Tafsir Al Ibriz Di Ralat Pengarangnya Sesaat Setelah Wafat - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Tafsir Al Ibriz Di Ralat Pengarangnya Sesaat Setelah Wafat

Tafsir Al Ibriz Di Ralat Pengarangnya Sesaat Setelah Wafat

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Sabtu, 11 Maret 2017 | 07.20


KH. Bisri Mustofa dikenal sebagai seorang kiai pengarang yang menulis beberapa buah kitab, khususnya dalam Bahasa Jawa, di antaranya (yang cukup terkenal) adalah Tafsîr al-Ibriz. Selain dikenal sebagai seorang kiai penulis, pengasuh Pondok Pesantren Leteh Rembang ini juga dikenal sebagai seorang orator dan politikus.

Sepeninggal KH. Bisri, KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus (puteranya) mengaku mengalami suatu kejadian menarik yang sulit diterima akal pada umumnya. Diceritakan, Gus Mus kedatangan seorang tamu dari Cirebon (nama tidak dicatat) yang menyampaikan pesan KH. Bisri kepada dirinya.

“Anda Gus Mus?” tanya tamu dari Cirebon itu.

“Ya, saya Mustofa,” jawab Gus Mus.

Orang itu kemudian menyampaikan pesan yang baru saja diterimanya dari KH. Bisri Mustofa menyangkut karya besar dia, Tafsîr al-Ibrîz.

“Kiai Bisri berpesan agar Anda mengoreksi surat al-Fath karena di situ ada sedikit kesalahan.”

“Kapan Anda ketemu dia?”

“Kemarin, di Cirebon.”

Ketika Gus Mus memberi tahu bahwa KH. Bisri telah meninggal hampir empat puluh hari yang lalu, orang itu amat terkejut dan lunglai.

Sesudah itu, Gus Mus segera datang ke Kudus, menemui KH. Abu Amar dan KH. Arwani. yang dipercaya Penerbit Menara Kudus sebagai pen-tashhîh (korektor). Informasi yang disampaikan orang dari Cirebon itu benar: ternyata, dalam surat al-Fath terdapat satu kesalahan (kecil) yang lolos dalam beberapa kali (koreksi). Dalam ayat ke-18 yang seharusnya berbunyi "laqad radhiyallâhu ‘anil mu’minîna …", tertulis "laqad radhiyallâhu ‘alal  mu’minîna …".

Pengalaman yang sama juga dialami Gus Mus. Bedanya, yang kedua ini—yang juga dari Cirebon—datang untuk menyampaikan pesan KH. Bisri agar dirinya melanjutkan karya dia yang belum sempat diselesaikan.

“Anda ketemu sendiri?” tanya Gus Mus.

“Ya, saya ketemu sendiri di Cirebon,” tutur orang itu kepada Gus Mus. Keterkejutan yang sama juga dialami orang itu manakala diberi penjelasan bahwa KH. Bisri Mustofa sudah wafat.

Pengalaman aneh di atas seakan mempertegas kebenaran firman Allah: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Bahkan, mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran [3]: 169) “Di jalan Allah” bukan berarti harus berperang. Sebaliknya, menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam juga masuk dalam kategori itu.
_____________________

Diambil dari: Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai, Yogyakarta: Pustaka Pesantren 2009


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template