya. Bahkan ia sempat ke luar Arab Saudi seperti Yaman, Mesir, Syiria, Kuwait dan negara-negara lainnya.
Sejak awal masa belajarnya, ia dikenal sebagai seorang siswa yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, sehingga mampu mengungguli teman-temannya. Tidak mengherankan kemudian banyak teman-teman beliau yang akhirnya malah belajar kepada beliau. Kecerdasan dan juga akhlak beliau yang luhur yang membuat gurunya kagum terhadap beliau.
3. Guru-guru Syaikh Yasin Al-Faddani
Ketekunan dan kesungguhannya dalam belajar membuat dia semakin bersinar dengan berbagai ilmu yang telah dikuasainya. Sejak muda ia sangat gemar pada ilmu hadits. Hal ini membuat para gurunya amat sayang dan simpati kepada Syaikh Yasin. Dintara guru beliau selama di Makkah adalah:
- Asy-Syaikh Umar bin Hamdan bin Umar bin Hamdan al-Mahrisi at-Tunisi al-Madani al-Mahrasi (beliau selalu mengikuti dan membaca kitab kepadanya)
- Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi al-Makki
- Al-Habib Abu Bakar bin Ahmad bin Husein bin Muhammad al-Habsyi al-Makki
- Asy-Syaikh Muhammad bin Ali bin Husain al-Maliki
- Asy-Syaikh Umar Bajunaid mufti Madzhab Syafi'i ketika itu (kepadanya beliau mempelajari fiqh Syafi'i)
- Asy-Syaikh Said bin Muhammad al-Yamani
- Syaikh Hasan al-Yamani
- As-Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa bin Abdurrahman (kepadanya ia belajar ilmu ushul)
- Asy-Syaikh Abdullah Muhammad Ghazi al-Makki (kepadanya ia belajar ilmu sejarah)
- Asy-Syaikh Ibrahim bin Daud bin Abdul Qadir al-Fathany al-Makki (kepadanya ia belajar ilmu bahasa)
- Al-Muhaddits as-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki (untuk ilmu-ilmu lainnya)
- As-Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi al-Hasani
- Al-'Allamah Khalifah bin Hamd an-Nabhani al-Makki
- Asy-Syaikh Hasan bin Muhammad bin Abbas bin Ali al-Masysyath al-Maliki
- Asy-Syaikh Ahmad bin Abdullah bin Muhammad al-Makhallalati
- Asy-Syaikh Muhammad al-'Arabi at-Tabbani
- Asy-Syaikh Muhammad Nur Saif Hilal al-Makki
- Al-Habib Hasan bin Ahmad Assegaf
- Al-Habib Hasan bin Muhammad bin Abdullah Fad'aq al-'Alawi al-Huseini
- Asy-Syaikh Hibatullah bin Syarafuddin bin Muhammad bin Ibrahim al-Alawi al-Makki
- Asy-Syaikh Umar bin Husein ad-Daghistani al-Makki.
Dia juga berguru kepada para ulama besar di luar Makkah. Diantara guru-guru beliau dari luar Makkah adalah:
- Asy-Syaikh Ahmad bin bin Muhammad bin Abdul Aziz Rafi 'at-Tahthawi al-Mishri
- Asy-Syaikh Muhammad Ibrahim as-Samaluti
- Asy-Syaikh Muhammad Bakhit al-Muti'i
- Asy-Syaikh Muhammad Hasanain Makhluf
- Asy-Syaikh Muhammad al-Hafidz at-Tijani
- Asy-Syaikh Muhammad al-Khidhr Husain
- Asy-Syaikh Mahmud bin Muhammad ad-Dumi
- Asy-Syaikh Muhammad Anwar Shah al-Kasymiri
- Asy-Syaikh Asyraf Ali at-Tahanawi
- Asy-Syaikh Mufti Syafi 'ad-Dibandi
- Dan masih banyak lainnya yang tidak sempat tertulis
4. Pengabdian Syaikh Yasin Al-Faddani dan Gelar Al-Musnid Ad-Dunya
Tinggalnya beliau di Tanah Suci Makkah memudahkan ia bertemu dengan banyak ulama Islam, baik dari Tanah Suci sendiri maupun dari berbagai pelosok dunia yang datang ke Tanah Suci, seperti Suriah, Libanon, Palestina, Yaman, Mesir, Maroko, Irak, Pakistan, Rusia, India , Indonesia dan Malaysia, sehingga terkumpullah di sisi beliau berbagai macam sanad periwayatan ilmu dan hadits. Sehingga sepanjang perlajanan studinya, ia berguru lebih dari 700 orang guru yang ia catat dalam berbagai karya literaturnya yang terkait dengan ilmu sanad.Ini merupakan satu jumlah yang tak tertandingi apalagi untuk zaman ini.
Setelah tiga tahun belajar di Darul Ulum, pada awal tahun 1356 H / 1938 M ia mulai mengajar di almamaternya itu. Pertengahan tahun 1359 H / 1941 M karir beliau menanjak sebagai direktur Madarasah tersebut. Selain di Madrasah Darul Ulum, ia juga mengajar di Masjidil haram tepatnya di antara Bab Ibrahim dan Bab al-Wada ', begitu pula di rumahnya dan di kantor sekolahnya.
Rekomendasi untuk mengajar di Masjidil Haram ia peroleh secara resmi tanggal 10 Jumadil Akhir 1369 H / 29 Maret 1950 M dari Dewan Ulama Masjidil Haram. Halaqah beliau mendapat sambuan hangat terutama dari kalangan masyarakat Asia Tenggara dan Indonesia. Disamping itu setiap bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan dan mengijazahakan salah satu kitab dari Kutub as-Sittah. Hal ini berlangsung selama 15 tahun.
Setiap ada kesempatan beliau juga mengadakan perjalanan ilmiyah bersama para santri dan ulama untuk mempraktekkan ilmu yang telah beliau ajarkan anatara lain ilmu falak. Perjalanan beliau juga dipergunakan untuk berburu sanad, silsilah periwayatan hadits dan ijazah ilmu atau kitab. Sehingga ia digelari al-Musnid ad-Dunya (pemilik sanad terbanyak di dunia). Gelar itu diberikan kepada beliau karena beliau dipandang sebagai orang yang paling banyak memiliki sanad bukan hanya di Makkah dan Timur Tengah tapi juga di dunia.
Gelar al-Musnid ad-Dunya didapat Syaikh Yasin lantaran bukan hanya karena banyaknya guru yang mencapai 700 orang, tetapi lebih dilihat pada keahliannya dalam bidang yang ia geluti.
Mengacu pada Syaikh Mahmud Sa'id Mamduh, salah seorang murid beliau, Syaikh Yasin sering kali menerima permintaan fatwa.Artinya dia bukan hanya ahli dalam ilmu sanad tapi juga ahli ilmu syariat lainnya. Bahkan permintaan fatwa bukan hanya datang dari sekitar Makkah, tetapi juga dari luar Arab seperti Indonesia.
Menurut kisah yang diceritakan oleh Abu Mudi Syaikh Hasanul Bashri HG, seorang ulama Aceh, pimpinan LPI Ma'had al-'Ulum ad-Diniyah al-Islamiyah Mesjid Raya, Samalanga, Aceh yang lebih dikenal dengan nama MUDI Mesra, pada saat terjadi perdebatan antara Syaikh Abdul Aziz Samalanga dengan Syaikh Jalal bin Syaikh Hanafiah, Abu Mudi kecil pada waktu itu sering kali diminta oleh Syaikh Jalal bin Hanafiah untuk membawa surat beliau kepada Syaikh Yasin ke kantor pos.
Hampir seluruh waktunya ia pergunakan untuk mengejar ilmu dan mengajarkan ilmu. Dalam musim haji maupun di luar musim haji rumah beliau senantiasa ramai dikunjungi para ulama dan pelajar baik dari Makkah maupun dari luar Makkah bahkan dari luar negeri. Semuanya ingin menimba ilmu dan meminta ijazah hadits dari beliau. Mereka semua memandang Syaikh Yasin sebagai guru meskipun hanya mengambil ijazah kepada beliau.
Syaikh Yasin memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu hadits dengan berbagai cabang dalam ilmu yang sudah terbilang langka saat ini. Dalam hal sanad, dengan kegigihan beliau mengumpulkan sanad dari ratusan para ulama sehingga ia dijuluki sebagai al-Musnid ad-Dunya.
Selain itu beliau juga mengarang berbagai kitab dalam ilmu sanad. Ada sekitar 70 buah karya dalam berbagai ukuran yang telah disusunnya terkait ilmu sanad. Karya-karya beliau ini membuktikan keterampilan dan kebijaksanaan dalam bidang ilmu sanad.Disamping memperlihatkan kekreatifan beliau dalam sudut berbagai seni sanad.
Selain itu beliau juga gigih dalam menghimpun sanad para ulama-ulama sebelum beliau. Ini merupakan lazimnya dalam ilmu sanad, dimana kadang-kadang sanad seorang ulama dibukukan oleh muridnya atau orang-orang sesudahnya. Inilah diantara upaya yang dilakukan oleh Syaikh Yasin Al-Fadani terhadap beberapa tokoh ulama yang memiliki sanad, seperti al-Kuzbari, Ibn Hajar al-Haitami, Abdul Baqi al-Ba'li, Khalifah An-Nabhan, Sayyid Muhsin al-Musawi, Muhammad Ali al-Maliki, Umar Hamdan dan Ahmad al-Mukhallalati.
Dalam hal kelulusan sanad Syaikh Yasin memiliki kekreatifan tersendiri, baik ijazah Khash, gelar 'am dan gelar muthlaq.Berkenaan dengan gelar Khash, beliau memberi perhatian khusus kepada beberapa tokoh ulama dan orang-orang tertentu yang dirasakan kewibawaan mereka oleh beliau dengan menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus buat mereka.
Diantara ulama-ulama yang mendapatkan gelar Khash dari Syaikh Yasin adalah:
- Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
- Asy-Syaikh Aiman Suwaid
- Asy-Syaikh Dr. Yahya Ghautsani
- Asy-Syaikh Abdullah al-Jarafi
- Asy-Syaikh Muhammad Riyadh al-Malih
- Al-'Allamah Muhammad Zabarah
- Al-Habib Abubakar Athas al-Habsyi
- Asy-Syaikh Ismail Zain al-Yamani
- Al-Qadhi Muhammad al-'Umari
- Asy-Syaikh Muhammad Taqiy al-Utsmani
- Dan lain-lain
Dia telah menyusun kitab-kitab ijazah sanad yang khusus untuk mereka dan setiap satu dengan yang lainnya memiliki fitur yang tidak ada pada lainnya. Sebagai contoh, gelar beliau kepada Syaikh Muhammad Riyadh al-Malih yang berjudul ar-Raudh al-Fa'ih. Dia telah mengumpulkan di dalam kitab tersebut secara khusus semua guru-gurunya yang berasal dari negri Syam (Syiria, Libanon, Palestina dan Yordania) yang berjumlah sampai 101 orang serta semua sanad-sanad mereka, tidak termasuk yang lain.
Adapun dengan gelar 'am, Syaikh Yasin al-Faddani dapat dikatakan sebagai seorang ahli hadits yang pemurah. Berulang kali ia menyebutkan dalam beberapa kitab sanadnya pernyataan tentang kelulusan sanad kepada semua orang yang hidup di zamannya, dengan tujuan untuk memberi manfaat kepada para penuntut ilmu dan menyebarluaskan sanad-sanad periwayatan. Sebagai contoh, di akhir kitab Waraqat fi Majmu'at al-Musalsalat wa al-Awa'il wa al-Asanid al-'Aliyyah ia menuliskan:
هذا وقد اجزنا بما فى هذه الورقات كل من اراد رواية ذلك عنا ممن ادرك حياتنا وكذا غيره مما تجوز لنا روايته وتثبت عنا معرفته ودريته
Dan di akhir kitab al-'Ujalah fi al-Ahadits al-Musalsalah ia menuliskan:
وقد اجزنا بها جميع اهل عصري ووقتى ممن اراد الرواية عني
Di akhir kitab an-Nafhat al-Miskiyyah fi al-Asanid al-Muttashilah lebih luas lagi ia menyebutkan dengan ungkapan:
وقد أجزت بالأوائل السنبلية خاصة, وبهذه النفحة المسكية بأسانيدنا المتصلة بها, وكذا بجميع مؤلفاتي ومروياتي, من أراد كل جميع ذلك ممن أدرك حياتي, أو ولد في السنين المتممة لعقد وفاتي.اه
Meskipun kelulusan 'am seperti ini masih dipersilisihkan di antara ulama, namun Syaikh Yasin lebih memilih pandangan yang mengharuskannya. Di sisi lain mayoritas ulama berpendapat bahwa ijazah demikian adalah jenis gelar yang paling lemah.
Perhatian Syaikh Yasin terhadap kitab-kitab yang mengumpulkan sanad-sanad periwayatan seseorang ulama ahli hadis sangat besar. Dia sering menyebutnya dengan berbagai istilah, seperti tsabat, fahrasah atau fihris, mu'jam, barnamij dan masyyakhah.
Menurut Syaikh Abdul Hayy bin Abdul Kabir al-Kattani: "Orang terdahulu memberikan istilah masyyakhah bagi kitab yang menghimpun nama-nama guru dan riwayat-riwayat seseorang ahli hadits, kemudian mereka menamakannya pula setelah itu sebagai mu'jam karena nama-nama guru disusun sesuai dengan urutan abjad huruf hijaiyyah.Penduduk Andalusia juga menggunakan istilah barnamij. Pada abad-abad belakangan, ahli hadits di daerah Timur sampai sekarang menyebutnya sebagai tsabat, sedangkan ahli hadits di daerah Barat menyebutnya sebagai fahrasah. "
Syaikh Yasin al-Faddani memiliki banyak riwayat dari kitab-kitab yang berkaitan dengan kesanadan. Selain itu Syaikh Yasin juga memiliki perhatian besar dalam cabang ilmu hadits yang lain seperti periwayatan hadits musalsal, riwayat 'ali, tash-hih dan tadh'if, ilmu rijal dan Ruwah.
5. Karya-karya Syaikh Yasin Al-Faddani
Syaikh Yasin dikenal sebagai ulama yang produktif dalam menulis, karya beliau mencapai ratusan, sehingga al-Habib Saqqaf bin Muhammad Assegaf seorang ulama Hadhramaut memujinya dengan sebutan "Imam Suyuthi pada zamannya" lantaran karyanya yang demikian banyak.
Ulama kelahiran abad 20 ini menghasilkan karya-karya yang tak kurang dari 100 judul, yang semuanya tersebar dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Mekkah maupun di Asia Tenggara.Sejumlah murid dan peneliti kini mulai berusaha menginventasrisir, mengkodifikasi dan mempublikasikan karya-karya tersebut.Kabarnya sampai saat ini baru sebanyak 97 kitab (diantaranya 9 kitab tentang ilmu hadits, 25 kitab tentang ilmu dan ushul fiqih, 36 kitab tentang ilmu falak, dan sisanya tentang ilmu-ilmu yang lain).
Bahkan kitab beliau al-Fawaid al-Janiyyah dijadikan materi silabus mata kuliah ushul fiqh di Fakultas Syari'ah Universitas al-Azhar Mesir.Sebagaimana diakui oleh kalangan para ulama yang mengetahui tingkat keilmuan beliau, faktor susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padat membuat karya Syaikh Yasin dijadikan oleh para ulama dan pelajar sebagai referensi.
Meskipun Syaikh Yasin al-Faddani mampu bertutur dalam bahasa Melayu, namun ia menulis seluruh karyanya dalam bahasa Arab.Karya beliau yang terdiri dari kitab fiqh, hadits, balaghah, tanggal, falak, sanad serta dalam cabang ilmu yang lain antara lain:
- Fath al-'Allam fi Syarh Bulugh al-Maram
- Ad-Durr al-Madhud fi Syarh Sunan Abu Dawud 20 jilid
- Nail al-Ma'mul Hasyiyah 'ala Ghayat al-Wushul' ala Lubb al-Ushul
- Al-Fawaid al-Janiyyah 'ala Qawa'id al-Fiqhiyyah (terbit tahun 1417 H / 1996 M)
- Syarh Jauhar Tsamin fi Arba'in Haditsan min Ahadits Sayyid al-Mursalin li al-'Ajluni
- Syarh al-Musalsal bi al-'Itrat ath-Thahirah
- Bulghat al-Musytaq fi 'Ilm Isytiqaq
- Tashnif as-Sama 'fi Mukhtashar' Ilm al-Wadha '
- Hasyiyah 'ala Risalah Hajar Zadah fi' Ilm Wadha '
- Idhah an-Nur al-Lami 'Syarh al-Kaukab as-Sathi'
- Hasyiyah 'ala al-Asybah wa an-Nadzair fi Furu' Fiqh asy-Syafi'i li as-Suyuthi
- Bughyat Musytaq Syarh al-Luma 'Abi Ishaq
- Ta'liqat 'ala Luma' Abi Ishaq asy-Syirazi fi 'Ilm Ushul
- Hasyiyah 'ala at-Talaththuf fi Ushul Fiqh
- Hasyiyah 'ala al-Qawa'id al-Kubra li al-'Izz bin Abdissalam
- Tatmim ad-dukhul Ta'liqat 'ala Madkhal al-Wushul ila' Ilm al-Ushul
- Ta'liqat 'ala Syarh Mandzumah az-Zamzami fi Ushul at-Tafsir
- Taqrir al-Maslak li Man Arada 'Ilm Falak
- Al-Khamaliyah Syarh Mutawasith 'ala Tsamarat al-Wasilah
- Ar-Riyadh Nadzrah Syarh Nadzm al-'Alaliy al-Muntatsirah fi al-Maqulat al-'Asyrah
- Syarh 'ala Risalah al-Adhud fi al-Wadha'
- Tatsnif as-Sami 'Mukhtashar fi' Ilm al-wadh'i
- Syarh 'ala Mandzumah Zubad li Ibni Ruslan fi al-Fiqh Syafi'i
- Kaukab al-Anwar fi Asma 'an-Nujum as-Samawiyah
- Al-Mukhtashar al-Muhadzdzab fi Istikhraj al-Auqat wa al-Qiblat bi ar-rubu 'al-Mujayyab
- Manhal al-Ifadah Hawasyi 'ala Risalah Adab al-Bahts wa al-Munadzarah li Thasy Kubra Zadah
- Ad-Durar an-Nadhid Hasyiyah 'ala Kitab at-Tamhid li al-Asnawi fi Ushul Fiqh asy-Syafi'i
- Janiyy ats-Tsamar Syarh Mandzumah Manazil Qamar
- Thabaqat asy-Syafi'iyyah al-Kubra
- Thabaqat asy-Syafi'iyyah ash-Shughra
- Thabaqat 'Ulama al-Ushul wa al-Qawa'id al-Fiqhiyyah
- Thabaqat 'Ulama al-Falak wa al-Miqat
- Thabaqat Masyahir an-Nuhah wa Tasalsul Akhdzihim
- Al-Mawahib al-Jazilah Syarh Tsamrah al-Wasilah fi al-Fala
- Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir 'ala Tsamarah al-Wasilah
- Husn ash-Shiqayah Syarh Kitab Durus al-Balaghah
- Risalah fi 'Ilm al-manthiq
- Ittihaf al-Khallan Taudhih Tuhfat al-Bayan fi 'Ilm al-Bayan
- Ar-Risalah al-Bayaniyyah 'ala Thariqat as-Sual wa al-Jawab
- Tanwir al-Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Syahirah (terbit tahun 1403 H / 1983 M)
- Al-Qaul al-Jamil bi gelar as-Sayyid Ibrahim bin Aqil
- Al-Isyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
- Al-'Ujalah fi al-Hadits al-Mutsaltsal
- Asma al-Ghayah fi Asanid asy-Syaikh Ibrahim al-Hazazmi fi al-Qiraah
- Al-Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab'ah
- Al-'Iqd al-Fard min Jawahir al-Asanid
- Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-'Asyrah (terbit tahun 1403 H / 1983 M)
- Ithaf al-Mustafid bi an-Nur al-Asanid
- Qurrat al-'Ain fi Asanid A'lam al-Haramain
- Ithaf Uli al-Himam al-'Aliyyah bi al-Kalam 'ala al-Hadits al-Musalsal al-Awwaliyyah
- Al-Waraqat fi Majmu'ah al-Musalsalat wa al-Awail wa Asanid al-'Aliyyah (terbit tahun 1406H / 1986M)
- Ad-Durr al-Farid min Durar al-Asanid
- Al-Muqtathaf min Ithaf al-Kabir bi Makkiy
- Ikhthiyar wa Ikhtishar Riyadh Anggota Jannah min Atsar Ahli as-Sunnah li 'Abdul Baqi' al-Ba'li al-Hanbali
- Al-Arba'un Haditsan min Arba'in kitan 'an Arba'in' an Arba'in Syaikhan (terbit tahun 1429 H / 2008 M)
- Al-Arba'un al-Buldaniyyah Arba'un Haditsan 'an Arba'in' an Arba'in (terbit tahun 1407 H / 1987 M)
- Al-Arba'un Haditsan Mutsaltsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthi
- As-Salasil al-Mukhtarah bi gelar al-Muarrikh as-Sayyid Muhammad bin Muhammad ziyarah
- Fath ar-Rabb al-Majid fi Ma li Asyyakhi min Faraid al-Ijazah wa al-Asanid
- Ailsilah al-Wushlah Majmu'ah Mukhatarah min al-Hadits al-Mustalsal
- Faidh ar-Rahmani bi Ijazat Samahah al-'Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-'Utsmani (terbit tahun 1406 H / 1986 M)
- Nihayat al-Mathlab fi 'Ulum al-Isnad wa al-Adab
- Ad-Durar an-Nadzir wa ar-Raudh an-Nadzir fi Majmu 'al-Ijazah bi Tsabat al-Amir
- Al-'Ujalah al-Makkiyyah
- Al-Waraqat 'ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba'in Haditsan min al-Hadits Sayyid al-Mursalin; dan
- Ta'liqat 'ala Kifayat al-Mustafiq li asy-Syaikh Mahfudz at-Turmusi
- Tahqiq al-Jami 'al-Hawi fi Marmiyat asy-Syarqawi
- Ittihaf ath-Thalib as-Sirri bi al-Asanid ila al-Wajih al-Kuzbari
- Al-Asanid al-Faqih Ahmad bin Hajar al-Haitami al-Makki (terbit tahun 1429H / 2008M)
- Faidh ar-Rahman fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan
- Al-Waslu ar-Rati fi Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
- Faidh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin
- Madmah al-wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan
- Faidh al-Ilah al-'Ali fi Asanid 'Abdil Baqi al-Ba'li al-Hanbali
- Al-Maslak al-Jaliy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syaikh Muhammad 'Aliy (terbit tahun 1408 H / 1988 M)
- Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Majma 'al-wujdan (terbit tahun 1406H / 1986M)
- Ittihaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-wujdan fi Asanid asy-Syaikh Umar Hamdan
- Ittihaf as-Samir bi Auham Ma fi Tsabat al-Amir
- Gelar as-Sayyid Muhammad 'Alawi al-Maliki
- Gelar asy-Syaikh Aiman Suwaid
- Al-Irsyad as-Sawiyyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
- Bughyat al-Muris fi 'Ilm al-Asanid
- Ta'liqat 'ala al-Awail as-Sunbuliyyah
- Al-Awail as-Sunbuliyah wa Dhailuha (terbit tahun 1427 H / 2006 M)
- Ta'liqat 'ala al-Awail al-'Ajluniyyah
- Ta'liqat 'ala Tsabat asy-Syanwani
- Ta'liqat 'ala Tsabat asy-Syibrazi
- Ta'liqat 'ala Tsabat al-Kazbari al-Hafidz
- Tsabat al-Kazbari (terbit tahun 1403 H / 1983 M)
- Ta'liqat 'ala Husn al-Wafa li Ikhwan ash-Shafa
- Ad-Durr an-Natsir fi Ittishal bi Tsabat al-Amir
- Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-'Adi wa ar-Raih bi gelar al-Ustadz Muhammad Riyadh al-Malih
- Ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyat al-Ghadi wa ar-Raih (terbit tahun 1426H / 2005M)
- Al-'Ujlah fi Ahadits al-Musalsalah (terbit tahun 1405 H / 1985 M)
- Al-'Iqd al-Farid min Jawahir al-Asanid
- Uqud al-Lujain fi Ijazah Syaikh Ismail Zain
- Faidh al-Bari bi gelar al-Wajih as-Sayyid 'Abdurrahman al-Anbari
- Faidh al-Mabdi bi gelar asy-Syaikh Muhammad 'Audh az-Zabidi (terbit tahun 1429 H / 2008 M)
- Al-Kawakib ad-Darari fi Ijazah Mahmud bin Sa'id al-Qahiri
- Al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah
- Masyjarah bi Asanid al-Fiqh asy-Syafi'i
- Al-Muqtathif min Ittihaf al-Akabir bi Asanid al-Mufti Abdul Qadir
- Al-Mawahib al-Jazilah wa al-'Uqud al-Jamilah fi gelar al-'Allamah al-Bahhatsah al-Musyarik asy-Syaikh Abi Yahya Zakaria bin Abdullah Bila
- An-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyyah (terbit tahun 1409H / 1989M)
- An-Nafhat al-Hasaniyyah (terbit tahun 1396 H / 1976 M)
- Nahj as-Salamah fi gelar ash-Shafi Ahmad Salamah
- Al-Wafi bi Dzail Tadzkar al-Masafi bi Ijazah Syaikh Abdullah al-Jarafi (terbit tahun 1429 H / 2008 M)
- Al-Washl ar-Ratibi fi Tarjamah wa Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
- Al-Washl as-Sami bi Ijazah Sayyid Muhammad al-Hasyimi
- Dan masih banyak yang lainnya.
Semua kitab beliau dari no. 40 merupakan kitab dalam bidang ilmu sanad.
Namun sayang, agak sulit menemukan karya-karya tersebut di tanah air. Karya beliau lebih banyak dicetak di Beirut dan Syiria. Sisanya masih tersimpan dalam bentuk makhtutat di perpustakaan pribadi almarhum. Bahkan, karyanya yang fundamental dalam bidang hadits, Fath al-'Allam dan ad-Durr al-Mandhud masih dalam bentuk manuskrip (penelitian tahun 2010).
Terkait karya ulama yang juga ahli fikih ini, ada beberapa hal yang menarik. Pertama, Syeikh Fadani ternyata pernah menulis empat kitab arba'in (hadits 40) sekaligus. Kitab hadits 40 yang telah mencuri perhatian kaum muslimin selama berabad-abad adalah al-Arba'in an-Nawawiyyah karya Imam an-Nawawi (w. 676 H / 1278 M). Sudah selayaknya juga, Syaikh Yasin yang menulis 4 versi kitab arba'in mendapat apresiasi yang sama dalam arti yang luas di kalangan umat Islam. Antara kitab arba'in beliau yaitu al-Arba'un al-Buldaniyah, al-Arba'un Haditsan, Syarh al-Jauhar ats-Tsamin fi Arba'in Haditsan dan al-Arba'un Haditsan Musalsalah.
Kedua, karya Syaikh Yasin didominasi oleh kitab sanad yang ditulis dengan sangat teliti.Hampir dipastikan, setiap ilmu yang ia tuntut ada susur galurnya sampai ke sumber pertama. Hal ini, setidaknya menyiratkan nilai ketekunan, kemurnian (otoritatif) dan keberkahan ilmu. Dengan ketekunan memelihara silsilah keilmuan itulah para ulama menyebutnya sebagai al-Musnid ad-Dunya (pemegang sanad di dunia) atau al-Musnid al-'Ashr (ahli sanad zaman ini).
6. Pujian Para Ulama Kepada Syaikh Yasin Al-Faddani
Kealiman dan keahlian Syaikh Yasin diakui oleh banyak para ulama dari seluruh penjuru dunia. Baik oleh para ulama saat beliau maupun pada saat sesudahnya. Dia banyak dipuji oleh para ulama dan para gurunya.Diantaranya adalah dari seorang ulama ahli hadits terkemuka dari Maroko, al-Muhaddits as-Sayyid Abdul Aziz al-Ghumari, yang menjuluki Syaikh Yasin sebagai ulama kebanggaan Haramain (Mekkah dan Madinah) dan sebagai muahaddits (ahli hadits) terkemuka.
Syaikh as-Sayyid Abdullah al-Ghumari, sebagaimana diceritakan oleh Syaikh Sa'id Mamduh: "Dalam suatu kesempatan berkumpul dengan Syaikh as-Sayyid Abdullah Shiddiq al-Ghumari pada musim haji tahun 1401 H / 1991 M, beliau mengatakan kepada sekelompok jamaah:" kita sebelumnya telah mengakui Syaikh as-Sayyid Rafi 'at-Tahtawi sebagai al-Musnid al-'Ashr. Namun sekarang, ketahuilah bahwa Syaikh Yasin al-Faddani adalah sebagai al-Musnid al-'Ashr, tanpa diragukan lagi. "Suatu pengakuan yang tulus dari seorang ahli Islam yang kritis."
Dalam muqaddimah kitab al-Fawaid al-Janiyyah kita akan temukan beberapa pujian ulama besar antara lain Syaikh Ismail Usman Zain al-Makki, Syaikh Abdullah bin Zaid al-Maroko az-Zabidi (ulama Zabid Yaman, 1315 H-1389 H) yang merasa takjub dan kagum dengan kitab al-Fawaid al-Janiyyah, al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman al-Ahdal (Mufti Murawa'ah Yaman, 1307 H-1372 H) yang secara khusus mengatur sebuah syair panjang yang memuji SyeikhYasin diantara bait syair itu berbunyi :
أنت في العلم والمعاني فريد # وبعقد الفخار أنت الوحيد
"Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat. Dibangun orang kejayaan kaulah satu-satunya yang jaya. "
لك عز قد اشرقت بعلاه # شمس فضل لها الضياء يريد
علوم ابدعتها بمفهوم # بحلاها تتوج المستفيد
عصت فيها على فرائد در # فى نحو الحسان هم العقود
سائرات كالشمس فى كل قطر # مشرقات والجهل منها يبيد
من يضاهى هذا المقام المعلى # ان هذا عن غيره لعيد
واذا انتمى اناس لأصل # انت للسعد اذ نسبت حفيد
Asy-Syaikh Fadhal bin Muhammad 'Audh Bafadhal at-Tarimi juga memuji kitab karangan beliau dalam syairnya sebagai sebuah kitab yang dipenuhi permata. Diantara baitnya ia berkata dalam syairnya:
فيا طالب العلم لب نداء # ياسين وافرح بهذا القرى
"Wahai pencari ilmu sambutlah panggilan Yasin. Nikmatilah sajian yang ia sajikan. "
Prof. Dr. Ali Jum'ah salah satu Mufti Mesir dalam kitab Hasyiyah al-Imam al-Baijuri 'ala Jauharat at-Tauhid yang ditahqiqnya, pada halaman 8 mengaku pernah menerima ijazah sanad hadits Hasyiah tersebut dari Syaikh Yasin yang digelarinya sebagai Musnid ad-Dunya.
Syaikh Zakaria Abdullah Bila, teman dekat pendiri Nahdlatul Wathan yakni Tuan Guru KH.M. Zainuddin Lombok pernah mengatakan: "Waktu saya mengajar Qawa'id al-Fiqh di ash-Shaulatiyyah, seringkali mendapat kesulitan yang memaksa saya membolak-balik kitab-kitab yang besar untuk memecahkan kesulitan tersebut. Namun setelah terbit kitab al-Fawaid al-Janiyyah karangan Syaikh Yasin menjadi mudahlah semua itu, dan ringanlah beban dalam mengajar. "
Syaikh Umar Abdul Jabbar mengatakan di dalam surat kabar al-Bilad edisi hari Jum'at 24 Dzul qa'dah tahun 1379H / 1960M: "Bahkan yang terbesar dari amal bakti Syaikh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362 H. Dimana dalam perjalanannya selalu ada rintangan, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan. "
Prof. Dr. Asy-Syaikh Yusuf Abdurrazzaq (Dosen kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo) juga memuji beliau dengan perkataan dan syi'ir yang panjang. Salah satu bait syairnya berbunyi:
أنت فينا بقية من كرام # لا ترى العين مثلهم إنسانا
"Engkau di tengah kami orang terpilih dari orang terhormat. Tak pernah mata melihat manusia seumpama mereka. "
Al-Habib Saqqaf bin Muhammad Assegaf, seorang tokoh pendidik di Hadhramaut (1373 H) menceritakan kekaguman beliau terhadap Syaikh Yasin. Dia menjulukinya sabagai "Sayuthiyyu Zamanihi" (Imam al-Hafidz as-Suyuthi pada zamannya). Beliau juga mengarang sebuah syair untuk memuji beliau, diantaranya berbunyi:
لله درك يا ياسين من رجل # القرى أنت أم قاضيها ومفتيها
في كل فن وموضوع لقد كتبا # يداك ما أثلج الألباب يحديها
"Bagus perbuatanmu hai Yasin engkau seorang tokoh. Dari Ummul Qura engkau Qadhi dan Muftinya.
Setiap pandan judul ilmu tertulis dengan dua tanganmu. Alangkah sejuknya akal pikiran rasa terhibur olehnya. "
Al-Muhaddits as-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki sebagai guru Madrasah al-Falah dan Masjidil Haram, Syaikh M. Mamduh al-Mishri dan al-Habib Ali bin Syaikh Bilfaqih Sewun Hadhramaut dan para ulama lainnya, pernah memuji karangan-karangan beliau .
Prof. Dr. asy-Syaikh Yahya al-Ghautsani pernah menghadiri majelis Syaikh Yasin untuk mengkhatamkan Sunan Abu Dawud. Ketika itu hadir pula ahli hadits Maroko (Maroko), asy-Syaikh as-Sayyid Abdullah bin Shiddiq al-Gumari, asy-Syaikh Abdussubhan al-Barmawi dan asy-Syaikh Abdul Fattah Rawah.
Pujian tersebut bukan hanya datang dari ulama Ahlussunnah, seorang ulama Wahabi Prof. Dr. asy-Syaikh Abdul Wahhab bin Abi Sulaiman (Dosen Dirasatul 'Ulya Universitas Ummul Qura) di dalam kitab al-Jawahir ats-Tsaminah fi Bayan Adillat' Alam al-Madinah berkata: "Syaikh Yasin adalah muhaddits, faqih, mudir Madrasah Darul Ulum, pengarang banyak kitab dan salah satu ulama Masjidil Haram. "
Seorang tokoh agama Najd dari Ibukota Riyadh (pusat paham Wahabi), yaitu Jasim bin Sulaiman ad-Dausari pada tahun 1406 H pernah berkata:
أبلغوا مني سلاما من صبا نجد # الفيض فداني ذكيالأبي
مسند الوقت بعيد عن نزول # أما لما هابط يعلو فداني
فدى أسر الروايات فلوتنطق # لقالت: علم الدين فداني
Selain itu, pujian kepada beliau juga datang dari ulama India, Syaikh Muhammad Abdul Hadi serta ulama Seiwun Yaman, al-Habib Ali bin Syaikh Balfaqih al-'Alawi.
7. Memperkenalkan Nama-nama Ulama Nusantara ke Dunia
Salah satu jasa besar Syaikh Yasin al-Faddani adalah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia luar. Tanpa usaha beliau mungkin saja masyarakat luar Melayu tidak mengenal sama sekali peran dan sumbangsih tokoh-tokoh ulama dari Nusantara. Melaluinya, perawi-perawi Arab dan non Melayu mengenal istilah "Kiyai" dalam bahasa Jawa yang berarti syaikh, ustadz atau orang alim.
Diantara nama-nama ulama Nusantara yang disebutkan oleh Syaikh Yasin al-Faddani adalah sebagai berikut:
1. Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani
2. Syaikh Abdushshamad bin Abdurrahman al-Palimbani
3. Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari al-Jombangi
4. Syaikh Aqib bin Hasanuddin al-Palimbani
5. KH. Jam'an bin Samun at-Tanqarani
6. KH. Uhaid Ahyad bin Idris al-Bogori
7. KH. Ma'shum bin Ahmad al-Lasemi
8. KH. Baidhawi bin Abdul Aziz al-Lasemi
9. KH. Baqir bin Nur al-Jogjawi
10. KH. Mahfudz bin Abdullah at-Termasi
11. KH. Khalil bin Abdul Lathif al-Bangkalani
12. KH. Abdul Muhith bin Ya'qub as-Sidoarjowi
13. KH. Umar bin Shalih as-Samarani
14. KH. Ali bin Abdullah al-Banjari
15. KH. Hasan bin Abdus Syakur as-Sarbawi
16. Syaikh Zainuddin as-Sumbawi
17. KH. Mahmud bin Kenan al-Palimbani
18. KH. Arsyad bin Abdushshamad al-Banjari
19. KH. Taib bin Ja'far al-Palimbani
20. KH. Abdullah bin Azhari al-Palimbani
21. KH. Ahmad Marzuqi bin Hamid as-Suwahani
22. KH. Muhammad bin Yasin al-Pekalongani
23. KH. Abdul Hamid bin Zakaria al-Betawi
24. Syaikh Muhsin bin Raden Muhammad as-Sirangi
25. KH. Shiddiq bin Abdullah al-Lasemi
26. KH. Hasan bin Syamsuddin al-Qanquni
27. KH. Bakri bin Sida al-Bantani
28. Qadhi Musa bin Ibrahim al-Melakawi
29. Qadhi Abubakar bin Hasan al-Muari
30. Syaikh Utsman bin Abdul Wahhab as-Sarawaqi
31. Syaikh Muhammad Shalih bin Idris al-Kelantani
32. Dan lain lain.
Ada juga tokoh Nusantara yang diberi gelar sebagai muhaddits (ahli hadits) oleh Syaikh Yasin al-Faddani, seperti al-Habib Syaikh bin Ahmad Bafaqih Botoputih Surabaya. Menurut Syaikh Yasin: "Muhaddits di zaman akhir berarti seorang Musnid (ahli sanad) yang luas periwayatannya serta banyak memperoleh kitab sanad dan fihris secara bersambung dari para ulama Timur dan Barat. Sekarang ini sekitar ada 130 orang alim ulama Nusantara. "
Diantara ulama yang paling banyak sanad periwayatannya adalah Syaikh Aqib bin Hasanuddin al-Palimbani (1182 H), Syaikh Abdushshamad bin Abdurrahman al-Palimbani (1211 H), Syaikh Abdul Ghani bin Shubuh al-Bimawi, Syaikh Mahfudz bin Abdullah at-Termasi (1338 H), Syaikh Abdul Hamid Kudus, Syaikh Mukhtar bin Atharid al-Bogori dan al-Habib Salim bin Jindan.
8. Murid-murid Syaikh Yasin Al-Faddani
Murid-murid Syeikh Yasin sangat banyak sekali. Merekalah yang menjadi penyambung silsilah keilmuan yang ia miliki dari para guru untuk para murid. Diantara murid-murid beliau antar lain:
1. Asy-Syaikh Muhammad Ismail Zain al-Makki al-Yamani
2. Prof. DR. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki
3. Asy-Syaikh Muhammad Mukhtaruddin al-Palimbani
4. Asy-Syaikh Muhammad Hamid Amin al-Banjari
5. Al-Habib Umar bin Hafidz Tarim
6. Al-Habib Muhammad Hamid al-Kaf Makkah
7. Asy-Syaikh Ahmad Damanhuri al-Bantani
8. KH. Abdul Hamid ad-Dari
9. Asy-Syaikh Ahmad Muhajirin ad-Dari Bekasi
10. Asy-Syaikh KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai) Martapura
11. Asy-Syaikh Mu'allim KH. M. Syafi'i Hadzami
12. DR. Burhanuddin Umar Lubis
13. KH. Maimoen Zubair Rembang
14. KH. Hasan Azhari
15. KH. Sahal Mahfudz Pati
16. KH. DR. Abdul Muhith Abdul Fattah
17. KH. Zayadi Muhajir
18. KH. Ahmad Junaidi
19. KH. Idham Khalid
20. KH. Thahir Rahili
21. KH. Ahmad Muthohar Mranggen
22. DR. Muslim Nasution
23. KH. Yusuf bin Hasyim Asy'ari
24. KH. Sahal Mahfudh Pati
25. Prof. DR. Sayyid Agil Husain al-Munawwar
26. Prof. DR. Muhibbudin Wali al-Khalidi
27. DR. Yahya al-Ghaustani
28. As-Sayyid Abdullah Shiddiq al-Ghumari
29. Asy-Syaikh Abdus Shubhan al-Barmaw
30. Asy-Syaikh Abdul Fattah Rawah
31. Asy-Syaikh DR. Ali Jum'ah Mufti Mesir
32. Asy-Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni Damaskus
33. DR. Muhammad Hasan ad-Dimyathi
34. Asy-Syaikh Hasan al-Qathirji
35. Tuan Guru KH. Abdullah bin Abdurrahman Pondok Lubuk Tapah Kelantan
36. Tuan Guru KH. Hasyim bin Abubakar Pondok Pasir Tumboh Kelantan
37. Prof. Dr. M. Hasan ad-Dimasyqi
38. Asy-Syaikh Isma'il Zain al-Yamani
39. Asy-Syaikh Muhammad Nuruddin Marbu al-Banjari.
40. Dan masih banyak lagi.
Di Indonesia bisa dikatakan hampir semua ulama di Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang seangkatan dengan beliau atau di bawah beliau merupakan murid beliau. Selain itu di Malaysia, Thailand dan Brunei juga tersebar murid-murid beliau yang sangat banyak.
9. Syaikh Yasin Al-Faddani Sosok yang tawadhu 'dan Bersahaja
Meski dikenal sebagai seorang maha guru, Syaikh Yasin tetap bersikap tawadhu 'kepada siapa saja. Dia tak segan untuk meminta ijazah dan ilmu dari para muridnya.
Syaikh Yasin juga sering berkunjung ke Indonesia, negeri asal nenek moyangnya.Dalam kunjungan beliau ke Indonesia ia mengunjungi beberapa pondok pesantren antara lain di Jakarta, Padang, Palembang, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, NTB, Kalimantan, Ambon dan Manado. Setiap pesantren yang ia kunjungi selalu dipenuhi oleh jamaah dari berbagai kalangan, ulama, santri maupun masyarakat umum. Dalam setiap kesempatan ia selalu menyampaikan hadits sekaligus mengijazahkannya. Oleh karena itu banyak ulama menemui Syaikh Yasin hanya karena ingin dianggap sebagai murid olehnya dan meminta ijazah hadits.
Hal yang menarik dari sosok Syaikh Yasin adalah, sekalipun ia adalah seorang ulama tradisional namun ia memiliki wawasan yang luas. Dia berpandangan belajar dan mengajar bagi kaum wanita juga wajib sebagaimana yang telah disabdakan Baginda Nabi Saw. Ini terbukti dengan usahanya mendirikan beberapa lembaga pendidikan untuk kaum wanita.
Setelah sekian lama menanamkan cita-citanya untuk membangun madrasah putri, pada tahun 1362 H / 1943 M ia mendirikan lembaga pendidikan untuk kaum wanita yang dinamainya dengan Madrasah Ibtidaiyyah lil Banat. Lembaga pendidikan ini merupakan yang pertama di Arab Saudi yang didirikan khusus untuk kaum hawa. Setelah sekolah ibtidaiyah telah banyak dan membutuhkan tenaga pengajar, Syaikh Yasin memandang perlu mendirikan lembaga pencetak guru wanita. Maka pada bulan Rabi'ul Akhir tahun 1377 H beliau mendirikan Ma'had lil Mu'allimat.
Dalam surat kabar al-Bilad edisi Jum'at 24 Dzul qa'dah 1379 H / 1960 M, Syaikh Umar Abdul Jabbar, seorang ulama dan kolumnis menulis esai sebagai berikut: "Bahkan yang terbesar dari amal bakti Syaikh Yasin adalah membuka madrasah putri pada tahun 1362 H / 1943 M. Inilah sekolah pertama perempuan yang didirikan di Negeri Kerajaan Arab Saudi.Dalam perjalananya selalu ada rintanagn, namun beliau dapat mengatasinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan. "
Ketawadhu'an beliau juga terlihat sebagaimana diceritakan oleh murid beliau, Syaikh Mahmud bin Said Mamduh, bahwa karya Syaikh Yasin tentang ushul fiqh, syarah al-Luma 'sebaganyak dua jilid yang tebal terpaksa tidak jadi dicetak lantaran guru beliau Syaikh Yahya Aman sudah terlebih dahulu mengirimkan naskah karyanya dalam hal yang sama ke percetakan. Tampaknya beliau berkaca pada kejadian sebelumnya, saat ia mencetak kitab Hasyiyah at-Taisir karya beliau, yang ternyata karya serupa dibuat oleh guru beliau Syaikh Yahya Aman, yang akhirnya membuat karya Syaikh Yasin kurang dikenal.
10. Kesederhanaan Syaikh Yasin Al-Faddani
Karena sangat bersemangat dan giat dalam menuntut ilmu agama, Syaikh Yasin hampir saja lupa menikah. Dia termasuk terlambat dalam membangun rumah tangga. Hingga sampai pada usia empat puluh tahun dia belum juga menikah. Hal ini membuat orangtuanya merasa prihatin dan khawatir, juga para guru dan rekan-rekan beliau. Mereka mengingatkan beliau bahkan ada yang ingin menjadikan beliau sebagai menantu. Karena orangtua ia mengancam akan membakar kitab-kitab beliau dan beliau pun merasa takut durhaka kepadanya, akhirnya masa lajang ia akhiri tepat pada usia 40 tahun.
Hal yang sangat menarik dari sosok Syaikh Yasin al-Fadani adalah kesederhanaannya.Meskipun beliau seorang ulama besar namun beliau tidak segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul dan menenteng sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.Dengan memakai kaos oblong dan sarung, Syaikh Yasin juga sering nongkrong di warung kopi sambil menghisap Shisah (rokok Arab).Tak ada seorang pun yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang dimiliki Syaikh Yasin.
KH. Sukarnawadi Husnuddu'at mengatakan: "Syaikh Yasin orangnya santai, sederhana, tidak menampakkan diri, sering muncul menggunakan kaos biasa, sarung, dan sering nongkrong di" Gahwaji "untuk nyisyah (menghisap rokok Arab). Tak seorangpun yang berani mencela beliau karena kekayaan ilmu yang beliau miliki. Yang ingkar kepada beliau hanyalah orang-orang yang lebih mengutamakan tampang dzahir dari yang bathin. "
Jika musim haji tiba Syaikh Yasin mengundang para ulama dari seantero dunia dan para siswa untuk berkunjung ke rumahnya untuk berdiskusi dan tak sedikit dari para ulama yang meminta ijazah sanad hadits dari beliau. Namun walau musim haji telah lewat, rumah Syaikh Yasin tetap selalu ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.
