Home »
Karya Ulama Nusantara
,
Ulama Nusantara
» Ulama Hijaz Dari "Wong Ngapak" Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Banyumasi (Kiyai Nahrowi Banyumas) yang "Hilang Terkubur"
Ulama Hijaz Dari "Wong Ngapak" Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Banyumasi (Kiyai Nahrowi Banyumas) yang "Hilang Terkubur"
Written By Guruku Kyai Bukan Mbah Google on Senin, 03 April 2017 | 12.44
Secarik kertas ini menjadi sangat berharga, bukan hanya karena berisi fatwa Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Jâwî (Kiyai Nahrowi Banyumas) terkait masalah hukum nâqûs (kentongan), melainkan juga karena selembar kertas ini dapat melengkapi informasi dan data akan keberadaan sosok beliau yang jejaknya sudah lama “hilang terkubur”.
Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Jâwî adalah salah satu ulama Makkah asal Jawi yang cukup berpengaruh, satu generasi dengan beberapa ulama besar Makkah asal Nusantara lainnya seperti Syaikh Mahfuzh Tremas, Syaikh Ahmad Fathani, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, dan lain-lain.
Meski demikian, tak banyak yang mengupas sejarah hidup tokoh “wong ngapak” satu ini, baik dalam sumber-sumber Arab atau pun sumber-sumber Nusantara. Hal inilah yang menjadikan sosok beliau seakan terlupakan, “hilang terkubur” oleh putaran zaman.
Sebuah informasi menyatakan jika beliau lahir di Banyumas pada paruh abad ke-19 M dari pasangan KH. Harja Muhammad yang merupakan imam masjid besar kauman Purbalingga. Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Jâwî wafat pada tahun 1926 M di Makkah.
Sebelumnya, saya menemukan “jejak” Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Jâwî dalam kata pengantar kitab "al-Durr al-Mandhud" yang menyebutkan adanya sebuah catatan ulasan (taqrîrât) penting atas kitab fikih “Minhâj al-Qawwîm” yang ditulis oleh beliau. Ulasan tersebut berjudul “Taqrîrât Qayyimah ‘alâ Syarh Minhâj al-Qawwîm fî al-Fiqh al-Syâfi’î”. Sayangnya, saya belum berhasil mendapatkan “taqrîrât” tersebut.
Jejak lainnya tentang sosok Kiyai Nahrowi Banyumas saya temukan pada sebuah taqrîzh (endorsment) beliau, dalam kapasitas sebagai editor (musahhih) kitab Fath al-Majîd fî Syarh Jauharah al-Tauhîd karangan Syaikh Ali ibn Umar al-Falimbânî. Kitab tersebut selesai ditulis di Makkah oleh seorang cendikiawan asal Palembang pada tahun 1912 M, dan diterbitkan di Kairo oleh penerbit Maktabah al-Syurûq di tahun yang sama.
Dalam taqrîzh tersebut, tertulis nama “Syaikh Ahmad Nahrâwî ibn Imâm Râjâ al-Jâwî” sebagai musohhih (editor ahli). Nama ayah beliau yang ditulis Imâm Râjâ mengindikasikan sosok Kiyai Harja yang menjadi Imam di Purbalingga. Hal ini menegaskan jika sosok Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Jâwî bukan cendikiawan sembarangan, karena tentu saja posisi editor ahli dipegang bukan oleh sosok orang yang kapasitas keilmuan dan kebahasaannya di bawah rata-rata.
Di beberapa kitab karangan ulama Nusantara lainnya yang terbit di Timur Tengah (Makkah dan Kairo), selain nama Syaikh Ahmad Nahrâwî al-Jâwî, saya juga menemukan beberapa nama editor ahli lainnya atas kitab-kitab tersebut, seperti Syaikh Ahmad al-Fathânî (dari Patani, Thailand Selatan), Syaikh Idrîs al-Marbawî (Marbu, Semenanjung), dan Syaikh Ilyâs Ya’qûb (Minangkabau).
Semoga data-data pendukung lain terkait Kiyai Nahrowi Banyumas dapat ditemukan jua, guna mengungkap salah satu mutiara Islam Nusantara yang berkemilau di Tanah Makkah namun kemudian terkubur terlupakan zaman ini.
Purwokerto, Banyumas, November 2016
A. Ginanjar Sya'ban
kategori:
Karya Ulama Nusantara,
Ulama Nusantara
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !