KH. Ma’shum Bin Aly Pengarang Tashrifan - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » KH. Ma’shum Bin Aly Pengarang Tashrifan

KH. Ma’shum Bin Aly Pengarang Tashrifan

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Kamis, 06 April 2017 | 12.50

Banyak orang yang tak mengenal ulama alim satu ini. Namun ketika kita menyebut “Tashrifan”, semua orang tahu kitab tersebut. Ya, beliau adalah pengarang kitab Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah atau Tashrifan Jombang atau Tashrifan. Sebuah kitab sharaf yang amat masyhur di Nusantara bahkan negara luar sekali pun.

Nama lengkapnya, Muhammad Ma’shum bin Ali bin Abdul Muhyi Al-Maskumambani. Lahir di Maskumambang Gersik, tepatnya di sebuah pondok yang didirikan sang kakek.

Setelah belajar pada ayahnya, Ma’shum muda pergi menuntut ilmu di Pesantren Tebuireng Jombang. Ia termasuk salah satu santri Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari generasi awal. Dimana, saat itu, selain dituntut untuk belajar, para santri juga harus ikut berjuang melawan penjajah yang selalu mengganggu aktifitas mereka. Kedatangannya ke Tebuireng disusul oleh adik kandungnya, Adlan Ali, kelak atas inisiatif Hadratus Syekh, Kiai Adlan mendirikan pondok putri Wali Songo di pusat desa Cukir.

Bertahun-tahun lamanya beliau khidmah/mengabdi di Tebuireng. Kepintarannya dalam segala ilmu, terutama bidang hisab, falak, sharaf dan gramatika arab, membuat Hadratus Syekh kagum. Sehingga Kiai Ma’shum dinikahkah oleh Nyai. Khairiyah yang tak lain adalah putri Hadratus Syekh sendiri.

Seblak adalah sebuah nama dusun di Desa Kwaron –sekitar 300 m sebelah barat Tebuireng. Penduduk Seblak kala itu masih banyak yang melakukan kemungkaran. Seperti halnya warga Tebuireng sebelum kedatangan Hadratus Syekh. Melihat kondisi demikian, Kiai Ma’shum terasa terpanggil. Hatinya terketuk untuk menyadarkan masyarakat setempat dan mengenalkan Islam secara perlahan.

Pada tahun 1913, ketika usianya baru 26 tahun, beliau mendirikan pondok dan masjid di desa Seblak. Awalnya hanya sebuah rumah sederhana yang terbuat dari bambu. Seiring berjalannya waktu, pondok tersebut telah berkembang pesat.
Meski sudah berhasil mendirikan pondok, beliau tetap istiqamah mengajar di madrasah Salafiyah Syafiiyah Tebuireng membantu Hadratus Syekh mendidik santri.

Sebagai Kiai yang berilmu tinggi, Kiai Ma’shum bukan berarti harus meninggalkan pergaulnya bersama masyarakat awam. Beliau dikenal sebagai Kiai yang akrab dengan kalangan bawah. Bahkan saking akrabnya, banyak diantara mereka yang tak mengetahui kalau sebetulnya beliau adalah ulama besar.

Beliau juga dikenal sufi. Untuk menghindari sombong dihadapan manusia, menjelang wafat, beliau membakar fotonya. Padahal itu adalah satu-satunya foto yang beliau miliki. Hal ini tak lain karena beliau takut kalau dirinya diketahui oleh banyak orang, yang nantinya akan menimbulkan penyakit hati.

Jumlah karyanya tak sebanyak Hadratus Syekh yang mencapai belasan kitab. Tetapi hampir seluruh kitab Kiai Ma’shum terbilang sangat monumental. Bahkan, banyak orang yang lebih mengenal karangannya dibanding si pengarangnya itu sendiri. Terhitung ada empat kitab karya beliau:

1. Al-Amtsilah At-Tashrifiyyah. Kitab ini menerangkan ilmu sharaf. Karena saking masyhurnya, kitab ini mempunyai julukan “Tasrifan Jombang”.

2. Fath Al-Qadir. Konon, kitab ini adalah kitab pertama di Nusantara yang menerangkan ukuran Arab dalam bahasa Indonesia.

3. Ad-Durus Al-Falakiyah. Meskipun banyak orang yang beranggapan bahwa ilmu falak itu rumit, tetapi bagi orang yang mempelajari kitab ini akan berkesan “mudah”.

4. Badi’ah Al-Mitsal. Kitab ini juga menerangkan ilmu falak.

Pada tangal 24 Ramadhan 1351 atau 8 Januari 1933, Kiai Ma’sum wafat sebab penyakit paru-paru yang dideritanya. Usianya + 46 tahu. Kewafatan beliau membawa musibah besar, terutama bagi santri Tebuireng. Karena beliaulah satu-satunya Kiai yang menjadi rujukan utama dalam segala bidang keilmuan setelah Hadratus Syekh.

Semoga segala perjuangan beliau diterima oleh Allah SWT dan apa yang beliau tinggalkan semoga bermanfaat tiada henti, hingga menjadikannya amal jariyah nan abadi. Amiin.

Lahu Al-Faatihah.

Sumber: Fahmi Ali
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template