Jangan Mudah Menganggap Orang Lain Munafik - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Jangan Mudah Menganggap Orang Lain Munafik

Jangan Mudah Menganggap Orang Lain Munafik

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Sabtu, 04 Maret 2017 | 12.42


Buya Hamka diminta menshalati jenazah Bung Karno. Sebagian pihak mencegah Buya Hamka dengan alasan Bung Karno itu Munafik dan Allah telah melarang Rasul menshalati jezanah orang Munafik (QS al-Taubah:84). Buya Hamka menjawab kalem, "Rasulullah diberitahu sesiapa yang Munafik itu oleh Allah, lah saya gak terima wahyu dari Allah apakah Bung Karno ini benar Munafik atau bukan." Maka Buya Hamka pun tetap menshalati jenazah Presiden pertama dan Proklamator Bangsa Indonesia.

Sikap Buya Hamka tersebut bukan tanpa alasan, karena memang dalam Kitab Aqidah Thahawiyah yang menjadi pegangan ulama salaf telah mengingatkan kita semua: 

 لا ننزل أحد منهم جنة ولا نارا، ولا نشهد عليهم بكفر ولا شرك ولا بنفاق ما لم يظهر منهم شيء من ذلك، ونذر سرائرهم إلى الله تعالى

"Kami tidak memastikan salah seorang dari mereka masuk surga atau neraka. Kami tidak pula menyatakan mereka sebagai orang kafir, musyrik, atau munafik selama tidak tampak lahiriah mereka seperti itu. Kami menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah ta’ala".

Begitulah berhati-hatinya para ulama salaf menilai status keimanan orang lain. Apa yang tampak secara lahiriah bahwa mereka itu shalat, menikah secara Islam, berpuasa Ramadan, maka cukup mereka dihukumi secara lahiriah sebagai Muslim, dimana berlaku hak dan kewajiban sebagai sesama Muslim, seperti berta'ziyah, menshalatkan dan menguburkan mereka. Masalah hati mereka, apakah ibadah mereka benar-benar karena Allah ta'ala itu hanya Allah yang tahu. Itulah sebabnya Buya Hamka tidak ragu memimpin shalat jenazah Bung Karno.

Imam al-Ghazali juga telah mengingatkan kita semua dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah:

‎ولا تقطع بشهادتك على أحد من أهل القبلة بشرك أو كفر أو نفاق؛ فإن المطلع على السرائر هو الله تعالى، فلا تدخل بين العباد وبين الله تعالى، واعلم أنك يوم القيامة لا يقال لك: لِم لمَ تلعن فلانا، ولم سكت عنه؟ بل لو لم تعلن ابليس طول عمرك، ولم تشغل لسانك بذكره لم تسأل عنه ولم تطالب به يوم القيامة. وإذا لعنت أحدا من خلق الله تعالى طولبت به،

“Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT.  Jangan pula engkau ikut campur dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah SWT. Ketahuilah, bahwa pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya : 'mengapa engkau tidak mau mengutuk si Anu? Mengapa engkau diam saja tentang dia?' Bahkan seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. Tetapi jika kau pernah mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut (pertanggung jawabannya oleh Allah SWT)".

Akhir-akhir ini banyak mencuat tuduhan kafir, syirik dan munafik pada seseorang yang sama-sama muslim. Lebih memprihatinkan lagi muncul beredarnya spanduk yg berisi tulisan : "MASJID INI TIDAK AKAN MENSHOLATKAN JENAZAH ORANG-ORANG MUNAFIQ".

Mensikapi kondisi tersebut melalui tulisan ini kami ingin sedikit untuk turut urun rembug, dengan harapan agar permasalahan tersebu tidak berlarut larut.

Ketika membahas permasalahan tersebut  tidak bisa  terlepas dari Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 84:

وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰٓ أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِۦٓ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ فَٰسِقُونَ

Terjemahannya adalah: “Janganlah Anda (Muhammad) menshalati seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) selama-lamanya dan janganlah Anda berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka itu membangkang (kufur) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik”.

Dalam ayat tersebut secara eksplisit melarang Nabi Muhammad untuk menshalati (shalat jenazah) dan mendoakan orang-orang munafik yang jelas mati dalam kemunafikannya. Sebab mereka itu masuk kategori kafir dan fasik.

Alquran surat At-Taubah ayat : 84 tersebut asbabun nuzulnya adalah berkenaan dengan soal  Abdullah yang  memohon kepada Rasululloh Saw agar berkenan memberikan baju gamis Beliau untuk mengkafani jenazahnya Ubay bin Salul sekaligus memohon agar Rosululloh Saw berkenan menshalati jenazahnya.

Perlu difahami  bahwa Ubay bin Salul itu adalah seorang pemimpin dari orang-orang munafik di Madinah pada masanya.

Sementara yang tahu secara pasti bahwa Ubay bin Salul  seorang munafik hanya Rasululloh Saw dan beberapa sahabat saja. Karena Rasul tahu kalau Ubay bin Salul seorang munafik, maka beliau dilarang oleh Alloh menshalati dan mendoakannya saat meninggal dunia.

Terkait dengan kisah tersebut ada satu hal yg perlu utk benar benar kita fahami , yaitu setelah ayat itu turun, Rasululloh Saw  tidak pernah melarang para sahabatnya menshalati Ubay bin Salul.  Dengan begitu maka dapat kita fahami bahwa  larangan menshalati dan mendoakan jenazah munafik itu hanya berlaku bagi kaum muslimin yang betul-betul tahu secara pasti dan yakin bahwa jenazah itu mati dalam keadaan kafir atau munafik.

