Narasi Perang Kuning Lasem - JIHAD ILMIAH
Headlines News :
Home » » Narasi Perang Kuning Lasem

Narasi Perang Kuning Lasem

Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Sabtu, 08 April 2017 | 13.30

Kisah perjuangan orang Jawa dan Tionghoa jadi bagian sejarah heroik Nusantara. Tiga abad silam, persaudaraan orang Jawa dan Tionghoa melawan rezim kolonial menjadi basis ingatan moral dan mental sebagian penduduk di pesisir utara Pulau Jawa. Persaudaraan itu tertuang dalam narasi Perang Kuning, sebagai reaksi atas penindasan kolonial VOC.
Pada masa Perang Kuning —sebagian menyebut Perang Sepanjang (Darajadi, 2008)— orang Tionghoa dan Jawa bersatu melawan kesewenang-wenangan rezim VOC.
Pada Babad Pacina, terbitan Yayasan Mangkunegara Surakarta (2008), tersingkap kisah betapa tak hanya orang Jawa yang berperang melawan VOC, tetapi juga orang China sebagai laskar perang melawan penjajah. Narasi ini sekaligus mengkritik riset Willem Remmelink (1994) yang menyebut peristiwa 1740-1743 di Jawa sebagai Perang China (The Chinese War).
Perang Kuning, disebut juga Geel Oorlog, merupakan perang di kawasan pesisir utara Jawa gabungan Jawa dan Tionghoa melawan VOC. Laskar perang ini—dalam catatan Remy Silado (2005: 193)—di bawah kendali Tan Pan Ciang dan Oei Ing Kiat. Walau keduanya meninggal, perlawanan mereka dilanjutkan Kwee An Say dan Tan Wan Sui, putra Yong Cing Tee, kerabat Kaisar Chien Lung.
Meletusnya Perang Kuning tak lepas dari pembantaian sekitar 10.000 orang Tionghoa di Batavia, paruh pertama abad ke-18. Gubernur Jenderal Adrian Valckenier dan suksesornya, Gustaaf Willem Baron van Imhoff, dalang pembantaian massal dan kekerasan di Batavia, 9-10 Oktober 1740 (Remmelink, 1994: 126). Berangsur-angsur, orang Tionghoa mengungsi ke kota-kota di pesisir Jawa yang aman, di antaranya ke Lasem.
Rombongan Tionghoa yang mengungsi lewat Bandar Lasem inilah yang lalu bergabung dengan pribumi Jawa dan santri, menghimpun kekuatan melawan serdadu VOC.
Narasi Perang Kuning
Di Lasem, Perang Kuning dipimpin tiga tokoh, yakni Oei Ing Kiat, Raden Panji Margono, dan Kiai Baidlawi. Mereka representasi kelompok Tionghoa, pribumi Jawa, dan santri. Oei Ing Kiat keturunan Tionghoa yang jadi syahbandar dan Adipati Lasem. Ia sosok penting bagi kalangan Tionghoa di Lasem, simbol melawan penindasan VOC. Oei Ing Kiat dibantu Tan Kee Wie, pendekar dan pengusaha Tionghoa, tokoh penting Perang Kuning (Unjiya, 2008: 104).
Sementara itu, Raden Panji Margono representasi pribumi Jawa di Lasem. Ia keturunan ningrat Jawa penguasa Lasem. Namun, Panji tak mau menjadi penguasa Lasem karena sengketa yang terjadi di Kerajaan Mataram sehingga jabatan adipati diserahkan kepada Oei Ing Kiat. Saat Perang Kuning berkobar, Panji Margono menggerakkan pribumi Jawa di Lasem bersatu melawan rezim VOC di Rembang, Pati, dan Jepara (Unjiya, 2008: 105; Darajadi, 2008: 98).
Sementara Kiai Baidlawi, ulama besar di Lasem pada paruh pertama abad ke-18. Ia pengelola Pesantren Purikawak di selatan masjid Lasem. Ia menggerakkan santri menyerbu tangsi- tangsi militer VOC di kota pesisir Jawa. Bahkan, ia mengumumkan fatwa ”perang sabil” seusai shalat Jumat pada kurun 1740-1743 untuk berperang melawan penjajah. Kisah heroik perlawanan tokoh Lasem dalam Perang Kuning diabadikan di Kelenteng Gie Yong Bio Babagan.
