KETAWADLU'AN MBAH HASYIM ASY'ARI KEPADA KH. R. ASNAWI KUDUS - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » KETAWADLU'AN MBAH HASYIM ASY'ARI KEPADA KH. R. ASNAWI KUDUS

KETAWADLU'AN MBAH HASYIM ASY'ARI KEPADA KH. R. ASNAWI KUDUS

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Rabu, 15 Maret 2017 | 09.30


Alkisah, suatu hari Hadratussyekh Hasyim Asy’ari merasa musykil ketika membaca sehelai surat yang disodorkan oleh puteranya, H. A. Wahid Hasyim. Kepada puteranya yang saat itu detemani oleh Saifuddin, pemimpin Ansor Banyumas, beliau memperlihatkan bagian-bagian isi surat yang dirasa amat berat. Kepada teman puteranya itu beliau menunjukkan surat berbahasa Arab tersebut dan mengatakan: “Aku merasa susah sekali, karena guru saya ini marah kepada saya. Masalahnya, karena saya mengizinkan terompet dan genderang yang dipakai anak-anak kita, Pemuda Ansor, padahal guru saya ini mengharamkan….”

Demikian sekelumit cerita yang dicatat KH. Saifuddin Zuhri dalam otobiografinya, Berangkat dari Pesantren. Saat itu buat pertama kalinya dia bertemu Hadratussyekh Hasyim Asy’ari di kediamannya, Pesantren Tebuireng. Dalam Perjalannya menghadiri Muktamar NU ke-15 di Surabaya ia diminta oleh HA. Wahid Hasyim untuk mampir ke sana. Adapun orang yang dikatakan oleh Hadratussyekh sebagai gurunya yang mengirim surat tersebut tak lain adalah KH.R. Asnawi, salah seorang ulama sepuh, pendiri NU dari Kudus.

Meskipun tidak pernah menjadi muridnya langsung, Hadratussyekh menganggap KH.R. Asnawi sebagai gurunya. Yang segera tampak dari kisah tadi, bahwa watak dan sikap KH. R. Asnawi begitu tegas dan konsisten dalam melihat persoalan. Sesuai dengan teks yang termaktub dalam kitab fiqh, maka begitu pula pendapatnya yang harus diamalkan ― termasuk mengenai terompet dan genderang. Juga, bagaimana contoh akhlakul karimah dan ketawadukan hadrotusyekh kepada kiai sepuhnya, Mbah Asnawi, meski keduanya beda pendapat. Namun sebagai yang lebih muda, ia sangat menghormati pendapat Mbah Asnawi.

Lahumal Fatihah..
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template