Di masa sekarang ini tentu sangat sulit bagi kita untuk mengetahui dengan yakin apakah orang yang sudah berikrar dua kalimah syahadat, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya tidak atau jarang salat bisa dikatakan kafir atau munafik.

Sementara sepanjang sejarah sejak Surat At-Taubah  ayat 84 ditu turunkan,  sampai hari ini tidak ada yang berani menyatakan bahwa seseorang yang meninggal karena pada masa hidupnya ‘tarikus shalah’ (meninggalkan salat) divonis sebagai munafik atau fasik, sehingga semua kaum muslim dilarang menshalatinya.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa larangan mensholati orang munafiq yang meninggal dunia hanya berlaku bagi orang-orang yang betul yakin dengan ilmu pengetahuan dan keyaqinan hatinya bahwa yg meninggal tersebut adalah orang munafik, dan larangan tersebut tidak berlaku untuk  melarang kaum muslim lain yang tidak yaqin atas kemunafiqakannya untuk tidak menshalatinya.

Sayyidina Umar bin Khatab pun tidak tahu siapa di antara para sahabatnya yang munafik. Di antara para shahabat Nabi Saw yang memiliki ilmu rahasia mengetahui bahwa seseorang itu munafik adalah Hudzaifah bin al-Yaman ra. Kendati demikian Hudzaifah bin al-Yaman ra. hanya menggunakan pengetahuannya tersebut hanya untuk dirinya sendiri,  ia tidak mengajak orang lain untuk meyakini dan bertindak seperti dirinya yg tidak menshalati jenazah seorang munafiq.

Nah..... Shohabat Nabi yg sekelas Sayyidinaa Umar bin Khothob saja tidak mampu untuk mengetahui secara pasti tentang munafiq atau tidaknya jenazah seorang muslim, apatah lagi kita yang ilmunya tidak ada sekuku hitamnya dibandingnya dengang ilmunya Sayyidinaa Umar ra. tentulah lebih tdk mengetahuinya lagi.

Maka dari itu mari kita belajar untuk mengambil sikap yang lebih bijaksana, bila ada seorang muslim yang meninggal dunia selama orang tersebut semasa hidupnya pernah  mencatatkan diri  sebagai seorang muslim yg membaca dua kalimah syahadat, dan selama hidupnya tidak menentang salat, ketika  jika ia meninggal dunia hendaknya kaum muslimin wajib kifayah untuk merawat jenazahnya secara islami, termasuk menshalati dan mendoakannya.

Rosululloh shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صلّوا خلف من قال لا إله إلاّ الله وصلّوا على من قال لا إله إلاّ الله
“Shalatlah kamu di belakang siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan shalatilah siapa saja yang mengucapkan laa ilaaha illallah” (HR Ad-Daruquthni dan Ath-Thabrani).

Sedangkan para elit muslim yang sangat yakin (karena mempunyai ilmu seperti Hudzaifah bin al-Yaman) bahwa jenazah yg meninggal adalah orang munafik, ia haram untuk menyalati dan dilarang untuk mendoakannya. Tetapi ini hanya berlaku untuk diri sendiri tanpa mengajak kaum muslim yang lain. Demikian kajian terkait soal mensholati jenazah orang yg diduga munafiq.

Kriteria dan Jenis Munafiq :

والنفاق: إذا أطلق ذكره في القرآن؛ فإن المراد به النفاق الأكبر المنافي للإيمان؛ بخلاف الكفر فإنه يأتي - أحياناً - بمعنى الكفر الأصغر، وكذلك الظلم والفسق والشرك، أما في السنة فقد ورد النفاق الأصغر

والمنافقون شر وأسوأ أنواع الكفار؛ لأنهم زادوا على كفرهم الكذب والمراوغة والخداع للمؤمنين، ولذلك أخبرنا الله تعالى عن صفاتهم في القرآن بالتفصيل، ووصفهم بصفات الشر كلها؛ لكي لا يقع المؤمنون في حبائلهم وخداعهم، ومن صفاتهم:

الكفر وعدم الإيمان

التولي والإعراض عن حكم الله تعالى وحكم رسوله صلى الله عليه وسلم الاستهزاء بالدين وأهله والسخرية منهم
الميل بالكلية إلى أعداء الدين، ومظاهرتهم ومناصرتهم على المؤمنين والمسلمين

ومن أنواع النفاق الكثيرة: من أظهر الإسلام وهو مكذّب بما جاء به الله، أو بعض ما جاء به الله، أو كذّب الرسول صلى الله عليه وسلم، أو بعض ما جاء به الرسول 

وكمثل من لم يعتقد وجوب طاعته صلى الله عليه وسلم، أو أبغض الرسول صلى الله عليه وسلم، أو آذى الرسول صلى الله عليه وسلم، أو كره الانتصار لدين الرسول صلى الله عليه وسلم أو سُرّ بكسر راية الدين،  أو الاستهزاء والسخرية بالمؤمنين؛ لأجل إيمانهم وطاعتهم لله تعالى ولرسوله صلى الله عليه وسلم، أو التولي والإعراض عن الشرع... إلى غير ذلك من الاعتقادات الكفرية المخرجة من الملة

وهذا الصنف من المنافقين موجودون في كل زمان ومكان

.
Wallahu A’lam
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template