Perang Jawa-Tionghoa melawan VOC tak hanya di Lasem dan Semarang, tetapi juga meluas ke kota-kota pesisir barat Jawa. Di Tegal, Juni 1741, pasukan Tionghoa dipandu Kwee Lak Kwa melawan kompeni, yang diabadikan di Kelenteng Tek Hay Kiong.
Di tengah Perang Kuning, Jenderal Visscher tertipu strategi laskar Tionghoa. Ia menyambut kedatangan bala bantuan serdadu kompeni dari Batavia untuk membantu pos pengamanan di Semarang. Namun, bantuan tak kunjung tiba. Sebaliknya, pasukan Tionghoa mendekat ke bandar pesisir di Semarang. Pasukan Khe Panjang bergerak ke timur Batavia seusai bertempur dengan pasukan kompeni pimpinan Abraham Roos di Karawang dan Bekasi.
Pada 1703, pasukan Tionghoa di bawah komando Khe Panjang (Kapitan Sepanjang) memasuki Cirebon (Darajadi, 2008:115). Dari narasi panjang Perang Kuning, perlawanan Tionghoa-Jawa inilah yang turut menyumbang kebangkrutan rezim VOC pada masa awal.
Peran Tionghoa-Jawa VS VOC
Persaudaraan tokoh Tionghoa, Jawa, dan kiai adalah memori harmoni bagi orang Lasem. Perang Kuning di Lasem turut membentuk memori kolektif untuk menganggap orang Tionghoa sebagai saudara bagi orang Jawa dan santri di pesantren. Ini menjadi fakta bagi hubungan Jawa-Tionghoa dalam rentang dua abad silam. Namun, akhir masa kolonial, hubungan itu memburuk. Belanda menempatkan orang Tionghoa sebagai timur asing dengan akses ekonomi dan politik.
Melihat konteks sejarah-sosial tiga abad lewat, hubungan persaudaraan Tionghoa-Jawa melawan rezim kolonial VOC tak boleh terlupa.
Kini, corak kepemimpinan Jawa dan Tionghoa tidak bisa dipungkiri menjadi bagian sejarah Nusantara yang turut membentuk identitas dan mental negeri ini.
Jika demikian, tentu tak relevan melihat perbedaan etnis dan agama dalam kepentingan politik kekuasaan.
Sumber : Munawir Aziz, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Kenalin Saya

Foto saya
GURUKU KYAI BUKAN MBAH GOOGLE Belajarlah agama kepada guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah. Belajar langsung dengan bertatap muka kepada guru fadhilahnya sangat agung. Dikatakan bahwa duduk di majelis ilmu sesaat lebih utama daripada shalat 1000 rakaat. Namun jika hal itu tidak memungkinkan karena kesibukan yang lain, maka jangan pernah biarkan waktu luang tanpa belajar agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun tetap harus di bawah pantauan atau bimbingan orang yang ahli. HATI-HATI DENGAN GOOGLE Jika anda suka bertanya hukum kepada mbah google, pesan kami, hati-hati karena sudah banyak orang yang tersesat akibat tidak bisa membedakan antara yang salaf dengan yang salafi. Oleh karena itu untuk membantu mereka kaum awam, kami meluncurkan situs www.islamuna.info sebagai pengganti dari google dalam mencari informasi Islam. Mulai sekarang jika akan bertanya hukum atau info keislamna, tinggalkan google, beralihlah kepada Islamuna.info Googlenya Aswaja.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. JIHAD ILMIAH - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template