11. Seorang Alim yang Menghargai Para Ahli Ilmu
Syaikh Yasin sering mengadakan kunjungan-kunjungan ke berbagai negara terutama di Indonesia yang merupakan asal dari nenek moyangnya. Tak sedikit dari para ulama yang bertemu Syaikh Yasin ingin dianggap sebagai murid oleh beliau dan meminta ijazah sanad hadits.
Salah satu kejadian yang menarik adalah sewaktu Syaikh Yasin berkunjung ke Indonesia. Banyak para ulama dari berbagai daerah di Indonesai berbondong-bondong menemui Syaikh Yasin untuk dianggap sebagai murid. Salah satu dari mereka adalah Mu'allim KH. Syafi'i Hadzami. KH. Syafi'i datang menemui Syaikh Yasin untuk diangkat sebagai murid. Namun Syaikh Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka atau ada hal lain, namun Syaikh Yasin menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan beliau mengatakan bahwa dirinyalah yang pantas menjadi murid KH. Syafi'i Hadzami.
Syaikh yasin menilai bahwa kedalaman ilmu yang dimiliki KH. Syafi'i Hadzami tak diragukan lagi. KH. Syafi'i Hadzami begitu terkenal namanya di Mekkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan ilmu.Begitulah sosok Syaikh Yasin al-Faddani yang sangat menghargai para ahli ilmu.
12. Tukang Sapu Makam Nabi Saw.
KH. Maimoen Zubair adalah murid senior Syekh Yasin al-Faddani yang sekarang masih hidup. Sebagaimana diutarakannya, ia telah berguru pada Syaikh Yasin al-Faddani sejak tahun 1370 H / 1940 M. Kepada Syaikh Yasin al-Faddani beliau mengaji kitab Sunan Abi Daud sampai tamat.
Syaikh Yasin pernah bercerita pada Mbah Maimenn tentang kisah Syaikh al-Ajrum yang melarang sebuah karyanya dicetak pada masa itu. Karya yang berjudul al-Ajrumiyyah baru dicetak setelah wafatnya dan menjadi kitab yang baku dalam pelajaran tata bahasa Arab dan termasyur di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Mungkin itulah sebab ada sebagian ulama yang melarang karyanya dicetak di masa itu. Mereka melihat dengan mata batinnya, kelak kitab itu dibutuhkan dan menjadi amal jariah setelah wafatnya.
Begitu pula dengan karya al-Qadhi Abu Syuja ', Matn at-Taqrib. Al-Qadhi Abu Syuja 'hidup selama 160 tahun lebih. 60 tahun digunakannya untuk mengajar, dan 100 tahun dari usianya ia abdikan sebagai KANNAS Qabr an-Nabiy (tukang sapu makam Nabi Saw.). Ia senang dengan gelar itu sehingga ia tak mau dirinya disebut Syaikh atau 'Allamah.
Acap kali saat membersihkan makam Nabi Saw., Ia bermunajat agar dirinya diberikan keberkahan umur dan karyanya akan kelak berguna bagi umat. Dan di kemudian hari, kitabnya, Matn at-Taqrib, memang termasyur di kalangan para penuntut ilmu.
13. Karamah Syaikh Yasin Al-Faddani
Allah Swt. memang sangat mengasihi hambaNya yang shaleh dengan bentuk yang beragam. Ada yang diangkat derajatnya dengan diberikan ilmu agama yang mendalam dan ada pula yang diberikan kejadian yang luar biasa yang disebut dengan karomah.Syaikh Yasin dimuliakan Allah dengan keduanya. Ini merupakan hasil istiqamah beliau dalam ilmu dan beramal. Ada beberapa kisah yang masyhur di kalangan pecinta beliau antara lain:
Pernah suatu ketika ada seorang tamu asal Syiria, Zakaria Thalib, mendatangi rumah Syaikh Yasin pada hari Jum'at. Ketika adzan Jum'at dikumandangkan, Syaikh Yasin masih saja di rumah. Akhirnya tamu tersebut keluar dan shalat di masjid terdekat.
Seusai shalat Jum'at, ia menemui seorang teman dan ia pun bercerita pada temannya bahwa Syaikh Yasin tidak shalat Jum'at.Namun hal itu dibantah oleh temannya tersebut seraya berkata: "Kami sama-sama Syakh Yasin shalat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syaikh Hasan al-Masysyath yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau."
KH. M. Abrar Dahlan juga pernah bercerita: "Suatu hari Syaikh Yasin menyuruh saya membikin syai (teh) dan syisah (rokok Arab).Setelah saya bikinkan dan Syaikh Yasin mulai meminum teh, saya keluar menuju Masjidil Haram. Ketika kembali, saya melihat Syaikh Yasin baru pulang mengajar dari Masjidil Haram dengan membawa beberapa kitab.Saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid. "
Pernah salah seorang murid Syaikh Yasin, KH.Abdul Hamid dari Jakarta, sewaktu beliau dihadapi kesulitan dalam mengajar ilmu fiqih "bab diyat", sehingga pengajian terhenti karenanya. Malam hari itu juga, ia menemukan sepucuk surat dari Syaikh Yasin. Begitu membuka isi surat tersebut ternyata isinya adalah jawaban dari kesulitan yang sedang dihadapinya. Ia pun merasa heran, dari mana Syaikh Yasin tahu, sedangkan ia sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini.
Syaikh Mukhtaruddin Palembang juga bercerita: "Ketika Bapak Presiden Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syaikh Yasin. Akhirnya Pak Soeharto pun sembuh berkat doa beliau. "
14. Kewafatan Syaikh Yasin Al-Fadani
Setelah sekian lama membaktikan dirinya dalam pengembangan ilmu agama, Hadhratus Syaikh al-'Allamah Abu al-Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-faddani al-Makki berpulang ke hadhiratNya pada hari Jum'at Shubuh tanggal 27 Dzul Hijjah tahun 1410 H / 20 Juli 1990 M dalam usia 75 tahun.
Dalam waktu singkat berita kematiannya menyebar luas. Orang-orang pun berdatangan berduyun-duyun untuk bertakziyah. Roman wajah beliau ketika wafat tampak berseri-seri dan tersenyum.
Setelah dishalati usai shalat Jum'at jasad beliau dimakamkan di pemakaman Ma'la. Dan kebesaran Allah ditampakkan oleh para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan jenazah ulama besar tersebut. Begitu jenazah dimasukkan ke liang lahat, bukan liang yang sempit dan lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum mewangi nan menyegarkan.
Ia meninggalkan satu orang istri dengan empat orang putra yaitu Muhammad Nur Arafah, Fahd, Ridha dan Nizar.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !