IMAM BUKHARI, AHLI HADITS YANG DIRINDUKAN RASULULLAH
Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Selasa, 14 Maret 2017 | 09.26
Penyusun kitab fenomenal Shahih al-Bukhari ini memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughirah bin Bardizbah. Imam yang lahir pada 13 Syawwal 194 H ini pernah mengalami kebutaan di waktu kecil, namun penyakit itu sirna setelah sang ibunda bermimpi dengan Nabi Ibrahim as. Di dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Allah SWT telah mengembalikan penglihatan anakmu, karena tangisanmu dan banyaknya doa yang kau lafalkan”.
Dalam usia 10 tahun, beliau telah hafal ribuan hadis. Bahkan dalam usia 11 tahun, ia berani mengoreksi seorang ulama yang salah menyebutkan sanad hadis. Usia 16 tahun beliau mampu menghafal karya-karya Ibnu al-Mubarak dan Waki’. Ketika haji bersama ibu dan saudaranya Ahmad, ia tidak mau pulang dan memilih menetap di Mekah demi mencari hadis. Menjelang usia 18 tahun, ia sudah mendokumentasikan putusan-putusan sahabat Nabi, Thabi’in, dan fatwa-fatwa mereka.
Salah satu karya monumentalnya, al-Tarikh, ditulis di samping makam Rasulullah SAW di tengah malam hari. Saat di Madinah, Imam Bukhari senantiasa menghabiskan malam di samping makam Rasulullah, memanjatkan shalawat dan salam serta bertawassul dan berdoa agar usahanya dimudahkan dan dikuatkan dalam meneliti dan menghimpun hadits-hadits shahih dari Rasulullah.
Di masa kecilnya, ia pernah berbeda pendapat dengan seorang ulama fikih dari Marwa, hingga ia mengejek al-Bukhari.
“Sudah berapa kitab yang kamu tulis hari ini?”, tantang ulama itu dan al-Bukhari langsung menjawab, “Dua kitab dan aku menolak dua hadis tersebut”.
Jawaban itu mengundang gelak tawa hadirin yang menyaksikannya. Namun seorang ulama yang hadir di majelis itu berkata, “Jangan ditertawakan, karena suatu saat kalian yang akan ditertawakan olehnya.”
Beliau banyak melakukan perjalanan ke berbagai negara demi mengumpulkan hadis Nabi. Ia pernah mengunjungi Balk, Marwa, Naisabur, Ray, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Syam, dan lain-lain. Diantara guru-gurunya adalah Makki bin Ibrahim, Abdan bin Usman, Yahya bin Yahya, Ibrahim bin Musa, abi ashim al-Nabil, dan Ubaidullah bin Musa.
Ia juga telah berhasil mengkader ulama-ulama ternama, seperti Abu Isa al-Tirmidzi, Abu Hatim, Ibrahim bin Ishaq al-Harbi, dan Muhammad bin Abdullah al-Hadlrami Muthayyan. Bahkan, Imam Muslim, yang namanya seringkali disandingkan dengan al-Bukhari, pernah mengunjunginya seraya berkata, “Biarkan aku mencium kedua kaki mu wahai gurunya para guru, tuannya para ulama hadis, dan tabib hadis yang mampu mengungkap kecatatan (‘illat) hadis”.
Abu Yazid pernah bermimpi dengan Rasulullah ketika tidur di antara Rukun Yamani dan kuburan Nabi Ibrahim. Nabi Muhammad berkata padanya, “Wahai Abu Yazid, sampai kapan kamu hanya mempelajari kitabnya al-Syafii dan mengapa kau tidak mempelajari kitabku ini?”
Yazid menjawab,”Wahai Rasul, kitab apa yang engkau maksud?” Beliau menjawab,“Jami’ al-Shahih karya Muhammad bin Ismail al-Bukhari”.
Terkait pengalaman al-Bukhari menulis kitab hadis, ia tidak akan menulis hadis sebelum mandi dan shalat dua raka’at terlebih dahulu. Ketika menulis kitab Shahih al-Bukhari, ia tidak memasukkan satu hadis pun di dalamnya kecuali hanya hadis-hadis shahih, meskipun tidak semua hadis shahih yang terhimpun di dalamnya.
Seorang raja di masanya pernah megutus seseorang untuk meminta al-Bukhari mengajarkan Shahih al-Bukhari, al-Tarikh, dan karangan lainnya kepadanya secara privat. Namun al-Bukhari berkata kepada utusan tersebut,“Sesungguhnya kami tidak merendahkan ilmu dan tidak mengajarkannya kerumah-rumah. Jika engkau membutuhkan ilmu, datanglah ke masjid atau rumah saya”.
Dikisahkan pula bahwa Imam al-Bukhari memiliki tiga sifat terpuji: beliau sedikit bicaranya, tidak tama’, dan tidak sibuk dengan urusan manusia, karena sibuk mencari ilmu. Saking seriusnya, setiap bulannya beliau mendapatkan 500 dirham, tapi semuanya diinfakkan demi mencari ilmu.
Beliau pernah sakit parah menjelang wafatnya. Ketika dibawa ke Samarqand, tubuhnya melamah dan berpesan kepada para sahabatnya agar dikafani dengan tiga baju putih, bukan gamis dan bukan pula sorban. Ahli hadis yang memiliki postur tubuh sedang ini menghembuskan nafas terakhirnya pada hari sabtu, malam idul fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Di saat proses pemakamannya, keluar aroma wangi di dalam kuburnya yang harumnya melebihi minyak kasturi. Aroma wangi ini masih tercium hingga berhari-hari. Tak ayal sebagian besar penduduk membincang kebaikan al-Bukhari karena saking kagum kepadanya.
Pada saat yang sama, ‘Abdul Wahid bin Adam bermimpi dengan Rasulullah SAW yang sedang bersama para sahabatnya. Di dalam mimpinya itu, Rasulullah berhenti di suatu tempat dan ‘Abdul Wahid bertanya kepadanya, “Mengapa berhenti di sini wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab, “Aku menunggu Muhammad bin Ismail al-Bukhari”.
Tak lama kemudian, beredarlah kabar kematian sosok yang ditunggu Rasulullah tersebut.
kategori:
Kisah
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !