Home »
Ke - NU - an
» Perempuan Tangguh dan Inspiratif Nahdlatul Ulama (1)
Perempuan Tangguh dan Inspiratif Nahdlatul Ulama (1)
Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Rabu, 08 Maret 2017 | 11.20
Nyai Hindun, Peletak Dasar-dasar Muslimat NU.
Jika kita mengenal nama Nyai Chodijah sebagai ketua Muslimat NU pertama (1946), maka sesungguhnya ada yang lebih awal dari itu kala Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) belum benar-benar mapan dan resmi sebagai bagian dari organisasi NU.
Pada tahun 1940 PBNU menunjuk Nyai R Hindun sebagai ketua NOM yang berkedudukan di Surabaya.
Bagi kalangan Muslimat NU Jawa Timur, nama Nyai R Hindun mungkin tidak asing. Ia adalah ketua Nahdlatoel Oelama Moeslimat (NOM) yang berkedudukan di Surabaya.
Namanya muncul setelah kongres atau sekarang biasa kita kenal muktamar NU di Surabaya tahun 1940. Nama Nyai Hindun tiba-tiba menghilang seiring dengan pesatnya perkembangan Muslimat NU.
Dalam berbagai kongres Muslimat yang diselenggarakan kemudian, nama Hindun tak pernah disebut lagi hal ini seperti dikutip dalam website resmi NU ( Situs Resmi Nahdlatul Ulama - NU Online ).
Hindun adalah seorang ibu asal Surabaya yang memahami tulis menulis sehingga kala itu, ia dibutuhkan dalam Muslimat NU oleh PBNU. Namanya yang bergelar raden mengindikasikan bahwa Hindun berasal dari keluarga ningrat. Sayangnya, sejauh ini namanya tak dikenal lagi.
Tak banyak catatan sejarah yang bisa dirujuk terkait biografi nyai Hindun.
Penunjukkan Hindun merupakan keputusan kongres NU yang memilih kembali Mahfudz Siddiq sebagai ketua tanfidziyah. Pada saat itu, Muslimat sudah difasilitasi untuk rapat sendiri dan menentukan usulannya. Bisa dikatakan jaman dulu, suara wanita muslim juga sudah didengar.
Meskipun, PBNU baru mengakui secara resmi berdirinya NOM sebagai bagian dari lembaga organik NU pada tahun 1946 melalui kesepakatan forum Muktamar ke-16 di Purwokerto, Jawa Tengah, dengan menunjuk Nyai Chodijah sebagai ketuanya.
Pasca keputusan Muktamar ke-16 NU pun, NOM belum resmi menjadi badan otonom NU (hingga 1952). Pada era Nyai Hindun bentuk formal NOM lebih samar lagi. Memang, rumusan NOM lengkap dengan anggaran dasar dan pengurus besarnya diterima pada kongres NU tahun 1940. Hanya saja, muktamirin belum sampai pada “ketok palu” sebagai tanda pengakuan NOM sebagai lembaga resmi NU.
Dalam sebuah versi sejarah dinyatakan, Hindun dan rekan-rekannya menjadi pelaksana keputusan kongres NU Surabaya yang (1) mengesahkan NOM, (2) mengesahkan Anggaran Dasar NOM, (3) dibentuknya Pengurus Besar NOM, (4) menetapkan daftar pelajaran tingkat Madrasah Banat, dan (5) rencana menerbitkan majalah bulanan NOM.
Dalam perkembangan awal Muslimat NU, nama Nyai Hindun merupakan tokoh penting sejarah Muslimat NU generasi awal, bahkan saat organisasi perempuan NU ini masih prematur. Ia memberikan pondasi-pondasi bagi berdirinya Muslimat NU pada 29 Maret 1946 atau 26 Rabiul Akhir 1365 yang di kemudian hari diperingati tiap tahun sebagai hari lahir Muslimat NU.
http://www.nu.or.id/post/read/73396/nyai-hindun-peletak-dasar-dasar-muslimat-nu
kategori:
Ke - NU - an
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !