Bidâyah al-Hidâyah”; Syarah dan Terjemah Bahasa Melayu atas Kitab “al-Sanûsiyyah al-Shugrâ” Karya Syaikh Muhammad Zain al-Âsyî (Aceh) (w. 1757 M)
Ini adalah halaman sampul bagian luar dari kitab berujudul “Bidâyah al-Hidâyah” karangan seorang ulama Nusantara asal Kesultanan Aceh yang hidup di abad ke-18 M, yaitu Syaikh Muhammad Zain ibn Faqîh Jalâluddîn al-Âsyî.
Sekilas, judul kitab ini mengingatkan kita pada karya ulama besar Islam al-Imâm al-Ghazzâlî (w. 1111 M), yang juga berjudul “Bidâyah al-Hidâyah” dan mengkaji tentang ajaran tasawuf. Namun “Bidâyah al-Hidâyah” karya al-Syaikh Muhammad Zain al-Âsyî ini berbeda dengan “Bidâyah al-Hidâyah”-nya al-Imâm al-Ghazzâli.
Kitab ini merupakan syarah dan terjemah bahasa Melayu dari salah satu kitab induk kajian teologi Islam madzhab Asy’arî (Sunnî), yaitu “Umm al-Barâhîn” atau yang dikenal juga dengan “al-Sanûsiyyah al-Shugrâ” karangan al-Imâm al-Sanûsî (Abû ‘Abdillâh Muhammad ibn Yûsuf al-Sanûsî, w. 895 H/ 1490 M).
Syaikh Muhammad Zain al-Âsyî dalam kata pengantarnya menyinggung jika keberadaan kitab “Umm al-Barâhîn” adalah suatu kitab yang penting dalam bidang ilmu kalam. Namun demikian, umat Muslim Nusantara banyak yang tidak dapat memahami isi kitab tersebut dengan baik dikarenakan tidak memiliki kemampuan bahasa Arab yang mumpuni. Karena itulah, beliau terdorong untuk menerjemahkan kitab tersebut ke dalam bahasa Melayu. Beliau menulis;
وبعد فيقول العبد الفقير الحقير الفاني، محمد زين بن الفقيه جلال الدين الشافعي الآشي، ستر الله عيوبه وغفر ذنوبه. قد رأيت في هذا الزمان أهل الجاوي من القصور في الطلب بالعربية، فأردت أن أترجم كلام الإمام الفاضل الورع أبي عبد الله محمد بن يوسف السنوسي الحسني رضي الله عنه، المسمى بأم البراهين، بلسان الجاوي مع إيضاح معانيه بما اطلعت عليه من الشراح والحواشي، وضممت اليه بعض الفوائد التي يحتاج اليها
(Maka berkatalah seorang hamba yang fakir lagi hina dan binasa, yaitu Muhammad Zain anak dari al-Faqîh Jalâluddîn, Syafi’i mazhabnya, orang Aceh, semoga Allah menutup aib-aibnya dan mengampuni dosa-dosanya. Sesungguhnya aku telah melihat pada zaman ini, para penduduk negeri Nusantara, tidak memiliki kemampuan yang mumpuni dalam bahasa Arab. Maka aku pun berkehendak untuk menerjemahkan kitab al-Imâm al-Fâdhil al-Wara’ Abû ‘Abdillâh Muhammad ibn Yûsuf al-Sanûsî al-Hasanî R.A. yang berjudul “Umm al-Barâhîn”, menerjemahkannya ke dalam bahasa Melayu [Jawi], disertai dengan beberapa penjelasa atas makna-maknanya, yang aku dapatkan dari berbagai kitab syarah dan hâsyiah, sebagaimana aku tambahkan pula beberapa faidah yang sekiranya diperlukan).
Karya ini diselesaikan oleh pengarangnya di kota Makkah pada 24 Sya’ban tahun 1170 Hijri (bertepatan dengan 14 Mei 1757 M), sebagaimana tercantum dalam kolofon. Tertulis di sana;
تم كتاب اين درفدكراغني دنكري مكة يغ مشرفة درفد مالم جمعة فد دوافوله امفت هاري بولن شعبان فد هجرة سريب سراتس توجه فوله تاهن
(Tamm [selesai] kitab ini daripada karangannya di negeri Makkah yang Musyrifah [mulia] daripada malam Jum’at pada dua puluh empat hari bulan Sya’ban pada Hijrah Seribu Seratus Tujuh Puluh tahun).
Wan Muhammad Shagir Abdullah, peneliti naskah-naskah Nusantara asal Malaysia, mengatakan bahwa kitab ini diajar di dunia Melayu (juga diajarkan kepada para pelajar Melayu yang tengah belajar di Makkah) sejak pengarangnya masih hidup. Aktivitas ini diteruskan oleh murid-murid Syaikh Muhammad Zain al-Âsyî, seperti Syaikh Abdul Shamad Palembang, Syaikh Muhammad Arsyad Banjar, Syeikh Daud Pattani, dan lain-lain (Wan Muhammad Shagir Abdullah, “Syeikh Muhammad Zain al-Asyi Generasi Ulama Aceh”, dalam surat kabar “Utusan Malaysia” edisi 29/01/2007).
Kitab ini kemudian dicetak untuk pertamakalinya pada tahun 1303 Hijri (1885 M) di Maktabah al-Mîriyyah di kota Makkah. Percetakan karya ini diupayakan oleh Syaikh Ahmad al-Fathânî, direktur percetakan kitab-kitab berbahasa Jawi (Melayu) di Istanbul, Makkah, dan Kairo pada zamannya.
Kitab "Bidaya al-Hidayah" juga ramai dicetak di Nusantara, baik di Indonesia, Malaysia, ataupun Patani (Thailand). Gambar sampul ini sendiri adalah versi cetakan "Maktabah Ibn Halabi Pattani". Meski demikian, format cetakan penerbit-penerbit Nusantara itu mengambil format cetakan Timur Tengah.
Pada bagian tepi (hâmisy) kitab “Bidâyah al-Hidâyah” versi cetakan itu, Syaikh Ahmad al-Fathânî juga meninggalkan jejak titimangsa percetakan. Syaikh Ahmad al-Fathânî menulis di sana;
تله سلسيله اين ببرأف كلمة يغ ات مختصرة يغ دسورة كندي ددالم لواغن يغ سديكة اكن جادي تقرير أتس اين كتاب حال كأدائن همبا هارفكن عذر درفد تيف2 سودرا يغ مطلع اتسن فد فاكي هاري سبت دوالوله هاري بولن رجب الأصم فد تاهن سريب تيك راتس تيك درفد هجرة أتس تاغن الفقير أحمد ابن محمد زين الفطاني
(Telah selesailah ini beberapa kalimah itu yang mukhtasharah, yang disuratkan dia di dalam luangan yang sedikit akan jadi taqrir atas kitab ini, hal keadaan hamba harapkan uzur daripada tiap-tiap saudara yang muthali’ atasnya. Pada pagi Sabtu, 20 Rajab al-Asham pada tahun Seribu Tiga Ratus Tiga daripada Hijrah (20 Rajab 1303 H) atas tangan al-Faqîr Ahmad ibn Muhammad Zain al-Fathânî).
Bogor, Februari 2017
Al-Faqir A. Ginanjar Sya’ban
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !